Ramadhan Bulan Al-Qur’an
Oleh: Dr. Muhammad Yusran Hadi, Lc., MA.
Ramadhan adalah syahrul Qur’an (bulan Al-Qur’an). Dinamakan syahrul Qur’an karena pada bulan Ramadhan inilah diturunkan permulaan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam– melalui malaikat Jibril alaihi wasallam, yaitu tepatnya pada malam Lailatul Qadar.
Allah ta’ala berfirman, “Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan petunjuk tersebut dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).” (Al-Baqarah: 185).
Allah ta’ala juga berfirman, “Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam yang diberkati…” (Ad-Dukhan: 3). Imam Al-Hafizh Ibnu Katsir –rahimahullah– dan para ulama tafsir lainnya menjelaskan makna “malam yang diberkati” dalam ayat di atas adalah malam Lailatul Qadar.
Allah ta’ala juga berfirman, “Sesungguhnya kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada Lailatul Qadar.” (Al-Qadr: 1). Lailatul Qadar ini hanya ada pada bulan Ramadhan yaitu malam pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan.
Berdasarkan ayat-ayat di atas, maka jelaslah bahwa Al-Qur’an itu diturunkan di bulan Ramadhan tepatnya pada malam Lailatul Qadar. Dan sebagaimana dimaklumi, malam Lailatul Qadar ini hanya terdapat pada malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan.
Dari Watsilah bin Al-Asqa’, dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam– bersabda, “Shuhuf Ibrahim diturunkan pada malam pertama Ramadhan, Taurat diturunkan pada enam Ramadhan, Injil diturunkan pada tiga belas Ramadhan, dan Allah menurunkan Al-Quran pada dua puluh empat Ramadhan.” (HR. Ahmad)
Dengan demikian, pendapat sebahagian orang yang mengatakan bahwa nuzulul Qur’an (turun Al-Quran) pada malam 17 Ramadhan itu keliru, karena tidak ada dalilnya. Bahkan bertentangan dengan Al-Quran dan hadits Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam–. Pendapat mereka terbantahkan dengan dalil-dalil Al-Qur’an di atas dan Hadits Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam–.
Al-Imam Al-Hafizh Ibnu Katsir – rahimahulah – menjelaskan ayat 185 surat Al-Baqarah di atas dalam kitab Tafsirnya, “Allah memuji bulan puasa (Ramadhan) dari seluruh bulan-bulan dengan memilihnya di antara bulan-bulan tersebut sebagai bulan diturunkannya Al-Qur’an Al-‘Azhim. Sebagaimana Dia mengkhususkan Ramadhan dengan hal itu, ada sebuah hadits yang menyebutkan bahwa Ramadhan merupakan bulan yang diturunkan kitab-kitab Allah atas para Nabi padanya.
Imam Ahmad bin Hanbal –rahimahullah– berkata, Abu Sa’id Maula Bani Hasyim telah bercerita kepada kami, ‘Imran Abul ‘Awwam telah bercerita kepada kami, dari Qatadah, dari Abul Malih, dari Watsilah yakni Ibnu Al-Asqa’, bahwasannya Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– bersabda, “Shuhuf Ibrahim diturunkan pada malam pertama Ramadhan, Taurat diturunkan pada enam Ramadhan, Injil diturunkan pada tiga belas Ramadhan, dan Allah menurunkan Al-Quran pada dua puluh empat Ramadhan.” (Al-Musnad VI/107)
Dan telah diriwayatkan hadits dari Jabir bin ‘Abdullah –radhiyallahu ‘anhu– , di dalamnya disebutkan, “Bahwasanya Zabur diturunkan pada dua belas Ramadhan dan Injil pada kedelapan belas Ramadhan.” Sementara yang lainnya sebagaimana disebutkan dalam riwayat sebelumnya di atas. Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Mardawih.
Adapun Shuhuf, Taurat, Zabur, dan Injil, maka diturunkan secara sekaligus kepada Nabi yang diturunkan atasnya. Sedangkan Al-Quran diturunkan secara sekaligus ke Baitul ‘Izzah yang berada di langit bumi. Hal itu terjadi pada bulan Ramadhan di malam Lailatul Qadar, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada Lailatul Qadr.” (Al-Qadr: 1). Dan Allah ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam yang diberkati…” (Ad-Dukhan: 3). Kemudian diturunkan setelahnya secara berangsur-angsur berdasarkan peristiwa-peristiwa yang dialami Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam–.” (Tafsir Ibnu Katsir: 1/263)
Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali –rahimahullah– berkata, “Bulan Ramadhan memiliki keistimewaan dengan Al-Qur’an, berdasarkan firman Allah ta’ala, “Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an..” (Al-Baqarah: 185). Ibnu Abbas –radhiyallahu ‘anhuma– berkata, “Sesungguhnya Al-Qur’an diturunkan secara sekaligus dari Lauhul Mahfuzh ke Baitul Izzah pada malam Lailatul Qadar. Yang menguatkan dengan hal adalah firman Allah ta’ala , “Sesungguhnya kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada Lailatul Qadar.” (Al-Qadr: 1) dan firman Allah ta’ala, “Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam yang diberkati…” (Ad-Dukhan: 3) serta hadits yang diriwayatkan oleh ‘Ubaid bin ‘Umair –radhiyallahu ‘anhu– bahwasanya Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam– dimulai dengan wahyu dan diturunkan Al-Qur’an atasnya pada bulan Ramadhan. Dalam kitab Al-Musnad, disebutkan hadits dari Watsilah bin Al-Asqa’, dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam– bersabda, “Shuhuf Ibrahim diturunkan pada malam pertama Ramadhan, Taurat diturunkan pada enam Ramadhan, Injil diturunkan pada tiga belas Ramadhan, dan Allah menurunkan Al-Quran pada dua puluh empat Ramadhan.” (HR. Ahmad). Dan Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam– memperpanjang bacaan Al-Quran pada qiyam Ramadhan lebih banyak dari bulan lainnya. (Lathaif Al-Ma’arif: 219-220).
Karena bulan Ramadhan merupakan bulan Al-Qur’an, maka amalan yang paling utama di bulan Ramadhan ini setelah puasa adalah tadarus Al-Qur’an sebagaimana dilakukan oleh Rasullullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam–. Beliau selalu bertadarus Al-Qur’an dengan malaikat Jibril ‘alaihissalam pada setiap malam Ramadhan.
Dalilnya, hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas –radhiyallahu ‘anhuma –, beliau menceritakan, “Adalah Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- merupakan sosok yang paling dermawan. Terlebih lagi di bulan Ramadhan ketika Jibril menjumpainya untuk mengajarinya Al-Qur’an. Jibril menemui beliau di setiap malam Ramadhan untuk mengajarinya Al-Quran. Maka ketika Jibril menjumpainya, beliau adalah orang yang paling dermawan, lebih dari angin yang bertiup.” (Muttafaq ‘alaih).
Mengomentari hadits ini, Imam An-Nawawi –rahimahullah– berkata sebagaimana yang dinukilkan oleh Imam Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitabnya Fathul Baari, “Dalam hadits ini ada faidah-faidah: Di antaranya: Pertama; disunnatkan untuk dermawan pada setiap waktu. Kedua; disunnatkan menambah dermawan pada bulan Ramadhan dan ketika berkumpul dengan orang-orang shalih. Ketiga; disunnatkan mengunjungi orang-orang shalih dan mengulanginya jika orang yang dikunjungi tidak keberatan. Keempat; disunnatkan memperbanyak membaca Al-Qur’an pada bulan Ramadhan. Kelima; membaca Al-Qur’an lebih utama dari semua zikir, karena seandainya zikir itu lebih utama atau sama dengan membaca Al-Qur’an maka pasti beliau melakukannya.” (Fathul Baari: 1/43)
Imam Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani –rahimahullah– berkata: “Hadits ini mengisyaratkan bahwa permulaan turunnya Al-Qur’an itu pada bulan Ramadhan, karena turun Al-Qur’an ke langit dunia itu secara sekaligus pada bulan Ramadhan sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas. Jibril mengunjunginya (Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam–)
dalam setiap tahun, maka ia (Jibril) menyampaikan kepadanya dengan apa yang diturunkan atasnya pada setiap Ramadhan. Ketika tahun beliau wafat padanya, Jibril menyampaikannya dua kali sebagaimana disebutkan dalam hadits yang shahih yang diriwayatkan oleh Fatimah radhiyallahu ‘anha.” (Fathul Baari: 1/43).
Dalam kitabnya Lathaif Al-Ma’arif,, Imam Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hambali –rahimahullah– menjelaskan hadits tersebut, “Hadits ini menunjukkan disunnatkannya belajar Al-Qur’an di bulan Ramadhan dan berkumpul untuk itu serta memperdengarkan Al-Qur’an kepada orang yang paling paham tentang Al-Qur’an. Hadits ini juga dalil disunnatkan memperbanyak membaca Al-Qur’an pada bulan Ramadhan.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Fatimah radhiyallahu ‘anha dari ayahnya –shallallahu ‘alaihi wa sallam–. bahwa Jibril ‘alaihissalam memperdengarkan Al-Qur’an kepadanya setiap tahun sekali, dan dia memperdengarkan Al-Qur’an, kepadanya pada tahun wafatnya dua kali. (Muttafaq ‘alaih).
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas disebutkan bahwa tadarus yang berlangsung antara beliau (Nabi –shallahu ‘alaihi wa sallam-) dan Jibril itu pada malam hari, menunjukkan disunnatkannya memperbanyak membaca Al-Qur’an di bulan Ramadhan pada malam hari. Sebab, di malam hari tidak ada lagi kesibukan, dan semangat menguat, serta hati dan lisan akan saling bersepakat untuk tadabbur sebagaimana firman Allah ta’ala, “Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” (Al-Muzammil : 6).” Demikian perkataan Imam Ibnu Rajab Al-Hambali (Lathaif Al-Ma’arif: 219),
Jibril –‘alaihissalam– selalu mendatangi baginda Nabi Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam– di setiap Ramadhan untuk mengajarinya Al-Qur’an. Pengkhususan Jibril ‘alaihissalam bulan Ramadhan tentu menjadi sinyal kuat bahwa Ramadhan benar-benar waktu istimewa sehingga ia pantas menjadi waktu tadarus Al-Quran.
Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- memberi petunjuk kepada umatnya bagaimana mengisi malam-malam bulan Ramadhan dengan tadarus Al-Quran. Ini menunjukkan bahwa tadarus Al-Qur’an itu amalan yang paling utama di bulan Ramadhan setelah puasa Ramadhan.
Oleh karena itu, para salaf (generasi terdahulu dari para sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in) dan orang yang mengikuti mereka dengan baik menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan tadarus Al-Qur’an. Bahkan di antara mereka ada yang meninggalkan aktifiitas pengajiannya selama bulan Ramadhan untuk menfokuskan diri tadarus Al-Qur’an. Mereka memperbanyak membaca Al-Qur’an dan mengkhatamkanmya sampai beberapa kali dalam bulan Ramadhan. Inilah kebiasaan mereka setiap bulan Ranadhan.
Dalam kitabnya Lathaif Al-Ma’arif, Ibnu Rajab –rahimahullah– berkata, “Kebiasaan sebahagian salaf mengkhatamkan Al-Qur’an dalam qiyam Ramadhan dalam setiap tiga malam, sebahagian mereka dalam setiap tujuh malam di antaranya Qatadah, sebahagian mereka dalam sepuluh malam di antaranya Abu Raja’ Al-‘Atharidi. Para salaf membaca Al-Qur’an di dalam shalat dan selainnya.” (Lathaif Al-Ma’arif: 221)
Lihatlah Amirul Mukminin ‘Utsman bin ‘Affan –radhiyallahu ‘anhu– bagaimana beliau bersama Al-Quran di bulan Ramadhan. Diriwayatkan bahwa beliau menghidupkan seluruh malamnya. Beliau membaca Al-Quran di setiap rakaat shalat yang beliau kerjakan.
Ini dia shabat Ubai bin Ka’b –radhiyallahu ‘anhu– beliau mampu mengkhatamkan Al-Quran di setiap delapan harinya. Sementara shabat Tamim Ad-Dari mampu mengkhatamkannya dalam setiap pekannya.
Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i –rahimahullah -, bahkan di bulan berkah ini mampu mengkhatamkan Al-Quran sebanyak enam puluh kali selain Al-Quran yang beliau baca di waktu shalat. Begitu pula Imam Abu Hanifah –rahimahullah–.
Adalah Qatadah –rahimahullah– senantiasa mengkhatamkan Al-Quran setiap pekan. Jika datang bulan Ramadhan, beliau mampu mengkhatamkannya setiap tiga malam dan di sepuluh hari terakhirnya beliau mampu mengkhatamkannya di setiap malamnya.
Diriwayatkan bahwa Al-Aswad –rahimahullah– mengkhatamkan Al-Qur’an dalam setiap dua malam di bulan Ramadhan.
Diriwayatkan pula bahwa Ibrahim An-Nakha’i –rahimahullah–
melakukan hal itu (mengkhatamkan Al-Qur’an dalam setiap dua malam) khusus di sepuluh hari terakhir Ramadhan saja, sedangkan untuk sisa bulannya dalam tiga malam.
Disebutkan pula bahwa Qatadah –rahimahullah– biasa mengajar Al-Quran di bulan Ramadhan.
Az-Zuhri –rahimahullah– berkata ketika masuk bulan Ramadhan, “Sesungguhnya bulan Ramadhan itu membaca Al-Qur’an dan memberikan makanan.
Imam Malik–rahimahullah– yang digelari “Imam Darul Hijrah” yang memiliki pengajian dengan hadhirin yang luar biasa banyaknya, belau rela meninggalkan pengajiannya itu dan menfokuskan membaca Al-Quran.
‘Abdurrazzaq –rahimahullah– menceritakan, “Apabila Sufyan Ats-Tsauri menjumpai bulan Ramadhan, beliau biasa meninggalkan seluruh ibadah (sunnah) dan mengfokuskan diri membaca Al-Quran.”
Sufyan –rahimahullah– meriwayatkan, “Apabila Zubaid Al-Yami memasuki bulan Ramadhan, beliau mendatangkan Al-Quran dan mengumpulkan murid-muridnya.” (Lathaif Al-Ma’arif : 221-222)
Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– menganjurkan kita untuk melakukan qiyam Ramadhan. Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang melakukan qiyam Ramadhan dengan keimanan dan keikhlasan, maka diampuni dosa-dosa yang telah lalu.” (Muttafaq ‘alaih)
Makna qiyam Ramadhan adalah menghidupkan malam Ramadhan dengan ibadah yaitu shalat Tarawih, Tahajjud, Witir dan tadarus Al-Qur’an.
Tadarrus Al-Qur’an adalah segala interaksi dengan Al-Qur’an, baik dengan cara membacanya, memahaminya (mentadabburinya), mengkhatamkannya, menghafalnya, mendengarnya, mempelajarinya, mengajarkannya dan mengamalkannya.
Jadi, tadarus tidak hanya bermakna membaca Al-Qur’an dan mengkhatamkannya seperti yang dipahami oleh sebahagian unat Islam. Namun termasuk tadarus Al-Qur’an adalah interaksi lainnya dengan Al-Qur’an seperti memahaminya (mentadabburinya), mendengarnya, menghafalnya, mempelajarinya, mengajarkannya dan mengamalkannya.
Tadarus Al-Quran merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim yang diperintahkan pada setiap waktu atau setiap hari, baik di bulan Ramadhan maupun di bulan-bulan lainnya. Hanya saja pada bulan Ramadhan kita disunnatkan untuk memperbanyak tadarus Al-Qur’an.
Tadarus Al-Qur’an di bulan Ramadhan lebih utama daripada bulan-bulan lainnya, karena bulan Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an. Selain itu, bulan Ramadhan adalah bulan keberkahan (syahrun mubarak) di mana pahala ibadah dan amal shalih padanya dilipat gandakan berdasarkan hadits-hadits yang shahih.
Oleh karena itu, Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam– selalu bertadarus Al-Qur’an dengan malaikat Jibril ‘alaihi wasallam
di setiap malam bulan Ramadhan. Maka, mengisi malam-malam Ramadhan dengan tadarus Al-Qur’an pada bulan Ramadhan merupakan amalan yang paling utama setelah puasa di bulan Ramadhan.
Oleh karena itu, mari kita mengisi hari-hari Ramadhan ini dengan memperbanyak tadarrus Al-Qur’an. Berbagai keutamaan yang disediakan oleh Allah ta’ala pada bulan Ramadhan ini seharusnya menjadi motivasi dan semangat bagi kita untuk memperbanyak tadarus Al-Qur’an.
Mari kita memanfaatkan momentum Ramadhan yang singkat ini (hanya 29 atau 30 hari dalam setahun) dengan melakukan ibadah secara optimal dan berkualitas sesuai dengan petunjuk (sunnah) Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam–, agar ibadah kita berkualitas dan diterima oleh Allah ta’ala.
Sungguh sangat rugi bila Ramadhan tidak dimanfaatkan dengan optmal dan sebaik mungkin untuk memperbanyak tadarus Al-Qur’an. Sangat disayangkan bila Ramadhan yang memiliki berbagai keutamaan ini berlalu begitu saja tanpa ada upaya untuk meraih berbagai keutamaan yang tersedia padanya.
Semoga kita dapat meraih berbagai keutamaan tadarus Al-Qur’an dan plus berbagai keutamaan bulan Ramadhan, menjadi ahlul Qur’an yang selalu dekat dan berinteraksi dengan Al-Qur’an yang merupakan ciri utama orang yang bertaqwa, dan semoga ibadah kita di bulan Ramadhan ini diterima oleh Allah ta’ala. Aamin…!
Dr. Muhammad Yusran Hadi, Lc., MA., Ketua PCM Syah Kuala Banda Aceh