UMP Tambah Profesor Lagi, Bukti Tingkatkan Mutu Pendidikan
PURWOKERTO, Suara Muhammadiyah – Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) Banyumas, Jawa Tengah terus menambah jumlah profesor atau guru besar. Baru ini Prof Drs Ahmad MPd PhD resmi dikukuhkan dalam rapat senat terbuka di Auditorium Ukuwah Islamiyah, Kamis (2/6).
Pengukuhan dilakukan Rektor UMP Dr Jebul Suroso bersama Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah VI Jawa Tengah, Bhimo Widyo Andoko SH MH.
Prof Ahmad dikukuhkan sebagai guru besar pendidikan matematika pada Program Studi Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMP. Saat ini, ia tercatat sebagai guru besar ke delapan yang masih aktif.
Rektor UMP Dr Jebul Suroso menggatakan, dari 11 guru besar, saat ini yang masih aktif mengajar ada lima orang. Lima lainnya sudah meninggal dunia. Dengan dilantiknya Prof Ahmad, maka guru besar yang aktif kini bertambah satu lagi.
“Kita masih punya 40 dosen calon profesor lagi ke depan, dan tiga masih dalam proses menunggu untuk turun (SK). Kita berharap akan memunculkan profesor-profesor baru. Tidak hanya di bidang pendidikan saja, tapi juga dari peretanian, perikanan, ekonomi bisnis dan kesehatan,” katanya, usai pengukuhan.
Rektor berharap, kehadiran Prof Ahmad ini bisa menjadi teladan akademik dan teladan lain yang berbermanfaat untuk masyarakat. Mengingat tingginya marwah perguruan tinggi adalah saat keilmuan itu digali sedemikan dalam, tetapi manfaat untuk masyarakat juga harus semakin kuat.
“Prof Ahmad ini menemukan role model pembelajaran perpaduan online learning yang sudah diterapkan dengan pembelajaran konvesnional model sesuai perkembangan zaman. Ini rangka transpormasi pembelajaran di perguruan tinggi UMP maupun masyarakat,” katanya.
Prof Ahmad dalam orasi ilmiah mengakat soal blanded learning berbasis smart classroom dalam pembelajaran matematika. Yakni model perpaduan pembelajaran antara online dengan offline. Namun untuk bisa menerapkan model ini secara efektif, kata dia, masih membutuhkan pendukung peralatan yang sangat canggih, seperti mengunakan layar laptop ukuran besar.
“Kalau peralatannya lengkap, ini lebih efektif. Karena saat mengajar saya bisa lebih enjoy, juga terjadi interaktif antara dengan mahasiswa maupun antarmahasiswa. Sekali mengajar bisa di-link-an ke beberapa perguruan tinggi lainnya yang saya juga mengajar,” terangnya.
Model perpaduan ini, jelas dia, justru membuat kalangan mahasiswa atau peserta didik lebih tertarik, mengingat sampai saat ini pelajaran matematika, masih menjadi momok di sebagian pelajar-mahasiswa.
“Model ini sudah dikembangkan di UPI Bandung, UI dan ITB. Di UMP kita terapkan bertahap, karena salah satu alat laptop layar lebar minimal seharga sekitar Rp 241 juta, ada juga yang Rp 576 juta,” terang dosen pakar bidang pembelajaran dan kurikulum yang ditetapkan Kemendikbud Ristek ini.
Dari banyak model pembelajaran, supaya bisa diterima dan disenangi pesereta didik, kata Prof Ahmad, kuncinya ada dua. Yakni model efektif manakala cocok dengan materi yang akan dijarkan. Kedua, model itu bisa digunakan dan efektif manakala cocok dengan karakter murid atau peserta didik. (tgr)