Al-Hamid, Allah Yang Maha Terpuji

Al-Hamid

AlHamid, Allah Yang Maha Terpuji

Salah satu sifat Allah yang terdapat dalam al-Asma al-Husna adalah AlHamid, yakni Yang Maha terpuji. Nama ini tersebut dalam firman Allah: “Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji” (QS. Luqmān: 12).

Lafazh Al-Hamid berasal dari akar kata ha-mi-da, terdiri dari huruf ha, mim, dan dal yang artinya adalah lawan dari celaan (yaitu pujian). Seseorang disebut “mahmud” atau “muhammad” bila terdapat pada dirinya banyak sifat kebaikan, bukan sifat yang tercela. (Mu’jam Maqayis al-Lughah).

Kata Al-Hamid sesuai dengan wazan (bentuk susunan) fā‘il (sebagai pelaku) namun bermakna maf’ul (sebagai obyek). Sehingga maknanya adalah (yang terpuji), yang berhak atas segala pujian, baik yang telah terjadi maupun yang diperkirakan akan terjadi. Dan, segala puji hanya milik Allah, Dzat Yang Maha Terpuji, Yang Maha Memuji diri-Nya sendiri. Pujian-Nya meliputi seluruh makhluk-Nya tanpa pernah bisa dihitung dan dikira-kira.

Asma Allah Al-Hamid yang tertanam dalam hati seseorang, niscaya ia akan selalu memuji keindahan penciptaan Allah. Mengimani Allah  sebagai Yang Maha Terpuji akan membuatnya bertambah bersyukur atas segala apa yang Allah berikan. Setidaknya memuji Allah dengan membaca hamdalah sebanyak-banyaknya pun menentramkan hati dan jiwa. Itulah potret sebaik-baik manusia pada hari kiamat, sebagaimana pernyataan Rasulullah SAW, “Hamba-hamba Allah yang paling utama (kedudukannya) pada hari kiamat adalah orang-orang yang paling banyak memuji Allah (sewaktu di dunia)” HR. Ath-Thabrani dan Ahmad.

Karena itu, Rasulullah SAW mencontohkan bagaimana beliau selalu memuji Allah  dalam semua keadaan. Dari ‘Aisyah RA: Bahwa Rasulullah SAW tatkala melihat sesuatu yang beliau sukai, maka beliau berkata: “Al-hamdu lillahil ladzi bi ni’matihi tatimmu ash-shaliḥat” (Segala puji bagi Allah yang dengan limpahan nikmat-Nya sempurnalah segala kebaikan). Dan tatkala beliau melihat sesuatu yang tidak beliau sukai, maka beliau membaca: “Al-hamdu lillahi ‘ala kulli hal” (Segala puji bagi Allah dalam semua keadaan)” HR. Ibnu Majah.

Dengan meneladani Rasulullah SAW, seorang hamba senyatanya selalu bersangka baik kepada Allah, maka Allah akan melimpahkan kebaikan kepadanya. Sebagaimana firman-Nya dalam sebuah hadits qudsi, “Aku (akan memperlakukan hamba-Ku) sesuai dengan persangkaannya kepada-Ku” HR. al-Bukhari dan Muslim.

Ahmad Fatoni, Lc., M.Ag., Kaprodi Pendidikan Bahasa Arab FAI UMM

Sumber: Majalah SM Edisi 17 Tahun 2019

Exit mobile version