Melawan Hawa Nafsu
Oleh: Masud HMN
Melawan hawa nafsu diajarkan oleh Agama Islam’ Agar jangan berlebih-lebihan. Biasakanlah hidup seadanya.
Allah Subhanah wataala berfirman,sudahkah kau lihat orang yang menjadikan hawa nafsu menjadi tuhan dan akan menjadi pelindungnya…
Tafsirnya orang yang dibawa arus hawa nafsu. Lalu menjadikan hawa nafsu menadi pelindungnya. Sudah kah kah engkau lihat akibatnya?
Yaitu menjelmakan jurang. Yang membuat jurang antara kaya dan miskin antara sesama. Untuk kita hindari, Yaitu jangan berlebih-lebihan.
Mari kita kendalikan diri. Hawa nafsu perlu kita lawan.
Hawa dan nafsu dua kata yang amat sulit dipisahkan. Yang satu adalah dasar tak bisa dihilangkan yaitu nafsu artinya kehendak. Satu istilah lagi adalah hawa nafsu keinginan yang berkelebihan.
Nafsu jika berfungsi adalah biasa yang berkelebihan itulah yang tidak baik. Maka adalah konsep pengedalian diri. Perlakuan yang disesuaikan dengan keperluannya.
Melawan hawa nafsu itu dianjurkan. Supaya iangan berkelebihan. Agar nafsu itu sewajarnya saja.
Ajaran itu dalam Islam diwasiatkan oleh salah seorang sahabat nabi Saidina Ali Bin Abu Talib. Dalam satu ungkapan terkenal,
Wa min taathillah Yaktii fi kurhiin wamiin mak siyatiii yakti fii syahwaa
(apa-apa perbuatan yang mentaati Allah sangat dibenci ditentang oleh hawa nafsu dan apa-apa perbuatan maksiat sangat disenangi dan dikehendaki hawa nafsu)
Inti maksudnya yang disuruh oleh Allah amat dibenci dan ditentang hawa nafsu, sebaliknya apa yang perbuatan yang disenangi hawa nafsu yang menjalankan apa yang disenangi hawa nafsu. Perbuatan yang bertentangan antara suruhan dan larangannya.
Inilah yang dikatakan oleh Mahatma Ghandi seorang pemimpin besar India bahwa isi dunia ini cukup bagi seluruh manusia. Tetapi menjadi tidak cukup karena keinginan seorang manusia. Itulah orang yang berlebihan.
Tokoh yang tidak berkelebihan. Dia beprinsip tidak akan naik kereta api kelas satu selama kelas dua masih ada. Itulah prinsip sederhana yang mencerminkan pengendalian diri. Demikian Mahatma Ghandi.
Tujuannya hingga menjadikan ketidakadilan dunia global. Yang tidak dikehendaki. Seperti keadilan ekonomi hukum. Terjadi dan terlihat dimana-mana seluruh sudut dunia.
Maka sekarang akibat perbuatan pengangguran dan kemiskinan meraja lela, menjadikan bumi menjadi sesak. Mereka yang kaya tetap kaya dan jurang yang kaya dan miskin bertambah dalam. Apa mau dikata mereka yang kaya tak peduli.
Momentum usai bulan Ramadhan (puasa) adalah waktu yang tepat untuk berbenah diri dalam self control atau pengendalian diri sesuai ajaran Islam. Yang kita inginkan adalah dunia global yang berkeadilan.
Bepuasa di bulan suci Ramadhan adalah latihan untuk self training yaitu satu uji coba.Menahan diri serta menahan hawa nahsu. Selama sebulan penuh
Ajaran Islam yang menghindari ketimpangan penting diwujudkan. Umat harus berusaha ke arah itu. Melawan hawa nafsu sesuai ajaran Islam. Agar tercipta perwujudan umat yang terhindar dari jurang yang terjal antara yang kaya dan miskin
Dr Masud HMN, Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka Jakarta