Karakter yang Harus Dihindari oleh Pribadi Muslim
PURBALINGGA, Suara Muhammadiyah – Menurut Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Bobotsari, Ir. H. Muslih Effendi, setidaknya terdapat lima karakter yang harus dihindari oleh setiap muslim agar hidupnya penuh dengan kebahagiaan. Kelima karakter buruk tersebut terangkum dalam akronim TENGIL.
“Apabila seseorang telah kemasukan virus TENGIL, maka ia tidak akan berhasil dan tidak akan bahagia dalam hidupnya,” tegas Ust. Muslih.
Penjelasannya sebagai berikut, Takabur atau sombong. Kemudian Egois atau mementingkan diri sendiri. Lalu Norak atau tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya. Selanjutnya Galak atau suka marah-marah. Setelah itu Iri yaitu senang melihat orang lain susah, atau susah melihat orang lain senang. Terakhir, Licik atau menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
Hal itu disampaikan pada kegiatan halal bihalal 1443H dan tasyakuran Mushala At-Taqwa Desa Pengalusan, Ahad, (8/5). Turut hadir pada acara tersebut Kepala Desa Pengalusan, Ki Bambang Khaerudin, paguyuban AGOELA Nimbrung, DKM Masjid Jami’ Nurul Huda, beberapa Ketua RT, serta sebagian warga yang berasal dari lima RT di sekitar lokasi acara.
Sombong merupakan salah satu dosa yang mula-mula dilakukan oleh makhluk Allah SWT, ia menjadi sebab diusirnya nenek moyang iblis dari dalam Surga. Iblis merasa dirinya lebih mulia dari Nabi Adam AS, sehingga tidak mau memenuhi perintah Allah SWT untuk tunduk sujud kepadanya.
Orang yang egois susah diajak kerjasama, segala hal maunya menang sendiri, tidak peduli dengan pendapat dan urusan orang lain. Adapun norak atau tidak proporsional misalnya orang pergi ke pengajian namun pakaian dan penampilannya terlalu berlebihan, potongan bajunya “patonah” (pating penjoto tur genah) atau baju yang dikenakan amat ketat, sehingga terlihat bentuk tubuh. Kendalikan emosi atau marah, sebab hal itu juga merupakan salah satu tanda orang bertakwa sebagaimana tersebut dalam QS. Ali Imran: 134.
Orang yang hidupnya iri tidak pernah merasa tenteram. Sementara yang licik biasanya ditandai dengan serakah, “ora kadal, ora wungkal, ora sandal, bantal, aspal, kabeh diuntal,” atau kurang lebih maknanya ialah segala hal diambil untuk kepentingan perutnya sendiri. (DF).