Umat Islam Mari Rapatkan Barisan Ukhuwah Islamiyah
JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Menyandang gelar sebagai jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, negara Indonesia menghadapi banyak tantangan dan problema. Perbedaan sebagai pemberian Tuhan adalah salah satu anugerah sekaligus tantangan bagi umat islam.
Persatuan umat islam kini menjadi cita-cita luhur yang selalu diupayakan oleh banyak pihak, salah satunya MUI. Ditemui dalam acara Silaturahim dan Buka Puasa Bersama Pimpinan MUI dan Pimpinan UMJ, Jumat (22/04), di Auditorium FIP UMJ, Dr. H. Amirsyah Tambunan, M.A., Sekretaris Jenderal MUI menjelaskan visi dan misi MUI dalam menciptakan masyarakat berkualitas yaitu khairu ummah.
“Umat Islam perlu memperkuat ukhuwah Islamiyah, ukhuwah basyariyah dan ukhuwah wathaniyah. Sehingga umat Islam dapat mewujudkan tatanan masyarakat berkualitas yang baldatun thayiibatun warobbun ghofur (negara yang baik dan diampuni tuhan),” kata Amirsyah.
Amir juga mengungkapkan bahwa dalam upaya mewujudkan visi dan misi, MUI juga menemukan banyak tantangan. Menurutnya, cita-cita untuk menciptakan masyarakat berkualitas memerlukan peran dan campur tangan Sumber Daya Manusia Berkualitas. Oleh karenanya MUI harus menjadi payung besar bagi banyak lembaga, salah satunya Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang bertujuan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia.
“Strategi untuk menciptakan masyarakat berkualitas, pertama strategi kelembagaan. MUI melibatkan semua lembaga yang berhimpun di MUI baik ormas, perguruan tinggi dan pondok pesantren. Ini adalah kekuatan kita dan harus dijadikan sebagai strategi. Kedua, kerja sama. Dalam mengatasi tantangan, kita harus hadapi bersama-sama. Terlebih tantangan ekonomi,” lanjut Amirsyah.
Saat ini Indonesia berada dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Banyak akhirnya kepentingan umat diabaikan dengan mengutamakan kepentingan pemilik modal atau penguasa ekonomi. Senada dengan Dr. Amirsyah Tambunan, MA., Ma’mun juga menjelaskan bahwa ekonomi adalah tantangan bagi umat Islam.
“Umat Islam sangat lemah (dalam hal penguasaan ekonomi). Indonesia mayoritas muslim tapi justru yang menguasai malah orang lain. Menurut saya hal yang keliru dan tidak tepat. Bagaimana mungkin muslim terbesar tapi kemudian yang menguasai orang-orang lain?” ungkap Ma’mun.
Umat Islam harus bisa menguasai ekonomi untuk melawan kekuatan yang memang tidak berpihak pada umat, melainkan sebagian golongan. Negara Indonesia yang saat ini sedang tidak baik-baik saja banyak mengalami penyakit yang disebabkan oleh penguasaan ekonomi yang tidak bermoral.
Kedua, tantangan lain yang dihadapi umat Islam di Indonesia adalah ukhuwah Islamiyah yang tidak dijait dengan baik oleh umat Islam. “Landasan teologis soal ukhuwah islamyah sudah jeas, wa’tashimu bihablilahi jami’a wa laa tafarroqu,” kata Ma’mun.
Kondisi lain yang menjadi tantangan sekaligus masalah besar menurut Ma’mun adalah hal-hal strategis yang mneyangkut kepentingan umat terkalahkan oleh kepentingan-kepentingan kelompok yang bersifat politis, pragmatis, sectoral, parsial.
Tantangan ketiga, penguasaan-penguasaan yang berkaitan dengan masalah politik. Umat Islam mengabaikan politik Islam yang memiliki cita-cita untuk memajukan kemaslahatan umat. Politik yang diperlihatkan justru bukan politik yang berdasar pada ajaran Islam. Oleh karenanya, menurut Ma’mun, “umat Islam harus bersepakat untuk menjadikan problem terkait politik adalah hal serius yang harus digarap. Supaya umat islam yg nobannya mayorits brdaya secara poliitk dan ekonomi.”
Terkait dengan masalah dan tantangan umat Islam di Indonesia, Ma’mun berharap bahwa Majelis Ulama Indonesia menjadi lembaga pemersatu diantara kekuatan-kekuatan umat Islam. (DN)