Halal Bihalal PCM Prambanan Bersama Ketua PWM Jateng
SLEMAN, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Cabang Muhammadiyah Prambanan Sleman mengundang Ketua PWM Jawa Tengah, H. Tafsir, M. Ag dalam acara halal bihalal dan silaturahmi Idul Fitri 1443 H PCM Prambanan. Kegiatan ini menghadirkan seluruh ortom dan keluarga besar Muhammadiyah yang ada di kapanewon Prambanan. Bertempat di masjid ARF, Senin, 15 Syawwal 1443 H kegiatan diawali pembacaan ayat suci alquran oleh Qori Kunta Ulinnuha. Suasana yang dihadiri tidak kurang dari 750 undangan ini berlangsung khidmat.
Ketua PCM Prambanan, Drs. H. Muchson AR, M.Pd dalam sambutannya mengatakan moment syawalan ini sangat penting untuk bangkit kembali pasca pandemi. “Dengan semangat idul fitri mari kita kembali ke fitrah Muhammadiyah. Kita jadikan lembaga amal usaha Muhammadiyah ini sebagai ladang ibadah. Motifnya macam-macam, misalnya menjadi guru, jadilah guru yang bisa mengaktualisasikan diri dengan mengeluarkan kemampuan terbaiknya, begitu juga dengan profesi lainnya,”ujarnya.
Acara yang dihadiri Pimpinan Cabang, Ranting, Kepala Sekolah dari tingkat PAUD, TK, SD, SMP, SMA dan SMK serta guru karyawan Muhammadiyah ini juga dirangkai dengan pamitan haji warga Muhammadiyah Prambanan. Ada tujuh jamaah calon haji dari warga Muhammadiyah Prambanan yang berangkat ke Baitullah tahun ini, sementara 6 jamaah lainnya cadangan, tutur H. Toto Suharto, M. Kes selaku majelis Dikdasmen PCM dalam sambutannya.
Tausiyah pada halal bihalal kali ini diisi oleh Ketua PWM Jawa Tengah H. Tafsir, M. Ag mengulas seputar sejarah halal bihalal. “Halal bihalal merupakan tradisi masyarakat Indonesia yang dilakukan sesudah hari lebaran baik di kalangan instansi pemerintah, perusahaan dan dunia pendidikan,”jelasnya. Selanjutnya beliau menjelaskan kegiatan ini tentu saja menjadi tradisi tahunan yang unik dan tetap dipertahankan serta dilestarikan. Ini adalah refleksi ajaran Islam yang menekankan sikap persaudaraan, persatuan, dan saling berbagi kasih sayang pasca lebaran, ungkapnya.
Dalam kenyataannya, tambah beliau, perjalanan hidup manusia selalu tidak bisa luput dari dosa. Dosa yang paling sering dilakukan adalah kesalahan terhadap sesamanya, seperti iri hati, permusuhan dan saling menyakiti. Halal bihalal merupakan peristiwa penting untuk saling memaafkan, baik secara individu maupun kelompok. Dalam kacamata Islam, halal bihalal bertujuan untuk menghormati sesama manusia dalam bingkai silaturahmi.
Menurutnya, halal bihalal dilihat dari sisi silaturahmi dapat menjadi perantara untuk memperluas rezeki dan memperpanjang umur, sebagaimana keterangan sebuah hadis dari Abu Hurairah ra, ia berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda : “Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia bersilaturahmi”.
Pria asli Kebumen itu menambahkan, tradisi halal bihalal ini bisa dikatakan produk umat Islam Indonesia. Halal bihalal, tegasnya, tidak hanya menjadi fenomena syari’ah, akan tetapi juga budaya. Maka, tradisi halal bihalal ini harus tetap kita lestarikan terutama bagi kalangan warga persyarikatan Muhammadiyah sebagai salah satu kekayaan kultural Indonesia sekaligus sebagai salah satu media untuk mempererat persaudaraan bagi keluarga, tetangga, rekan kerja dan umat beragama.
Di akhir sesi, ustadz Tafsir menyimpulkan, membangun kultur idul fitri tidak hanya sebatas dari sisi syari’ah, tetapi juga fenomena budaya. Melalui tradisi halal bihalal yang merupakan bagian dari kreatifitas budaya menjadi warna tersendiri bagi masyarakat muslim Indonesia. “Mengapa demikian? Karena agama akan kaya, agama akan mengakar dan agama akan mudah diterima masyarakat kalau agama telah menjadi budaya,” pungkasnya. (ElMoedarries)