Pandangan Bioetika dan Islam terkait Limbah Microplastic di Laut
Oleh: Desy Fitria Nuraini
Pencemaran merupakan isu lingkungan yang tidak kunjung terselesaikan. Salah satu isu pencemaran lingkungan yang menjadi permasalahan global adalah pencemaran microplastic. Plastik memiliki sifat yang kuat, ringan, dan tahan lama sehingga penggunaan plastik terus meningkat dan sangat luas digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, karena sifat plastik tersebut, justru menjadikan plastik sulit terurai di lingkungan. Sampah plastik merupakan salah satu ancaman bagi biota laut. Sampah plastik telah memberikan dampak buruk pada lebih dari 690 biota laut. Penguraian sampah plastik membutuhkan waktu yang sangat lama hingga menjadi microplastic dengan proses biologis, fisik, maupun kimiawi.
Microplastic merupakan partikel plastik yang berukuran kecil dan memiliki ukuran kurang dari 5 mm. Microplastic dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu microplastic primer dan microplastic sekunder. Microplastic primer yaitu microplastic yang sengaja diproduksi dengan ukuran mikro. Microplastic primer biasa ditemukan dalam produk kosmetik berupa scrub. Sedangkan microplastic sekunder yaitu microplastik yang berasal dari proses penguraian sampah plastik yang telah melalui berbagai proses.
Microplastic dapat masuk ke laut melalui aliran air maupun hasil degradasi sampah di pantai yang dekat dengan aktivitas manusia. Dengan ukurannya yang sangat kecil dan sifatnya yang ringan, microplastic sangat mudah mengapung di permukaan air laut. Distribusi microplastic di laut perlu mendapat perhatian khusus karena microplastic dapat termakan oleh biota laut. Hal ini disebabkan oleh bentuk microplastic yang menyerupai makanan bagi bioa laut.
Keberadaan microplastic dalam tubuh biota laut dapat mengganggu sistem fisiologi tubuhnya, terutama pencernaan. Microplastic yang termakan oleh biota laut dapat mengurangi tingkat pertumbuhan, menghambat produksi enzim, menurunkan kadar hormon steroid, mempengaruhi reproduksi dan menyebabkan paparan adiktif plastik lebih besar sifat toksiknya. Selain berpengaruh pada sistem fisiologi hewan, microplastic yang termakan oleh biota laut dapat mempengaruhi ekosistem dan rantai makanan di laut.
Sebagai umat muslim, kita diajarkan untuk menjaga lingkungan seperti firman Allah pada surah Al-A’raf ayat 85 yang artinya “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya, yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman.” Kita juga diajarkan untuk selalu menjaga kebersihan karena kebersiham adalah sebagian dari iman.
Selain dari perspektif Islam, pencemaran laut oleh microplastic juga dipandang salah dalam bioetika. Pencemaran laut oleh microplastic bertentangan dengan prinsip bioetika benefit and harm/manfaat dan bahaya. Pencemaran laut oleh microplastic tidak memiliki manfaat, dan justru mendatangkan berbagai bahaya. Pencearan juga bertentangan dengan prinsip bioetika protection of the environment, the biosphere and biodiversity/perlindungan lingkungan, biosfer dan keanekaragaman hayati, karena pencemaran laut oleh microplastic justru menyebabkan kerusakan pada lingkungan.
Untuk mengurangi akumulasi microplastic di laut, penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari harus dikurangi. Beberapa langkah seerhana yang bisa digunakan yaitu dengan menggunakan kantong belanja dari rumah untuk mengurangi penggunaan kantong plastik, menggunakan tempat makan, botol minum, sedotan, dan alat makan lain yang reusable. Selain itu, pengguna scrub harus memilih produk scrub tanpa microplastic dan menggantinya dengan scrub yang menggunakan bahan yang alami sehingga mudah didegradasi oleh alam.
Desy Fitria Nuraini, mahasiswa Pendidikan Biologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta