Catatan Singkat Seorang Aktivis tentang Buya Syafii Maarif
Oleh: HERU
Subang – Sebagai aktivis Persyarikatan di daerah, saya termasuk orang yang beruntung bertemu langsung dalam sebuah forum diskusi dengan Buya Syafii Maarif di lingkungan Muhammadiyah.
Walau sering mendengar langsung pidato dan sambutan beliau di acara-acara resmi Muhammadiyah, setidaknya ada satu kesempatan berdiskusi dan bertemu langsung dengan beliau.
Waktu itu tahun 2004 Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Subang mendapat undangan khusus dari Majelis Kader Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk hadir dalam kegiatan Baitul Arqam tingkat Nasional di Yogjakarta.
Ketua PDM Muhammadiyah Subang tidak berkenan hadir sehingga mengutus saya. Sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah, Buya Syafii Maarif mudah akrab. Saya saat itu masih muda tentu tidak terlihat sebagai seorang Ketua Pimpinan Daerah Muhamnadiyah Subang dan faktanya memang bukan.
Kesan saya pada saat itu beliau memberikan pencerahan pemikiran terkait kondisi internal di Muhammadiyah. Tidak terlalu banyak yang saya dapatkan. Intinya, Muhammadiyah jangan terlibat politik praktis (politik kepartaian).
Pada saat itu Pak Amien Rais sudah mendirikan PAN dan bersiap menjadi calon presiden. Muhammadiyah harus melakukan politik kebangsaan untuk menjadi solusi atas persoalan bangsa dan bukan menjadi bagian dari masalah bangsa.
Lebih jauh Buya Syafii Maarif menyampaikan mundurnya Pak Amien Rais dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah merupakan keputusan terbaik untuk kepentingan Muhammadiyah.
Beliau berpesan Muhammadiyah harus menjaga jarak yang sama dengan partai politik mana pun termasuk dengan PAN yang didirikan oleh mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Pak Amien Rais.
Bagi pimpinan Muhammadiyah dari pusat sampai ke pimpinan ranting paling bawah, sejatinya harus mundur dari pimpinan Persyarikatan kalau mau aktif dan jadi pengurus di partai politik.
Muhammadiyah harus terus menjadi organisasi yang mandiri secara finansial dan tidak menggantungkan bantuan termasuk dari pemerintah.
Sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah, sebuah ormas Islam yang sangat besar, Buya Syafii Maarif tidak terlihat berpenampilan mewah.
Saya perhatikan pakaian dan penampilanya sederhana. Tidak ada ada asisten yang mengawal beliau. Bahkan saya lihat beliau menyetir mobil sendiri dan mobilnya juga bukanlah model dan keluaran baru. Boleh dikatakan mobil yang kurang pantas untuk seorang ketua organisasi Islam besar di Indonesia.
Selamat jalan Buya Syafii Maarif. Teladanmu memberikan inspirasi kepada kami.
HERU, Aktivis Muhammadiyah Kabupaten Subang