Posisi Perempuan Berkemajuan: Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemanusiaan Universal
Oleh: Dr Siti Noordjannah Djohantini
Pengajian Ramadan-Pra Muktamar Aisyiyah tahun 1443 H/ Tahun 2022 M mengangkat tema: Posisi Perempuan Berkemajuan : “Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemanusiaan Universal”.Pertimbangan, pertama, kemajuan Iptek yang begitu cepat salah satu di tndai dengan revolusi 4.0 dan 5.0 penting mendapatkan perhatian yang mendalam dan luas yang melibatkan posis dan peran perempuan untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik serta bagi kepentingan kemanusiaan universal. Kedua, Aisyiyah sebagai organisasi sosial keagamaan, gerakan islam dakwah amar maruf nahi munkar dan tajdid yang perjalan dakwahnya saat ini sudah masuk abad kedu, penting memperkuat gerakan keilmuan bagi perempuan sebagaimana yang telah di agendakan dalam pokok pikiran Aisyiyah abad kedua.
Aisyiyah-Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah amar maruf nahi munkar dan tajdid berdasarkan al Quran dan Assunnah al maqbulah secara lebih luas atau bersifat universal mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil alamin. Islam dalam pandangan Aisyiyah-Muhammadiyah merupakan “Dien al hadarah”, yakni agama yang membawa kemajuan sebagaimana yang dinyatakan dalam Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua tahun 2010:
“Islam merupakan agama yang berkemajuan (din al-hadlarah), yang kehadirannya membawa rahmat bagi semesta kehidupan. Islam yang berkemajuan memancarkan pencerahan bagi kehidupan. Islam yang berkemajuan dan melahirkan pencerahan secara teologis merupakan refleksi dari nilai-nilai transendensi, liberasi, emansipasi, dan humanisasi sebagaimana terkandung dalam pesan Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 104 dan 110 yang menjadi inspirasi kelahiran Muhammadiyah.”
Pokok Pikiran Satu Abad ‘Aisyiyah hasil Muktamar tahun 2015 di Makassar merumuskan visi gerakan perempuan ini memasuki abad kedua: (1) berkembangnya Islam berkemajuan dalam kehidupan masyarakat khususnya lingkungan umat Islam di mana ‘Aisyiyah berada, (2) berkembangnya gerakan pencerahan yang membawa proses pembebasan, pemberdayaan, dan pemajuan dalam kehidupan keumatan dan kebangsaan, (3) berkembangnya perempuan berkemajuan di lingkungan umat Islam dan bangsa Indonesia maupun ranah global sebagai insan pelaku perubahan menuju peradaban utama yang cerah dan mencerahkan.
Islam Berkemajuan mengandung pandangan Islam tentang perempuan dalam menjalankan berbagai aspek kehidupan yang menempatkan posisi perempuan pada kemuliaan yang sama baik laki-laki dan perempuan dihadapan Allah yang memiliki tanggung jawabmsebagai hamba dan khalifah dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan memakmurkan semesta, serta pelanjut risalah dakwah untuk pencerahan kehidupan bersama (Q.S. al-Hujurat [49] : 1, at-Taubah [9] : 71, an-Nisa’ [4] : 32,124, Ali ‘Imran [3] : 190-195). Islam dalam sejarah nabi juga membuktikan peradaban utama yang mencerahkan (al-Madinah al-Munawwarah), antara lain mengangkat harkat martabat perempuan dari sistem jahiliyah yang merendahkannya.
Pandangan Islam berkemajuan melahirkan perempuan berkemajuan sebagaimana dikembangkan dan melekat dengan gerakan Aisyiyah. Perempuan berkemajuan adalah kehidupan dan derajat perempuan yang sama mulia dengan laki-laki tanpa diskriminasi, yang ukuran kemuliaannya terletak pada tingkat ketakwaannya. Perempuan berkemajuan dalam Islam menjalankan fungsi utama sebagai khalifah di muka bumi, seperti halnya laki-laki. Kehidupan perempuan berkemajuan diwarnai nilai-nilai akhlak yang utama.
Aisyiyah dengan pandangan Islam berkemajuan sejak awal berdiri hingga kini senantiasa beradaptasi dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai wasilah atau alat penting bagi kehidupan sepanjang zaman. Termasuk dalam menghadapi perkembangan iptek di era revolusi 4.0 dan 5.0 saat ini. Kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) semakin pesat melalui kehadiran revolusi 4.0 dan 5.0 yang melahirkan gelombang perubahan yang luar biasa bagi kehidupan.
Iptek di satu sisi bermanfaat bagi kehidupan manusia, namun perkembangan iptek juga membawa tantangan dan dampak bagi kemanusiaan. Iptek dan pengembangannya dimaksudkan bagi upaya meningkatkan martabat manusia serta meningkatkan kesejahteran kehidupan yang berlandaskan pada nilai-nilai agama dan budaya bangsa yang luhur serta menjunjung tinggi martabat kemanusiaan.
Namun kehadiran iptek juga tidak jarang menimbulkan dehumanisasi yang membuat manusia direndahkan martabat dan keberadaannya. Pandangan dunia modern yang sekuler juga sering berbenturan dengan agama, sehingga menuntut padangan keagamaan yang maju dan mencerahkan sekaligus menempatkan nilai dan moralitas yang luhur sebagai bagian penting dalam membangun peradaban hidup bersama.
Penguasaan iptek diperankan baik oleh perempuan dan laki-laki tanpa diskriminasi sebagaimana nilai-nilai Islam yang memuliakan baik perempuan dan laki-laki dalam menunaikan tugas sebagai khalifah di muka bumi. Pada kenyataannya masih terdapat kesenjangan penguasaan iptek bagi perempuan yang disebabkan oleh banyak faktor seperti pemahaman nilai-nilai ajaran agama yang jumud atau sempit, budaya masyarakat yang kolot, serta juga kebijakan negara yang diskriminatif.
Potensi perempuan untuk mengembangkan Iptek yang berbasis pada dan terkoneksi dengan nilai-nilai keagamaan yang ramah bagi perempuan menjadi penting dengan agenda untuk menempatkan posisi perempuan sebagai aktor perubahan dan kemajuan. Pandangan Islam berkemajuan menjadi sangat penting dan relevan dalam menempatkan dan memberi ruang terbuka bagi perempuan dalam mengembangkan maupun memanfaatkan Iptek untuk membangun kemajuan peradaban. Risalah Perempuan Berkemajuan penting mengedepankan nilai-nilai keagamaan yang mendorong dan memberi ruang bagi perempuan untuk semakin terbuka dalam penguasaan dan pemanfaatan iptek, sekaligus menjadi pelaku perubahan ke arah kemajuan hidup bersama di tingkat lokal, nasional, dan global.
Kemajuan iptek yang sangat cepat secara global berpengaruh positif bagi kehidupan manusia namun juga memiliki dampak kemanusiaan yang tidak sederhana. Permasalahan kemanusiaan universal yang saat ini sungguh memprihatinkan menunjukkan adanya kesenjangan antara kemajuan Iptek dengan tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan dan derajat manusia. Perang, kekerasan, dan segala bentuk demoralisasi akibat penyalahgunaan iptek di tingkat global berdampak buruk bagi nasib kemanusiaan khususnya bagi perempuan dan anak-anak yang sering menjadi korban. Beberapa problem kemanusiaan antara lain; kemiskinan, kekerasan terhadap perempuan dan anak, pengungsi karena konflik, kejahatan perang, maupun bencana dan masalah lain yang berdampak bagi kemanusiaan semesta, antara lain karena kebiajakn pemerintah yang mengabaikan hak-hak warga negara, termasuk hak perempuan.
Perhatian dan pandangan Aisyiyah terkait pentingnya Iptek dan kemanusiaan merupakan agendra strategis aisyiyah abad kedua yang telah dirumuskan dalam pokok pikiran Aisyiyah abad kedua dengan agenda Gerakan Keilmuan (ilmu). Gerakan ilmu dan pemikiran bagi Aisyiyah memiliki landasan kuat pada ajaran Islam dan budaya Muhammadiyah. Islam mengangkat derajat orang beriman dan berilmu ke tangga yang tinggi (QS al-Mujadillah[58]: 11) sebagaimana firman Allah:
يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ
Artinya: “niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat” (QS Al-Mujadilah: 11).
Orang Islam baik individu mapun kolektif harus memiki kebiasaan dan kemampuan iqra (QS Iqra[96]: 1-5); berpikir dan berbagai pekerjaan akal pikiran untuk mengkaji ayat-ayat Al-Quran maupun ayat-ayat Kauniyah(QS al-Baqarah[2]:44; Ali Imran[3]: 190-191; an-Nisa[4]: 82; al-Ghasyiyah[88]:17-20; dst). Nabi dalam banyak hadisnya mewajibkan umatnya mencari ilmu dan menjadi orang-orang berilmu (ulama) sebagai pewaris para nabi Allah.
Tradisi keilmuan masyarakat dan khususnya umat islam penting utuk terus dimajukan melalui gerakan baik secara individu, keluarga, dan masyarakat luas. Pendidikan menjadi sangat penting dan strategis untuk melahirkan generasi yang cerdas dan berakhlak mulia sebagai fondasi peradaban. Maka secara khusus bagi Aisyiyah-Muhammadiyah memerlukan penguatan sistem pendidikan yang memadukan agama dan Iptek dalam dimensi kehidupan yang luas. Panggilan dan tugas mulia yang tentu tidak sederhana bagi Aisyiyah yang harus dikawal secara sunguh-sungguh persoalan strategis dan jangka panjang ini untuk membangun peradaban utama bagi kejayaan islam yang rahmatan lil alamin.
Tantangan dan peluang bagi perempuan untuk mengambil posisi strategis dan berperan luas dalam mengembangkan iptek semakin penting bagi kemajuan keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal. Pandangan bias jender dalam pendidikan karena pengaruh budaya masyarakat yang menempatkan perempuan berbeda dengan laki-laki dalam hal meraih pendiikan karena perempuan berperan pada ranah domestik perlu diberikan pandangan yang mencerahkan berdasar nilai-nilai islam berkemajuan pandangan Aisyiyah-Muhammadiyah. Fakta menunjukkan, anak-anak perempuan terbukti memiliki potensi inteletual yang bagus dan dalam berbagai lembaga pendidikan formal meraih prestasi yang tinggi.
Aisyiyah sebagai gerakan perempuan Islam berkemajuan penting mengembangkan alam pikiran masyarakat luas termasuk umat Islam dan warga Aisyiyah sendiri untuk beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan membangun budaya keilmuan. Budaya keilmuan merupakan sistem pengetahuan kolektif umat dan masyarakat yang berbasis ilmu dalam menghadapi dan menjalani kehidupan.
Seperti dalam menyikapi pandemi Covid-19 yang berlangsung lebih dari dua tahun dengan mengedepankan sikap rasional-ilmiah di samping spiritual-ruhaniah. Demikian halnya dengan mengembangkan tradisi “Iqra” melalui gerakan literasi dalam menghadapi kehidupan baru era digital dan media sosial, sehingga warga Aisyiyah bersama umat dan masyarakat mampu menjadi jamaah atau komunitas yang cerdas-berilmu dalam memanfaatkan teknologi digital dan media sosial sekaligus berkeadaban dan mampu mengembangkan keadaban publik dalam kehidupan bersama.
Aisyiyah selama perjalannya lebih 100 tahun atau satu abad berkontribusi mencerdaskan kehidupan bangsa melalui dakwah bidang pendidikan dan lainnya. Pada bidang pendidikan telah dimulai dari Pendisikan Anak Usia Dini (Paud) sejak tahun 1919 dan berlanjut sampai saat ini dengan perguruan tinggi Aisyiyah termasuk beridirinya tiga universitas Aisyiyah yaitu Unisa Yogyakarta, Surakarta, dan Bandung.
Aisyiyah melalui berbegai jenjang pendidikannya secara luas menghadirkan peradaban universal yang berbasis iman, ilmu, dan amal yang berkemajuan sebagai manifestasi dari pandangan Islam Berkemajuan yang rahmatan-lil’alamin. Dengan demikian melalui pendidikan dan pembudayaan iptek dalam perspektif Islam berkemajuan maka Aisyiyah hadir sebagai gerakan dakwah dan tajdid di era modern untuk membangun kemanusiaan universal atau kemanusiaan semesta yang berkeadaban mulia.
Wawasan kemanusiaan universal dalam gerakan Aisyiyah sejalan dengan pandangan kosmopolitanisme yang menjadi pemikiran Muhammadiyah Abad Kedua. Dalam menghadapi perkembangan kemanusiaan universal Muhammadiyah mengembangkan wawasan keislaman yang bersifat kosmopilitan. Kosmopolitanisme merupakan kesadaran tentang kesatuan masyarakat seluruh dunia dan umat manusia yang melampaui sekat-sekat etnik, golongan, kebangsaan, dan agama. Kosmopolitanisme secara moral mengimplikasikan adanya rasa solidaritas kemanusiaan universal dan rasa tanggungjawab universal kepada sesama manusia tanpa memandang perbedaan dan pemisahan jarak yang bersifat primordial dan konvensional.
Akhirnya, marilah segenap warga, kader, dan pimpinan Aisyiyah menjadi uswah hasanah dalam beradaptasi dan mengembangkan iptek serta wawasan kemanusiaan univeral yang berbasis pada pandangan Islam berkemajuan untuk mewujudkan kehidupan yang rahmatan lil-‘alamin.
Dr Siti Noordjannah Djohantini, MM, MSi, Ketua Umum PP Aisyiyah