Deni Asy’ari: PTMA Sebagai Media Dakwah dan Kaderisasi

Deni Asy’ari

Deni Asy’ari: PTM Sebagai Media Dakwah dan Kaderisasi

PURWOKERTO, Suara Muhammadiyah – Muhammadiyah sebagaimana pandangan peneliti asal Jepang, Mitsuo Nakamura, merupakan organisasi yang multiface. Dalam satu perspektif Muhammadiyah tampak sebagai organisasi dakwah, namun dalam banyak perspektif Muhammadiyah tampak sebagai organisasi social, organisasi pendidikan, organisasi kesehatan, organisasi ekonomi, dan organisasi pelayanan.

Pandangan Mitsuo Nakamura tersebut, berhasil diungkap melalui hasil riset panjangnya di Kotagede Yogyakarta tentang pergerakan Muhammadiyah sejak tahun 1972 hingga tahun 2010. Potret multiface gerakan Muhammadiyah, sebagaimana pandangan Mitsuo Nakamura ini memang dibuktikan dengan konsistensi gerak Muhammadiyah dalam mengembangkan berbagai misi tersebut.

Demikian yang disampaikan oleh Deni Asy’ari, MA selaku Anggota Badan Pembina Harian (BPH) Universitas Muhammadiyah Purwokerto sekaligus Direktur Utama PT Syarikat Cahaya Media/ Suara Muhammadiyah dalam kegiatan Baitul Arqam “Itikaf Dosen Universitas Muhammadiyah Purwokerto, pada Selasa, 26 April 2022.

Deni juga mengatakan bahwa, semua model dan wajah gerakan Muhammadiyah yang digambarkan oleh Mitsuo Nakamura di atas, tidak lepas akarnya dari social origin Muhammadiyah sebagai gerakan ilmu atau gerakan pemikiran. Sehingga Muhammadiyah yang tampil hari ini dengan berbagai wajah, adalah cermin dan output dari konsep dasar Muhammadiyah sebagai gerakan ilmu yang telah diletakkan oleh KH Ahmad Dahlan.

“Sebagaimana yang diketahui, bahwa sosok KH Ahmad Dahlan merupakan manusia pembelajar dan pengajar. KH Dahlan merupakan seorang ulama yang gandrung mempelajari berbagaimacam kita-kitab dan buku tentang Islam dan ilmu pengetahuan. Bahkan sebagai seorang pembelajar, KH Dahlan tidak sungkan-sungkan untuk berguru dan bertanya serta meniru dari orang-orang yang berbeda secara aqidah dan mazhab denganya,” pungkasnya.

Keterbukaan KH Dahlan terhadap ilmu pengetahuan juga pernah ditunjukkan oleh KH Dahlan dengan saling belajar dan tukar pikiran dengan tokoh misionaris. Sehingga KH Dahlan mencoba meniru gerakan misionaris Kristen melalui pendirian lembaga pendidikan dan kesehatan dengan mendirikan Sekolah Modern dan Rumah sakit. Bahkan dalam catatan sejarah disebutkan, bahwa Pandu HW yang kini menjadi organisasi kepanduan Muhammadiyah, adalah model kepanduan Kristen Solo yang ditiru oleh KH Dahlan.

Semua keterbukaan serta keberanian yang dilakukan oleh KH Dahlan membangun relasi dan interaksi dengan orang-orang yang berbeda dengannya dan dengan Muhammadiyah kala itu, merupakan wujud kebersihan hati KH Ahmad Dahlan dan kecintaan KH Dahlan terhadap ilmu pengetahuan. Karena karakter dasar ilmu pengetahuan adalah keterbukaan dan obyektif. Sehingga melalui interaksi yang luas, KH Dahlan menjadi sosok manusia yang dinamis dan kaya ilmu pengetahuan serta pemikiran-pemikiran.

“Langkah dan tradisi keilmuan yang dilakukan oleh KH Dahlan. Sebenarnya juga telah dicontohkan oleh Harun Ar Rasyid pada masa kepemimpinan Abbasiyah di Baghdad pada abad ke 9.  Dimana Baghdad saat itu, menjadi negeri muslim yang cemerlang dan maju. Bahkan pada masa ini disebutkan sebagai masa kejayaan Islam di dunia,” tutur Deni.

Pada kesempatan baik ini, Deni mempresentasikan mengenai eksistensi keberadaan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM). Pada dasarnya merupakan media yang diperuntukkan menjaga dan merawat kesinambungan social origin Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi yang berlandaskan pemikiran dan ilmu pengetahuan. Oleh karenanya, PTM sering dikatakan sebagai satu-satunya laboratorium pemikiran Muhammadiyah atau juga disebut sebagai center of excellence Muhammadiyah.

“Kenapa Perguruan Tinggi (PT)?, Karena perguruan yang memiliki prasarana, kultur, sistem, dan nilai yang bisa melahirkan kader-kader persyarikatan yang unggul dan berkemajuan untuk membawa misi dakwah Muhammadiyah. Melalui manajemen PTM yang unggul, secara otomatis akan melahirkan kader-kader dakwah yang bisa membawa misi dan tujuan Muhammadiyah ke tengah gelanggang kehidupan yang lebih luas,” ungkapnya.

Jadi PTM sebagai salah satu bentuk amal usaha, bertujuan sebagai media dakwah dalam menyebarkan dakwah Islam sesuai ajaran Al Quran dan Sunnah Rasulullah kepada masyarakat. Dengan tujuan sebagai media dakwah, PTM berkewajiban untuk melahirkan gagasan-gasasan dakwah yang berkemajuan dan kader-kader dakwah yang mampu menjawab persoalan kehidupan umat dan bangsa.

“Pandangan ini menegaskan, bahwa Perguruan Tinggi Muhammadiyah dalam prakteknya harus memiliki orientasi pada pembangunan sumberdaya kader yang unggul untuk membawa misi dakwah tersebut. Tanpa adanya kader yang unggul dan berkemajuan, tidak mungkin dakwah Muhammadiyah dapat secara maksimal dan baik membangun kehidupan umat dan negeri ini. Dalam konteks inilah, perspektif gerakan ilmu pengetahuan menjadi penting dan prioritas melalui pengembangan PTM,” jelasnya.

Deni juga membentangkan strategi yang bisa diejawantahkan untuk memperkuat strategi dakwah dan kaderisasi.

Pertama, Menjadikan wawasan Al Islam dan Kemuhammadiyah sebagai basic pengetahuan seluruh civitas akademika di lingkungan PTM. Kedua, Membangun dan memperkuat peran pusat-pusat Ilmu atau lembaga pengetahuan/riset. Ketiga, Menempatkan seluruh warga PTM sebagai kaderisasi dan pelaku dakwah Muhammadiyah. Keempat, Memperluas cakupan dakwah-dakwah Muhammadiyah dengan memperkuat model dakwah bil hal. Kelima, Mendistribusikan kader PTM sebagai pengurus Muhammadiyah. Keenam, Mengorbitkan kader-kader PTM untuk kepentingan umat, Bangsa dan Persyarikatan. (Cris)

Exit mobile version