Tabligh Akbar IGAMU Depok bersama Ketua PP Muhammadiyah
SLEMAN, Suara Muhammadiyah – Ramadan bulan mulia dan adiluhung. Momentum sangat penting untuk melakukan perbaikan diri untuk tampil menjadi manusia paripurna. Sehingga tak ayal banyak elemen masyarakat memanfaatkannya dengan mengadakan berbagai kegiatan edukatif dan inspiratif. Seperti yang dilakukan oleh Ikatan Guru Muhammadiyah (IGAMU) Depok, Sleman. Kemarin Rabu, 20 April 2022 menyelenggarakan kegiatan Tabligh Akbar denan tema “Spirit Ramadhan untuk Memperkokoh Sinergitas Sekolah Muhammadiyah Depok Sleman.” Kegiatan tersebut turut mengundang Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dr. Agus Taufiqurrahman, Mkes., SpS sebagai narasumber.
Turut hadir di kegiatan tabligh akbar yakni dari Pimpinan Cabang Muhammadiyah Depok, Sekretaris Dikdasmen PCM Depok, Kepala Sekolah SD dan SMP Muhammadiyah, dan seluruh jamaah lainnya.
Dalam cerahamnya, Agus mengatakan pentingnya meneguhkan ibadah selama Ramadan. Seperti salat malam (qiyam al-lail). Kata Agus orang yang di malam hari bangun untuk berdoa, maka apapun permintaannya akan dikabulkan dan jika meminta, Allah akan memberinya. “ Bapak-Ibu, ada sebuah hadis dan sebagian hadis qudsi menerangkan, ketika setiap malam, ada waktu di mana Allah itu turun, yang kalau orang di waktu itu dia bangun dan berdoa, maka seluruh permintaannya dikabulkan dan jika memohon ampunan, maka di ampuni,” ujarnya di Tabligh Akbar IGAMU Depok, Sleman.
Selain itu, Agus juga menyampaikan bahwa di bulan Ramadan adalah jalan menuju takwa. “Bapak-ibu, mari Ramadan ini kita gunakan sebaik-baiknya. Jadi perjalanan menuju takwa, dan jadi bulan pembakar dosa-dosa kita semua,” paparnya.
Agus juga menyinggung proses pembelajaran. Selama pandemi Covid-19, kegiatan pembelajaran dilakukan secara daring. Menurutnya, saat ini pembelajaran telah semakin menunjukkan perbaikan. Yang selama pembelajaran daring, banyak anak-anak yang tidur dan bermain game.
“Ini merupakan penyadaran bagi orantua. Karena aselinya, yang punya tanggung jawab mendidik anak itu adalah bapak-ibunya. Bukan sekolah, tetapi selama ini orangtua itu sudah semaunya sendiri ketika sudah diserahkan ke sekolah, seolah sudah menyelesaikan kewajibannya,” imbuhnya.
Memasuki era disrupsi ini, Agus memberikan pesan penting. Setidaknya ada tiga hal yang tidak boleh dilupakan, digitalisasi, kolaborasi, dan semua lembaga harus memiliki kecerdasan, kelentingan, dan kemampuan menghadapi perubahan (agility).
Dari sisi digitalisasi, semua dipaksa untuk bisa berubah. Dan juga proses forensiknya menjadi tertata. “Digitalisasi itu dampaknya pada akuntabilitas, kerja yang terstruktur dan teratur, karena kalau tidak demikian, hanya seperti latihan mengetik saja,” pungkasnya.
Kemudian, dari sisi kolaborasi. Saat ini Perguruan Tinggi Muhammadiyah sudah melaunching penerimaan mahasiswa baru bersama-sama. Menurut Agus, dengan berkolaborasi semua akan dimudahkan tanpa mempersulitkan. Dan juga semakin meningkatkan seluruh sumber daya manusia yang ada.
Terakhir, harus mempunyai karakter, kecerdasan, dan kelentingan. Dengan memiliki ketiga hal itu, maka berpotensi mengembangkan seluruh kemajuan. “Maka mari, kita bekerja sama dan untuk menjalin berkaja sama dengan sesama sekolah yang kita miliki untuk mengembangkan kemajuan di masa depan,” tuturnya.
Di akhir acara, Agus menyampaikan petuah sarat makna, “Mari bersama-sama kalau pergi ke sekolah itu sebagai jalan ibadah dan jalan para penghuni surga. Sehingga mari kita bersama spirit bahwa bekerja itu adalah ibadah. Mari kita lanjutkan untuk senantiasa membawa sekolah kita semakin maju dengan prinsip selalu membangun sinergi dan kolaborasi selalu membangun sekolah kita memiliki perilaku, kecerdasan, kelincahan menghadapi seluruh perubahan. Dan di era disrupsi kita harus akrab dengan dunia digital”, tutupnya. (Cris)