Terobosan UM Bandung Menjadi Kampus Unggul di Era Disrupsi
BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Salah satu problem utama yang mesti dihadapi bangsa Indonesia adalah era disrupsi teknologi digital.
Untuk menghadapi erat tersebut perlu upaya agar masyarakat ataupun lembaga tidak tergilas dan ketinggalan.
Pembahasan mengenai hal itu mengemuka dalam acara “Bincang Santai dan Buka Puasa Bersama” di Auditorium KH Ahmad Dahlan, UM Bandung, Kamis (21/04/2022).
Kegiatan yang diikuti oleh seluruh sivitas UM Bandung itu menghadirkan dua narasumber: Ketua Badan Pembina Harian (BPH) UM Bandung Prof. Dadang Kahmad, M.Si. dan Ketua Badan Rektor UM Bandung Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, M.Sc., IPU.
Rektor UM Bandung mengatakan, banyak tokoh terdidik, termasuk dari kalangan di Muhammadiyah, yang tidak dapat mengonsolidasikan pemikirannya bagi permasalahan bangsa.
”Banyak ide pembaruan yang dilahirkan oleh kaum kita, tetapi kurang dapat dialirkan ke grass root (akar rumput) seperti generasi muda dan kalangan marginal,” ucap Herry.
Terkait hal tersebut, menurut alumnus IPB itu, perlu ada penggunaan bahasa sederhana dalam mengalirkan ide-ide yang dapat diterjemahkan oleh generasi milenial.
”Kalau kita tidak menggunakan bahasa yang sama dengan mereka, anak-anak muda akan menganggap ide itu ribet,” tegasnya.
Ia juga mengatakan, di era disrupsi saat ini, selain harus menguasai sains dan teknologi, juga perlu dilandasi dengan iman dan wahyu.
”Hal ini penting, bagaimana iman, ilmu, dan amal itu menjadi satu rangkaian sehingga kita terbebas dari ketakjuban teknologi,” lanjut Herry.
Lebih spesifik Herry mengimbau sivitas UM Bandung agar selalu bekerja sama demi mencapai kemajuan yang sesuai dengan visi kampus.
”Jadi, kita harus kompak dalam keadaan apa pun, walau mungkin situasinya tidak ideal,” imbaunya.
Terobosan baru
Penekanan terkait persiapan menghadapi era disrupsi saat ini juga disampaikan Ketua Badan Pembina Harian (BPH) UM Bandung, Prof. Dr. Dadang Kahmad, M.Si.
Salah satu tokoh senior di persyarikatan yang juga Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini mengungkapkan bahwa UM Bandung perlu mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam menghadapi era disrupsi.
”Antisipasi. Ini harus disertai dengan adanya hukum yang didasari pada pengalaman masa lalu untuk masa depan,” kata Dadang.
Selain itu, kampus yang berada di kawasan Bandung Timur ini pun perlu membuat terobosan baru agar menjadi universitas yang unggul.
”Karena kalau tidak ada terobosan baru, kita bisa ditinggalkan oleh peminat, juga termasuk nanti produk-produk yang kita lahirkan itu tidak laku,” tinjaunya.
Guru Besar Sosiologi Agama UIN Bandung ini menyampaikan bahwa setidaknya UM Bandung perlu menerapkan tiga kunci agar bisa sukses, yakni berlaku baik, banyak memberi, dan selalu menjaga silaturahmi.
”Sesungguhnya smua bergantung pada kita mau maju atau tidak. Kalau ini dipraktikkan, insyaallah UM Bandung akan jadi universitas harapan umat,” tandas Dadang. (Firman Katon)