Muhammadiyah Konsisten Sukseskan Program Imunisasi dan Vaksinasi Covid-19

Imunisasi

Muhammadiyah Konsisten Sukseskan Program Imunisasi dan Vaksinasi Covid-19

JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Pusat Muhammadiyah menggelar Diskusi Virtual Imunisasi Nasional dengan tema ‘Peran Muhammadiyah dalam Menyukseskan Imunisasi Nasional’, Selasa (24/5). Acara ini dalam rangka mengampanyekan imunisasi kepada segenap elemen masyarakat di Indonesia. Selain itu, acara ini juga membahas tentang vaksinasi Covid-19.

Beberapa pembicara turut hadir antara lain Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Imran Agus Nurali, SpKO, Wakil Ketua MPKU Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dr Hj Esty Martiana Rachmie, Mkes, Spesialisasi Komunikasi Perubahan Perilaku, UNICEF, Rizky Ika Syafitri, dan selaku moderator Yuyun Umniyatun, SKM., MARS, Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Prof Dr Hamka, Jakarta.

Dalam diskusi ini, dr Esty mengatakan bahwa Muhammadiyah sebagai gerakan Amar Makruf Nahi Munkar dan dikenal pula gerakan tajdid (pembaruan) memiliki amal usaha yang sangat potensial dalam menyukseskan imunisasi dan vaksinasi Covid-19. Menurut data, terdapat 364 Rumah Sakit Muhammadiyah Aisyiyah (RSMA) dan Klinik, 22.000 TK, PAUD, Kelompok Bermain, 2,766 SD, MI, 1,407 SMA, SMK, MA, 356 Pondok Pesantren / Madrasah Boording School, 384 Panti Asuhan, dan 164 Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTMA).

“Ini bukti konkret dukungan dan komitmen Muhammadiyah terhadap pelaksanaan vaksinasi”, pungkasnya.

Program-program nasional berkaitan dengan kesehatan yang dikenal dengan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) dan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) selalu didukung oleh Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah. “Muhammadiyah ‘Aisyiyah selalu berpartisipasi mendukung pelaksanaan BIAS dan PIN setiap kali diselenggarakan,” ujarnya.

Selama Pandemi Covid-19 Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah berpartisipasi aktif dan menjadi garda terdepan dalam percepatan vaksinasi Covid-19. Tujuannya untuk menanggulangi Pandemi Covid-19 dengan mempercepat pencapaian target vaksinasi Covid-19 dan sampai saat ini masih terus berjalan.

“Sebetulnya dari awal digerakkan vaksinasi, Muhammadiyah dengan ‘mandiri’ upaya tanpa bantuan atau donatur, itu sudah langsung bergerak dari Amal Usaha rumah sakit, didukung oleh semua elemen dan amal usaha, perguruan tinggi dan Lazizmu, itu langsung bergerak melakukan vaksinasi,” terangnya.

Kemudian, di sisi imunisasi dalam rangka menyukseskan bulan imunisasi anak nasional 2022, akan digelar dalam 2 tahap. Tahap pertama diselenggarakan bulan Mei meliputi wilayah Sumatera, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Lalu pada tahap kedua akan diselenggarakan di bulan Agustus meliputi wilayah Jawa dan Bali. Adapun jenis Imunisasi mencakup Imunisasi campak Rubella (MR) untuk usia 8 bulan – 9 tahun (khusus untk Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau bisa sampai <15th). Juga harus Melengkapi imunisasi Polio, DPT-HB-HIB bagi anak yang terlewat untuk usia 12 -59 bulan.

Di sisi lain, dr Imran menyatakan dengan imunisasi, dapat menangkal pelbagai penyakit-penyakit yang dapat menyerang tubuh sang anak bilamana tidak melakukannya. Yakni

Pertama, Polio yang menyebabkan kelumpuhan permanen pada kaki dan lengan.

Kedua, Difteri yang mengakibatkan penyumbatan saluran pernapasan dan kelumpuhan otot jantung yang kemungkinan besar dapat menyebabkan kematian.

Ketiga, Tetanus pada bayi yang baru lahir juga menyebabkan kematian.

Keempat, Pertusis (batuk rejan) yang menyebabkan anak batuk terus menerus dan bertambah parah serta menimbulkan suara melengking, batuk dapat terjadi berbulan-bulan.

Kelima, Campak akan menyebabkan komplikasi berupa radang paru, otak, diare, radang telinga, dehidrasi, hingga berakibat pada kematian.

Keenam, Rubella bila menulari ibu hamil pada trimester pertama atau awal kehamilan, dapat menyebabkan keguguran atau kecacatan pada bayi yang dilahirkan yang dikenal sebagai Sindroma Rubela Kongenital (gangguan penglihatan pendengaran serta penyakit jantung bawaan).

dr Imran menyoroti telah terjadi penurunan cakupan imunisasi yang signifikan sejak gempuran Pandemi Covid-19. Rata-rata terjadi penurunan cakupan sebesar 11,27 persen pada 4 antigen sejak 2019. Dan terdapat 1,7 juta bayi tidak diimunisasi lengkap selama periode 2019-2021. “Cakupan imunisasi kita sejak pandemi itu turun, sejak ada pembatasan, sehingga kegiatan posyandu relatif turun.  Tahun 2020 posyandu aktif kita kurang lebih 21 persen, dan tahun 2021 masih dihitung, kurang lebih mungkin sudah mulai meningkat karena sudah ada pedoman bagaimana memodifikasi pelayanan kegiatan posyandu pada saat Pandemi Covid-19”, katanya.

Senada dengan dr Imran, Rizky Ika Syafitri juga mengatakan terjadi penurunan cakupan imunisasi yang signifikan sejak Pandemi Covid-19. Akumulasi anak yang tidak mendapat imunisasi rutin mengakibatkan tidak terbentuknya Herd Immunity. “Anak yang tidak mendapatkan imunisasi rutin lengkap ini bahaya sekali. Kita bisa mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk jenis-jenis penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dengan mudah dengan imunisasi, dari Difteri, Campak, dan Polio,” ungkapnya.

Oleh karenanya, dr Imran memberikan dukungan yang diharapkan dari Pengurus Pusat dan Anggota Muhammadiyah. Yakni Pertama, Berperan aktif dalam sosialisasi dan edukasi masyarakat tentang pentingnya imunisasi. Kedua, Berperan aktif dalam menggerakkan sasaran, misal dengan mereview riwayat imunisasi semua pasien usia balita dan menganjurkan mereka untuk ke puskesmas / pos BIAN /Posyandu. Ketiga, Berkoordinasi dengan Dinkes/Puskesmas untuk mem berikan pelayanan imunisasi saat BIAN di fasilitas pelayanan kesehatan atau menjadi bagian dari tim imunisasi di Pos imunisasi BIAN. (Cris)

Exit mobile version