Merawat Marwah Muhammadiyah, Syawalan Kokam Bersama Prof Haedar Nashir

Merawat Marwah Muhammadiyah, Syawalan Kokam Bersama Prof Haedar Nashir

Merawat Marwah Muhammadiyah, Syawalan Kokam Bersama Prof Haedar Nashir

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (Kokam) Daerah Istimewah Yogyakarta menyelenggarakan Syawalan bersama dengan ketua umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir MSi pada Jum’at (13/5) di kantor PP Muhammadiyah jalan Cik Di Tiro, Gondokusuman, Yogyakarta.

Dalam sambutannya, Komandan Wilayah Kokam DIY Wahyu Gunawan Wibisono SP menyampaikan bahwa di momen syawal kali ini, hendaknya dijadikan sebagai bulan peningkatan semangat dakwah.

“Jadikan Kokam selalu meneguhkan dakwah Muhammadiyah dan menegakkan semangat Al-Ma’un,” Pesannya kepada peserta yang hadir secara luring maupun daring.

Sementara itu, sekretaris Kokam dan SAR Iwan Setiawan memaparkan dihadapan ketua umum, yang didampingi oleh ketua pimpinan pusat Muhammadiyah dr Agus Taufiqurrahman MKes SpS bahwa ada tiga hal utama yang menjadi harapan Kokam ke depan, sebagaimana tertuang dalam buku Peraturan dan Pedoman Kokam yaitu pelayanan, kebencanaan, serta ekologi.

Pada era pengurusannya yang akan segera berakhir, Iwan melihat bahwa ada ketertarikan kelompok perempuan untuk bergabung di Kokam. Akan tetapi menurutnya perempuan boleh mengikuti kegiatan Kokam akan tetapi aktivitas pembinaan tetap dilakukan di Nasyiatul Asyiyah.

“Maka perempuan boleh ikut kegiatan di Kokam, akan tetapi pembinaan tetap dilakukan di Nasyiatul Aisyiyah,” sarannya.

Haedar Nashir dalam hikmah syawalan menyampaikan bahwa Kokam memiliki andil dalam perjalanan panjang berdirinya negara Indonesia. Sejarah menegaskan hal tersebut. Rentetan peristiwa itu terjadi ketika menyeruaknya gerakan pembantaian yang acap dikenal dengan sebutan G30SPKI. Bersama dengan gerakan bangsa yang lain, Kokam turut hadir dalam menegakkan semangat persatuan.

“Semangat persatuan itulah yang terus hidup di jiwa Kokam,” terang Haedar.

Menurut Haedar tujuan hidup seseorang tidak lain adalah mengharap rida Allah swt. Karena itu setiap aktivitas, apapun bentuknya, termasuk aktivitas dalam Muhammadiyah, dalam Kokam, maupun kegiatan lainnya merupakan ibadah kepada Allah swt.

Dalam berdakwah menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar menurut Haedar, hendaknya disampaikan dengan cara yang bijaksana, berpendidikan, serta dengan penyampaian yang baik. Apabila terpaksa harus berdebat, perdebatan juga dilakukan dengan cara yang baik dengan dukungan argumen yang baik pula. Sebaliknya, Haedar menyayangkan dakwah yang dilakukan dengan mengeluh, saling mencaci, menghujat, hingga sumpah serapah.

Pada paparannya, Haedar mengingatkan bahwa Muhammadiyah selain sebagai organisasi yang mulia dan utama, juga merupakan organisasi yang besar. Hal itu ditegaskan oleh berbagai hasil peneltian.

“Muhammadiyah merupakan organisasi Islam moderat terbesar tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia. Termasuk Aisyiyah sebagai gerakan perempuan berkemajuan terbesar,” paparnya mengutip beberapa hasil penelitian.

“Karena itu tugas kita menjaga marwah dan muruah,” lanjutnya.

Tidak hanya di daerah perkotaan. Kiprah Muhammadiyah disampaikan Haedar bahkan telah menjamah hingga ke berbagai pelosok di negeri ini. Tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara. Seperti ranah pendidikan yang telah ada di Malaysia, Australia, Mesir dan negara lainnya.

“Ketika pemerintah belum hadir, kita (Muhammadiyah) sudah hadir,” terangnya.

Usia Muhammadiyah yang telah mencapai 109 tahun menurut Haedar tidak lepas dari usaha, perjuangan serta komitmen orang-orang di dalamnya. Termasuk juga kepercayaan masyarakat.

“Tugas kita selanjutnya adalah menjaga, merawat, membangun, mengembangkan dan menyempurnakan,” titahnya.

Di hadapan para Angkatan muda Muhammadiyah, Haedar berpesan bahwa tantangan selanjutnya adalah bagaimana menyelesaikan berbagai masalah yang ada di sekitar. Misalnya dalam memakmurkan masjid, mengelola sampah, mewadahi para pemuda di jalanan, hingga membantu masyarakat yang kesusahan.

Diakhir paparan, Haedar mengingatkan bahwa Muhammadiyah besar salah satunya karena punya Kepribadian serta Khittah. Apabila keduanya tidak dijalankan sesuai dengan apa yang berlaku, menurut Haedar akan terjadi perpecahan. Misalnya dalam sikap politik. Muhammadiyah bukanlah organisasi politik dan tidak terlibat dalam politik praktis. Apabila Kokam mengikuti salah satu kelompok tertentu, hal ini akan memecah belah kokam.

“Sekali partisan, Kokam akan terbelah,” pesannya. (dandi/riz)

Exit mobile version