Tahun Ajaran Baru, SMP Aisyiyah Boarding School Siap Terapkan Kurikulum Merdeka
BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Kurikulum Merdeka masih menjadi topik hangat yang diperbincangkan dunia pendidikan Indonesia.
Bagaimana tidak, setelah dilakukan uji coba melalui kurikulum prototipe (nama awal kurikulum merdeka) pada sekolah penggerak, sekolah non-penggerak, baik negeri maupun swasta dianjurkan menerapkan kurikulum merdeka.
Kendati begitu, implementasi Kurikulum Merdeka ini belum bersifat wajib. Sekolah akan diberi kesempatan memilih dari 3 pilihan yang disediakan pemerintah.
Terkait hal itu, SMP Aisyiyah Boarding School (ABS) Bandung sendiri memilih implementasi kurikulum merdeka pada tahun ajaran baru 2022-2023 atau Juli mendatang.
Mudir ABS Bandung, Dede Kurniawan SThI, menyatakan ABS Bandung siap melaksanakan implementasi Kurikulum Merdeka pada tahun ajaran selanjutnya.
“Kurikulum Merdeka ini merupakan usaha pemerintah sebagai salah satu bentuk untuk perbaikan pendidikan Indonesia,” ungkap Dede, Rabu (25/05/2022), di ruang kerjanya.
Dede melanjutkan bahwa selama ini proses pembelajaran di pesantren yang ia pimpin sudah sejalan dengan Kurikulum Merdeka.
“Jadi tidak ada alasan untuk tidak mengimplementasikan kurikulum merdeka di satuan pendidikan atau bahkan tingkat pesantren, termasuk ABS,” papar alumnus Mahad Ali PWM Jabar tersebut.
Senada dengan hal itu, Kepala SMP ABS Bandung, Fitma SPd MPd, menyatakan telah mengisi kuisioner implementasi Kurikulum Merdeka.
Hasil kuisioner tersebut menempatkan SMP ABS Bandung berada pada posisi mandiri berubah. Selain itu, dilakukan juga persiapan SDM untuk mendukung hal tersebut.
“Untuk itu, kami menugaskan 9 guru untuk mengikuti diklat implementasi Kurikulum Merdeka yang dilaksanakan 22-25 Mei 2022 di P4TK TK dan PLB,” jelas Fitma.
Selanjutnya, sambung Fitma, sebagai Rencana Tindak Lanjut (RTL) dari kegiatan tersebut, peserta diklat diharuskan melakukan diseminasi hasil diklat pada guru lain yang belum mengikuti diklat.
Potensi unik siswa
ABS sendiri, kata Fitma, seperti yang disampaikan oleh mudir, memiliki sistem pembelajaran yang cukup sejalan dengan Kurikulum Merdeka.
Di antaranya, penanaman karakter yang bermuatan profil pelajar Pancasila, pembelajaran berbasis projek, dan yang utama menghargai potensi peserta didik.
“ABS Bandung berkomitmen menghargai potensi setiap peserta didik. Kami percaya bahwa setiap peserta didik itu unik,” tandas Fitma.
Selain itu, tutur Fitma, di antara ikhtiar yang dilakukan ABS Bandung adalah dengan tidak menganut sistem ranking.
“Kita berusaha memfasilitasi pengembangan potensi siswa melalui ekskul dan penguatan karakter melalui pembiasaan positif yang dilakukan,” ujar Fitma.
Fitma juga menambahkan, dengan status sekolah berbasis asrama (Boarding School) menjadi kelebihan tersendiri dalam penguatan dan penanaman profil pelajar Pancasila.
Hanya saja masih diperlukan usaha serius untuk menyusun strategi dalam penyusunan projek penguatan profil Pancasila yang akan dilaksanakan agar optimal dan sesuai dengan kondisi kekhasan sekolah.
Ia berharap, Kurikulum Merdeka mampu memberikan nuansa baru pendidikan Indonesia dan khususnya menjadi sarana perbaikan ABS Bandung menjadi lebih baik.
Untuk diketahui, di ABS Bandung, selain terdapat SMP, juga ada SMA. Dan sampai berita ini ditulis perkembangan implementasi Kurikulum Merdeka di SMA ABS masih dalam tahap pengkajian.***(NF)