Konsolidasi Nasional Program Inklusi PP ‘Aisyiyah

Program Inklusi

Konsolidasi Nasional Program Inklusi PP ‘Aisyiyah

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah terus meneguhkan program secara kolaborasi yang memberikan manfaat bagi masyarakat luas. Yakni Program Iklusi Inklusi PP ‘Aisyiyah yang bertema “Kepemimpinan Perempuan untuk Peningkatan Akses Kesehatan dan Ekonomi bagi Perempuan dan Mustadh’afin dengan Pendekatan Inklusif dan Hak Perempuan”.

Ketua Umum PP ‘Aisyiyah Dr Siti Noordjannah Djohantini, MM, MSi dalam Konsolidasi Nasional Program Inklusi menegaskan program ini harus dijalankan dengan baik dan seksama atas nama kerjasama untuk kepentingan kemanusiaan. “‘Aisyiyah ini membawakan dakwah dan tajdid secara luas, melintas batas, untuk kepentingan dan juga seluas mungkin dalam konteks sasaran dakwah kita maupun susbtansi dakwah kita,” tuturnya, Kamis (21/4/2022).

Turut hadir Ketua PP ‘Aisyiyah Dra Shoimah Kastolani yang juga menyampaikan materi tentang Isu-Isu Perempuan dalam Perspektif Islam Berkemajuan, Ketua Program Inklusi PP ‘Aisyiyah Dr Tri Hastuti Nur Rochimah, MSi, serta para kader ‘Aisyiyah dari berbagai wilayah dan daerah secara daring.

Program Inklusi merupakan kerja sama antara Indonesia dan Australia di mana ‘Aisyiyah menjadi bagian institusi yang bergabung dalam sebuah sinergi program ini. ‘Aisyiyah sudah dalam kurun waktu yang sangat panjang melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak baik dalam negeri maupun luar negeri yang sudah sangat terpercaya.

Maka dengan adanya konsolidasi menjadi penting karena program ini memiliki cakupan yang luas, atas namanya dalam kepercayaan, kesamaan dari tujuan, membangun tatanan masyarakat yang inklusif dan ada keberpihakan. “Keberpihakan kepada siapa? Tentunya keberpihakan pada saudara-saudara kita yang kurang beruntung yakni mereka adalah saudara-saudara kita yang sudah fakir, membutuhkan makan. Termasuk mencakup terjadinya oleh berbagai kebijakan-kebijakan yang tidak sensitif pada yang berhubungan pada saudara-saudara kita,” tambah Siti Noordjannah.

Sehingga secara legalitas organisasi, bahwa program ini sesuai dengan kepentingan dakwah, agama, tajdid, dan Aisyiyah untuk warga, masyarakat sipil, dan umat yang kurang beruntung. Tapi untuk sampai ke sana bagaimana ‘Aisyiayh mempunyai keberpihakan dan kemudian kita mengangkat persoalan-persoalan yang inklusif dengan berbagai strategi.

Oleh karena itu antara para penggiat Program Inklusi PP ‘Aisyiyah penting memiliki persepsi yang sama. Terutama para pengelola program dan pimpinan organisasi yang akan mengawal kerjasama program dengan waktu tertentu dengan konten, susbtansi, sesuai dengan pengabdian diri menjalankan dakwah sebagai bagian dari program ‘Aisyiyah.

Sementara itu, Ketua Program Inklusi PP ‘Aisyiyah Dr Tri Hastuti Nur Rochimah, MSi menyampaikan beberapa isu program secara spesifik yang menjadi PR bagi para kader ‘Aisyiyah. Pertama, penguatan kepemimpinan perempuan dan pengambilan kebijakan pimpinan local. Ini menjadi sangat penting sekali karena memang terjadi ketimpangan berbasis pada gender mau pun ekonomi. “Ketimpangan gender Indonesia itu, 0,48 dan ini merupakan skor tertinggi di ASEAN,” ungkapnya.

Kedua, penurunan stunting. Hal ini telah lama menjadi concern ‘Aisyiyah, merujuk pada Peraturan Presiden Tahun 2021 yang sangat baru ini, terdapat ada 8 pilar yang akan kita nanti gunakan sebagai strategi kita untuk menurunkan stunting. Dalam tahun 2024 memang pemerintah Indonesia menetapkan penurunan stunting 14 persen dari 24,4 persen dari pada saat ini.

Ketiga, pemenuhan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi. Ini juga terkait dengan Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia masih sangat tinggi sekali 230/100 kelahiran. Artinya 7-8 perhari perempuan meninggal ketika melahirkan. Sementara target radius Indonesia 2030 mencapai 70/100 kelahiran. Meskipun target ini jelas masih tinggi dari negara-negara ASEAN.

Keempat, Pencegahan Pergaulan Anak. Saat ini hitungannya masih pada 10.18 persen ini termasuk yang masih sangat tinggi, apalagi pemerintah Indonesia sudah mengeluarkan peraturan Mahkamah Agung yang dituangkan dalam UU Nomor 16 Tahun 2019 yang sebenarnya sosialisasi mengenai peraturan ini masih sangat minim.

Kelima, pemberdayaan ekonomi. Ini menjadi isu yang sangat penting. Karena angka kemiskinan kita dalam situasi Covid-19 masih sangat tinggi. ‘Aisyiyah ingin mengingatkan kembali isu-isu yang akan dikawal dalam program inklusif ini sampai menghasilkan inovasi-inovasi yang luar biasa.

“Bicara tentang strategi program untuk beberapa isu tersebut kita mulai dengan meluangkan kepemimpinan, yang karena kita yakin bahwa perempuan itu sebagai agen perubahan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang mendorong pengembangan besar,” tandas Tri Hastuti. (cris/rpd)

Exit mobile version