Abad Kedua ‘Aisyiyah, Terus Berperan Membangun Peradaban

Aisyiyah

Foto Dok PPA/SM

Abad Kedua ‘Aisyiyah, Terus Berperan Membangun Peradaban

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Genap 105 Tahun, ‘Aisyiyah menyelenggarakan Tasyakur Milad ke-105 ‘Aisyiyah dan Halal Bihalal pada 19 Mei 2022 (Berdiri pada 19 Mei 1917 dalam bilangan Miladiyah) atau milad ke-108 menurut hitungan Hijriyah (27 Rajab 1335 H – 27 Rajab 1443 H). Perayaan yang berlangsung di Gedung Siti Bariyah Universitas ‘Aisyiyah tersebut juga dihadiri oleh ketua umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr H Haedar Nashir MSi serta Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Lestari Priansari Marsudi SH LLM.

Dalam pidato miladnya, Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Dr Siti Noordjannah Djohantini MM MSi menegaskan bahwa milad memiliki artin penting, yakni sebagai bentuk ungkapan rasa syukur atas nikmat Allah swt berupa perjalanan panjang melintasi zaman dalam mengemban misi dakwah dan tajdid untuk mencerahkan kehidupan.

“Milad menjadi momentum penting melakukan refleksi ruhani dan pemikiran atas usaha-usaha yang dilakukan ‘Aisyiyah selama ini. Setelah itu seraya memperbaiki dan menyempurnakan langkah menuju masa depan yang lebih baik dalam spirit berkemajuan,” tegasnya.

Melalui tema “Sukses Muktamar ke-48: Perempuan Mengusung Peradaban Utama” Siti Noordjannah menerangkan bahwa ‘Aisyiyah bermaksud meneguhkan dan mendorong perempuan untuk membangun peradaban utama secara kolektif. Serta mensyiarkan Muktamar yang akan dilaksanakan pada bulan November mendatang.

“Keduanya terangkai menjadi komitmen ‘Aisyiyah dalam mendinamisasi gerakannya yang semakin unggul dan meluas dalam kehidupan keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan semesta,” paparnya.

Pada perayaan milad yang berlangusng di bulan syawal, Siti Noordjanah juga mengingatkan untuk tetap mempererat persaudaraan, serta meningkatkan kualitas ketaqwaan agar dapat menjadi insan yang semakin baik, dalam hubungannya dengan sang pencipta (habluminallah), maupun hubungannya dengan sesama manusia (habluminannas).

“Mari kita wujudkan nilai-nilai taqwa dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, dan hubungan kemanusiaan semesta,” himbaunya.

Tantangan Abad Kedua

‘Aisyiyah menurut Siti Noordjannah merupakan gerakan Islam yang mengemban misi dakwah dan tajdid untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Memasuki abad kedua, ‘Aisyiyah dihadapkan pada tantangan yang tidak mudah serta permasalahan yang semakin kompleks. Sebut saja dampak pandemi Covid-19 yang menjerang berbagai aspek kehidupan. Karena itu menurut Noordjannah dakwah ‘Aisyiyah semakin dituntut untuk memperluas jangkauan pembinaan dakwahnya sesuai era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta zaman.

“Hal yang demikian memerlukan intensitas dan kualitas dakwah pencerahan ‘Aisyiyah agar masyarakat lebih mengedepankan keadaban mulia, kebaikan, kecerdasan, keilmuan, dan keutamaan sebagai bentuk peradaban utama,” harapnya.

Selain itu, dengan sederet tantangan yang membentang, dakwah ‘Aisyiyah juga dituntut untuk semakin memperluas pembinaannya di tingkat Jemaah maupun komunitas. Terlebih masyarakat Indonesia yang terdiri dari beraneka ragam agama, suku bangsa, golongan, kelompok, kedaerahan, dan latar belakang sosial budaya. Sehingga memerlukan ta’awun atau kebersamaan saling membantu, saling menolong, saling mengingatkan dan bekerja sama dalam perbedaan untuk meraih kemajuan hidup bersama.

“Karenanya melalui kerja-kerja dakwah, ‘Aisyiyah harus menjadi kekuatan perekat sosial yang membawa misi rahmatan lil-‘alamin,” tuturnya.

“‘Aisyiyah hadir dengan dakwah yang melintas-batas, artinya menyebarluaskan dakwah untuk membangun peradaban di tengah keragaman sosial masyarakat yang membawa pada kehidupan yang lebih baik, kedamaian, kebaikan, toleransi, kebersamaan, keunggulan, dan nilai-nilai luhur kehidupan,” lanjunya.

Dengan dakwah pencerahan, ‘Aisyiyah menyuarakan serta mempelopori gerakan hidup damai, sehat, bersih, dan berkeadaban mulia sebagai budaya kolektif umat dan masyarakat, sehingga mencerminkan uswah hasanah dan peradaban utama sebagamana aktualisasi pembentukan Khairah Ummah.

Dalam kehidupan politik kebangsaan menurut Noordjannah ‘Aisyiyah menyebarkan nilai-nilai luhur pencerhan dalam bentuk menyuarakan pesan dan mengembangkan sikap kebangsaan yang berpijak pada kebenaran dan kebaikan, moderat, damai, toleransi, jujur, demokratis, dan berakhlak mulia untuk membawa Indonesia yang bersatu, berdaulat, bermartabat, adil, makmur, dan berkemajuan.

Berbagai kemajuan tersebut dapat teraktualisasi menurut Noordjannah atas gerakan perempuan-perempuan ‘Aisyiyah yang memiliki karakter dan potensi beretos kemajuan seperti gemar bekerja keras, militansi tinggi, berkhidmat sepenuh hati, ikhlas, kerelawanan, hemat, gigih, dan menebar kebaikan yang semuanya lahir dari komitmen keislaman, keilmuan dan orientasi amaliah yang bermisi dakwah untuk membangun peradaban hidup yang lebih baik.

Dakwah ‘Aisyiyah juga telah membawa kemajuan umat dan bangsa di seluruh sudut negeri sampai ke daerah-daerah terdepan, terjauh, hingga tertinggal. Berbagai bidang kehidupan mulai dari peneguhan keagamaan (spiritualitas), pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, hukum, ekonomi, pendidikan politik kewarganegaraan, hingga perkaderan.

“hal ini merupakan ikhtiar membangun peradaban utama,” jelas dosen Fakultas Ekonomi Universtias Muhammadiyah Yogyakarta itu.

Menurut Noordjannah gerakan ‘Aisyiyah di seluruh tingkatan dituntut untuk semakin tanggap dalam memahami dan memberi solusi atas masalah-masalah sosial sekitar. Khususnya masalah keluarga, anak dan perempuan. Termasuk menjadi kekuatan keagamaan yang memberikan edukasi dan menjadi pemandu moral yang mencerahkan generasi milenial yang hidup di tengah perbubahan sosial dan tantangan zaman yang semakin kompeks.

“Berbagai kelompok sosial termasuk generasi milenial memelukan sentuhan dakwah dan tabligh yang menggembirakan, memberikan optimisme, menggelorakan daya hidup maju, menanamkan budaya nir-kekerasan, dan menanamkan nilai-nilai kebaikan utama sehingga masyarakat makin berkeadaban dan berkemajuan,” tutur Anggota Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) 2003-2008.

Peran Perempuan

Peradaban lanjut Noordjannah merupakan puncak tertinggi dari sistem pengetahuan kolektif manusia dalam membangun tata kehidupan bersama. Menurut para ahli, tata kehidupan bersama yang hidup dalam kebudayaan suatu masyarakat atau bangsa memiliki unsur penting, yaitu sistem religi, Bahasa, pengetahuan, kesenian, organisasi sosial, bahasa, pengetahuan, kesenian, organisasi sosial, peralatan hidup dan teknologi, dan mata pencaharian atau ekonomi.

Perempuan menurut Noordjannah memiliki peran penting dalam membangun peradaban. Beberapa catatan sejarah menegaskan hal tersebut. Pertama ada Siti Khadidjah, Siti ‘Aisyiyah sebagai tokoh utama Ummahatul Mukminun; ada sufi ternama Rabiah Al-Adawiyyah; Zubaidah sang permaisuri Khaifah Harun Ar-Rasyid yang dermawan; Nusaybah binti Ka’ab tokoh pejuang perempuan yang ikut bertempur di perang Uhud; Rufaida Al-Aslamia pelopor kesehatan pada periode awal Islam masuk ke kota Madinah (abad 6 hingga 7 Masehi); Zainab binti Ahmad seorang ilmuan Muslimah yang punya pendalaman di bidang hadits dan mengajar di madrasah Hanbali di Damaskus; Aziza Uthmania seorang filantropi Tunisia yang mendirikan Sadiki Bimaristan—rumah sakit modern pertama di Tunisia; serta Fathimmah Al-Fihri yang mendirikan Universits Al-Qarawiyyin sebagai salah satu universitas tertua di dunia.

Demikian halnya dengan beberapa tokoh di Indonesia seperti Siti Walidah, Siti Moendjiyah, Siti Hayyinah, Tjut Nyak Dien, RA Kartini, hingga ibu Fatmawati.

“Apa yang ditampilkan oleh para tokoh perempuan Islam teresbut merupakan bukti sejarah dari kehadirnanya dalam membangun peradaban dunia,” kisah Noordjannah yang juga pendiri Yasanti.

“Perempuan tampil bersama laki-laki dalam martabat yang sama untuk berbuat kebaikan bagi kehidupan bersama sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran Surah An-Nahl ayat 97,” lanjutnya.

Pada pidatonya, Noordjannah yang juga pernah aktif di pimpinan pusat IPM periode 1983-1986 menghimbau agar Muktamar ke-48 yang akan berlangsung pada 18-22 November 2022 di Surakarta dapat dipersiapkan dengan baik.

“Buktikan bahwa ‘Aisyiyah dan Muhammadiyah sebagai organisasi modern dan pembaruan mampu bermuktamar dalam berbagai keadaan secara cerdas, optimis dan bergembira, menggunakan iptek dengan optimal, memupuk kebersamaan dan ukhuwah, mengembangkan syiar melalui berbagai media dan sarana, serta mempersiapkan isi dan rancangan keputusan yang terbaik dan membawa kemaslahatan bagi kemajuan organisasi, umat, bangsa, dan kemanusiaan semesta,” titah ketua umum Nasyiatul ‘Aisyiyah periode 1990-1995.

Exit mobile version