Agama, Ideologi dan Budaya: 3 Nilai Utama Kunci Indonesia Bermartabat
Bukittinggi, Suara Muhammadiyah – Suara Muhammadiyah menyelenggarakan Bedah Buku Perdana karya Prof. Dr. H. Haedar Nashir setelah diluncurkan secara Perdana di Unismuh Makassar beberapa waktu lalu. Adapun kegiatan bedah buku ini dilaksanakan
di Lantai 2 Convention Center Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, M. Ag. , Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (UMSB), Senin (23/5) dengan mengundang narasumber Dr. Bambang dari akademisi kampus sekaligus memberikan testimoni terhadap isi buku tersebut. Acara ini dihadiri oleh Deni Asy’ari, direktur utama Suara Muhammadiyah, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bukittinggi, Ismail Novel; Wakil Rektor 3 UMSB, Mochammad Abdi; PDM Lima Puluh Kota, Direksi Suara Muhammadiyah serta akademisi kampus setempat.
Deni Asy’ari menyampaikan apresiasinya kepada Haedar Nashir yang telah menyelesaikan buku kedua ini, diluncurkan dan dibedah di berbagai kota, salah satunya di kampus UMSB ini. Di tengah kesibukan dan aktivitasnya, termasuk saat sedang bertolak pulang dari Makassar menuju Yogyakarta, Haedar Nashir masih aktif untuk menuangkan ide dan pemikiran-pemikiran melalui karya tulis buku yang diharapkan bisa menjadi referensi utama dalam menyikapi berbagai problematika, baik dalam kehidupan di lingkungan Muhammadiyah maupun bernegara.
“Saat Prof Haedar pulang menuju ke Yogyakarta beberapa waktu lalu dengan maskapai Lion Air di Makassar, banyak permintaan amanah tulisan dari berbagai media, termasuk Suara Muhammadiyah. Dalam perjalanan tersebut, Prof Haedar masih menyempatkan untuk menulis untuk memenuhi permintaan tersebut,” ujarnya.
Buku yang diterbitkan berjudul Indonesia Ideologi dan Martabat Pemimpin Bangsa ini merupakan serial buku kedua yang diterbitkan oleh Suara Muhammadiyah bersama Republika. Buku serial pertama berjudul Agama, Demokrasi dan Politik Kekerasan.
Walaupun dua judul yang berbeda antara serial pertama dan kedua, namun memiliki benang merah pemikiran yang utuh antara keduanya.
Dalam buku pertama, Prof Haedar banyak bicara soal fakta sistem demokrasi yang berjalan di negeri ini pasca rezim otoritarianisme. Walaupun sistem demokrasi diakui sebagai sebuah sistem terbaik hari ini, namun Prof Haedar melihat, tidak menutup kemungkinan, demokrasi yang dibangun dalam kultur oligarkhi, akan melahirkan wajah demokrasi yang bersifat pseudo atau demokrasi palsu.
Oleh karenanya, untuk menjaga sisten demokrasi berjalan sesuai dengan semangat reformasi, dibutuhkan kepemimpinan yang memiliki martabat dan pemahaman ideologis yang kuat, yakni pemahaman akan nilai-nilai agama, pancasila dan budaya sebagai ruh dari ideologi bangsa.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bukittinggi, Dr. Ismail Novel, mengapresiasi kehadiran buku yang ditulis oleh Prof Haedar Nashir. Menurut beliau, karya ini menunjukkan, prof Haedar bukan saja sebagai seorang ulama, namun beliau sosok intelektual yang berkarakter.
Tulisan-tulisan beliau, termasuk dalam buku ini, memberikan gambaran tentang pemahaman beliau yang sangat kaya dan luas tentang Indonesia. Tentu saja, kita sangat membutuhkan sosok kepemimpinan seperti Prof Haedar ini.
Sementara itu, Muhammad Abdi, Wakil Rektor III Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, mendorong buku karya Prof Haedar Nashir ini menjadi buku wajib bagi kalangan mahasiswa.
Buku ini menurutnya, mengajarkan tentang bagaimana pemahaman kita tentang Indonesia, tentang ideologi dan tentang kepeminpinan. Diurai dalam bahasa yang sangat mudah dipahami dan dianalisa.
Hal senada Dr. Bambang, yang ditampuk sebagai narasumber, mengatakan bahwa buku yang dituliskan prof Haedar mengajak untuk berbangsa dan bernegara secara moderat. ” Moderasi tidak harus mencampuradukan, tetapi ada nilai pluralis di sana. Bambang juga sangat mengapresiasi atas sikap nasionalisme dan agama yang dilakukan oleh Haedar, sehingga bisa menjadi suri tauladan, sebagaimana yang disebutkan dalam buku ini, pemimpin menjadi kunci utama dalam menjadikan negara yang bermartabat. Pemimpin yang baik dan bermartabat adalah pemimpin yang khotibul ummah, yang artinya bisa melayani ummat, bukan terletak pada kekuasaan semata.
Dalam kesempatan tersebut, Suara Muhammadiyah, turut mengucapkan terima kasih kepada PDM, kampus UMSB dan juga peserta yang hadir, baik dalam hal memfasilitasi agenda bedah buku ini serta memberikan sumbangsih dalam diskusi.” (red)