Prof Zainuddin Maliki: Idul Fitri Menghapus Pemicu Budaya Politik Transaksional
LAMONGAN, Suara Muhammadiyah – Andaikata jiwa ikhlas, peduli dan murah hati, buah dari puasa Ramadhan benar-benar menyebar, bisa kita pastikan keadaan bangsa ini akan menjadi lain. Demikian disampaikan Prof DR Zainudin Maliki MSi anggota DPR RI, Ahad (8/5/2022).
Zainudin Maliki mengatakan paling tidak kita bisa mengurangi pola hidup serba transaksional, yang semua transaksi. Bukan hanya di ranah ekonomi, tetapi juga sosial, dan politik dilakukan dengan motif uang. Terjauh dari kemurahan hati dan keihlasan.
Lanjutnya, dalam kehidupan transaksional orang tidak lagi tertarik bersemboyan maju tak gentar membela yang benar. Orang lebih tertarik bersemboyan maju tak gentar membela yang bayar. Dalam dunia politik saat ini popular dengan istilah NPWP –nomor piro wani piro.
Legislator dari Dapil X Lamongan Gresik ini mengatakan, tidak ada lagi kamus kemurahan dan kedermawanan dalam dunia politik. Politik sudah berubah menjadi arena transaksional. Kebenaran dan keadilan, kursi dan kekuasaan dijual demi uang.
“Kehidupan transaksional mengacaukan sendi-sendi kehidupan karena membunuh keihlasan. Keihlasan dan kemurahan hati menjadi barang langka. Masyarakat kini tengah mengalami defisit jiwa ihlas dan murah hati. Hidup serba ongkos material dan mahal,” ujar mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya ini
Bagi kelas menengah, menurut legislator kelahiran Tulungagung ini mereka bisa mengatakan “aku rapopo”. Apalagi bagi mereka yang bisa jual asset negara seenaknya dan suka memilih jalan pintas seperti korupsi.
Jelasnya, jiwa peduli, ihlas dan bermurah hati, menurut hematnya adalah solusi dalam menata negeri yang kita cintai, negeri yang sumberdaya alamnya melimpah ruah, terhampar bagaikan zamrud di katulistiwa, tetapi sekarang masih tertatih mengejar ketertinggalan, kejumudan, kemerosotan, dan terseok-seok mengusir kebodohan dan kemiskinan.
“Di sekitar kita, masih banyak saudara-saudara kita yang belum beruntung. Angka kemiskinan di negeri kita masih cukup besar. Jutaan tenaga kerja baru tidak bisa diserap. Lapangan kerja semakin terbatas,” ujar anggota Komisi X ini
Zainudin Maliki menjelaskan banyak lapangan usaha yang tutup. Harga kebutuhan pokok semakin mahal. Membuat keadaan semakin berat. Tidak sedikit yang kemudian kehilangan kesabaran dan dengan mudah dikonspirasi untuk melakukan teror dan tindakan kekerasan.
Lanjutnya, karena desakan ekonomi yang parah, mereka tidak lagi bisa mencerna peringatan Allah Swt. Yang terjadi kaadal faqru an yakuuna kufra. Mereka yang tidak bisa menahan kesabaran lalu terjerumus kedalam kehidupan terlarang seperti korupsi, menjadi pelaku kekerasan, teror dan berbagai tindakan kriminal lainnya.
“Selamat merayakan hari yang fitri 1443 Hijriyah. Semoga lebaran tahun ini membawa kebahagiaan yang berlipat ganda. Taqabbalallahu minna wa minkum. Mohon maaf lahir dan batin,” pungkasnya (Fathurrahim Syuhadi)