Pasca Ramadhan, Istiqamah Ibadah dan Beramal Shalih
BANDA ACEH, Suara Muhammadiyah – Ketua PC Muhammadiyah Syah Kuala Banda Aceh Ustaz Dr. Muhammad Yusran Hadi Lc, MA mengingatkan umat Islam agar istiqamah dalam beribadah dan beramal shalih setelah kepergian bulan Ramadhan seperti yang mereka lakukan pada bulan Ramadhan yang baru saja berlalu.
“Ramadhan telah pergi meninggalkan kita. Lantas, bagaimana status ibadah dan amal shalih kita pasca Ramadhan? Apakah kita istiqamah beribadah dan beramal shalih seperti yang kita lakukan selama Ramadhan? Lalu, sejauh mana Ramadhan memberi kesan dan pengaruh terhadap perilaku kita sepeninggalnya? Dan bagaimana sepatutnya mengisi hari-hari pasca kepergian Ramadhan?”
“Beberapa pertanyaan tersebut patut mendapat perhatian kita, dalam rangka muhasabah dan meningkatkan keimanan kita, agar semangat Ramadhan terus hidup di jiwa kita dan membekas dalam perilaku kita sehari-hari.”
“Sepatutnya pasca Ramadhan kita istiqamah dan terbiasa melakukan berbagai ibadah dan amal shalih di bulan-bulan lainnya. Semangat Ramadhan harus membekas dalam diri kita. Bila semangat ibadah dan amal shalih di bulan Ramadhan tetap membekas di bulan-bulan lainnya, berarti Ramadhan kita sukses dan kita menjadi orang bertakwa. Bila tidak, berarti kita gagal dalam ujian dan training di bulan Ramadhan dan menjadi orang celaka serta merugi.”
Nasehat ini disampaikan ustaz Dr. Muhammad Yusran, Lc., MA dalam khutbahnya di masjid Al-Badar Lampineung Banda Aceh pada hari Jum’at lalu (3/6/22).
Ustaz Yusran, yang juga Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Provinsi Aceh menjelaskan tujuan Allah ta’ala mewajibkan umat Islam untuk berpuasa agar menjadi orang yang bertakwa sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an.
“Bulan Ramadhan telah mentraining kita secara fulltime selama 29 atau 30 hari untuk melakukan ibadah puasa dan ibadah lainnya serta amal shalih. Tujuannnya, agar kita menjadi orang bertaqwa sepeninggalnya. Allah ta’ala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu puasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Al-Baqarah: 183).”
“Maka, sepeninggal Ramadhan ini kita sepatutnya menjadi orang yang bertakwa yaitu orang yang senantiasa melaksanakan segala perintah Allah ta’ala dan dan meninggalkan segala larangan-Nya.” ujar ustaz Yusran
Selanjutnya, Ustaz Yusran menjelaskan beberapa pelajaran penting dari bulan Ramadhan, di antaranya yang pertama adalah semangat beribadah dan beramal shalih..
“Pasca kepergian Ramadhan ini, umat Islam harus istiqamah dalam semangat beribadah dan beramal shalih seperti yang mereka di bulan Ramadhan.”
“Ramadhan mengajarkan kita untuk semangat beribadah dan beramal shalih. Maka, pasca Ramadhan ini diharapkan kita mampu mempertahankan kualitas dan kuantitas ibadah dan amal shalih seperti yang kita lakukan di bulan Ramadhan.”
“Ibadah dan amal shalih itu tidak hanya diperintahkan di bulan Ramadhan saja, namun juga diperintahkan setiap saat selama kita hidup di dunia yang fana ini. Inilah tujuan kita hidup di dunia sebagai makhluk Allah ta’ala sesuai dengan firman-Nya, “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (Az-Zariyat: 56).”
“Hendaklah kita menjadi hamba-hamba Allah ta’ala rabbaniyyun, bukan ramadhaniyyun. Seorang rabbani adalah orang yang senantiasa semangat beribadah dan beramal shalih pada setiap waktu atau setiap bulan sepanjang tahun. Adapun seorang Ramadhani adalah orang yang semangat beribadah dan beramal shalih hanya di bulan Ramadhan,” jelasnya.
Ustaz Yusran, yang juga anggota Ikatan Ulama dan Da’i Asia Tenggara, menjelaskan pelajaran kedua dari bulan Ramadhan yaitu senantiasa menjaga diri dari maksiat.
“Ramadhan mengajarkan kepada kita bagaimana mengendalikan diri dari hawa nafsu dan menjaga diri maksiat lewat ibadah puasa. Nabi -shallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda: “Puasa itu perisai (penahan maksiat).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).”
“Pada waktu berpuasa, kita dituntut untuk menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa seperti makan, minum dan hubungan suami istri, dan dari hal-hal diharamkan oleh syariat. Jika hal-hal yang mubah dan halal seperti makan, minum dan hubungan istri dilarang pada waktu berpuasa, maka terlebih lagi hal-hal yang diharamkan.”
Maka, sudah sepatutnya setelah Ramadhan ini kita mampu menjaga diri dari maksiat, baik berupa perkataan yang diharamkan seperti ghibah, mencaci maki, menghina, menipu, menfitnah, menyakiti, menyesatkan orang lain dan sebagainya, maupun perbuatan yang diharamkan seperti menipu, manipulasi, korupsi, menzhalimi, menyakiti, pamer aurat, pacaran, dan sebagainya. Dengan demikian, pasca Ramadhan ini kita diharapkan menjadi seorang muslim yang shalih dan berakhlak mulia,” tuturnya.
Selanjutnya, Ustaz Yusran menjelaskan pelajaran yang ketiga dari bulan Ramadhan yaitu suka membantu saudara yang fakir dan miskin.
“Ramadhan telah mendidik dan melatih kita untuk membantu saudara kita yang lemah ekonominya dan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya yaitu orang-orang fakir dan miskin melalui infak atau sedekah dan zakat. Amal shalih tersebut sangat digalakkan pada bulan Ramadhan.”
“Maka, pasca Ramadhan kita diharapkan terbiasa dengan membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan pertolongan kita. Kebiasaan berinfak pada bulan Ramadhan perlu dipertahankan dan dilanjutkan pada bulan lainnya,” ucap dosen Fiqh dan Ushul pada Pasca sarjana UIN Ar-Raniry ini.
Selanjutnya, Ustaz Yusran menjelaskan pelajaran yang keempat dari bulan Ramadhan yaitu senantiasa bersolidaritas dan berempati terhadap saudara seiman yang mengalami musibah.
“Ramadhan mengajarkan kita untuk bersolidaritas dan berempati serta peduli terhadap saudara kita orang fakir dan miskin melalui perintah infak atau sedekah dan zakat di bulan Ramadhan, karena kesulitan hidup mereka. Hal yang sama juga dialami oleh orang-orang yang menderita akibat peperangan atau pembantaian oleh suatu kaum atau etnis dan musibah bencana alam.”
“Maka, pasca Ramadhan kita diharapkan selalu bersolidaritas dan membantu saudara-saudara kita yang mengalami penderitaan akibat bencana alam, baik di tanah air maupun di negara lain. Begitu pula akibat pembantaian yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam seperti pembantaain umat Islam Palestina oleh Yahudi, umat Islam Syiria oleh Pemerintah Syi’ah Syiria dan Iran serta pemerintah Rusia, umat Islam Rohingya oleh ektrimis Budha Burma, dan umat Islam Ughur oleh pemerintah Komunis Cina.”
“Allah ta’ala berfirman, “Tolong menolonglah kamu dalam (berbuat) kebaikan dan takwa. Dan janganlah kamu tolong menolong dalam (berbuat) dosa dan pelangggran.” (Al-Maidah: 2).”
“Nabi -shallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Tidak sempurna iman salah seorang di antara kamu sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).”
“Nabi -shallahu ‘alaihi wa sallam- juga bersabda: “Perumpamaan kaum mukmin dalam hal saling cinta, kasih sayang dan simpati di antara mereka seperti satu tubuh; jika salah satu anggota tubuh merasa sakit maka seluruh anggota tubuh ikut merasakannya dengan demam dan tidak bisa tidur.” (HR. Muslim dan Ahmad),” jelasnya.
Ustaz Yusran, yang juga jebolan Doktor Fiqh dan Ushul pada International Islamic University Malaysia (IIUM), menambahkan pelajaran penting dari bulan Ramadhan yang kelima yaitu senantiasa menjaga shalat berjama’ah.
“Ramadhan mengajarkan kita untuk selalu menjaga shalat berjama’ah melalui shalat tarawih dan Witir setiap malam di bulan Ramadhan. Pada bulan Ramadhan, masjid-masjid dan mushalla-mushalla penuh dengan jama’ah shalat Tarawih dan Witir. Fenomena ini hanya ada di bulan Ramadhan, tidak ada di bulan-bulan lainnya.”
“Maka, diharapkan pasca kepergian Ramadhan ini kita terbiasa dan mampu melakukan shalat fardhu berjama’ah di masjid atau mushalla. Semangat shalat berjama’ah ini harus dipertahankan dan dilanjutkan pada shalat lima waktu setelah Ramadhan.”
“Shalat fardhu secara berjama’ah sangat diperintahkan dalam Islam. Menurut sebahagian ulama hukumnya sunnat muakkad. Bahkan menurut sebahagian ulama lainnya hukumnya wajib bagi laki-laki berdasarkan hadits-hadits yang shahih. Meskipun demikian, para ulama sepakat bahwa shalat berjama’ah sangat digalakkan dalam Islam dan tidak boleh disepelekan atau dianggap hal biasa meninggalkannya tanpa uzur syar’i (halangan yang dibenarkan syariat) seperti hujan, cuaca panas atau dingin, banjir, binatang buas dan sebagainya,” ujarnya.
Selanjutnya, ustaz Yusran menjelaskan pelajaran penting yang ke enam dari bulan Ramadhan yaitu senantiasa menjaga shalat-shalat sunnat.
“Ramadhan menggalakkan kepada kita untuk semangat melakukan ibadah sunnah. Pahala amalan sunnat pada bulan Ramadhan dihitung seperti pahala wajib di bulan selainnya (HR. Al-Baihaqi). Oleh karena itu, orang semangat melakukan amalan sunnat seperti shalat Tarawih dan Witir setiap malam di bulan Ramadhan selama sebulan penuh.”
“Maka, pasca Ramadhan kita diharapkan terbiasa dan istiqamah melakukan shalat-shalat sunnat di bulan-bulan lainnya seperti shalat sunnat Rawatib, Dhuha, Tahiyyatul masjid, Syuruq, shalat sunnat setelah wudhu’, Tahajjud, Witir, dan shalat sunnat fajar,” katanya.
Selain itu, Ustaz Yusran yang juga anggota majelis pakar ormas Islam Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) Provinsi Aceh ini menjelaskan pelajaran ketujuh dari bulan Ramadhan yaitu senantiasa bertadarus Al-Qur’an.
“Ramadhan telah mengajarkan dan melatih kita untuk senantiasa mencintai Al-Qur’an melalui anjuran tadarus Al-Qur’an di bulan Ramadhan. Tadarus Al-Qur’an adalah segala interaksi dengan Al-Qur’an, baik dengan membaca, memahami (mentadabburi), mengkhatamkan, menghafal, mendengar, mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an.”
“Tadarus Al-Qur’an termasuk amalan yang paling utama di bulan Ramadhan. Oleh karena itu, umat Islam semangat dan antusias bertadarus Al-Qur’an selama bulan Ramadhan. Bahkan dalam bulan Ramadhan seorang muslim mampu mengkhatamkan Al-Qur’an beberapa kali khatam.”
“Maka, sepeninggal Ramadhan kita diharapkan terbiasa dengan berinteraksi dengan al-Quran baik dengan membaca, mengkhatamkan, memahami (mentadabburi), menghafal, mendengar, mempelajari maupun mengajarkan Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an itu tidak hanya wajib dibaca dan ditadarus pada bulan Ramadhan, namun juga wajib pada bulan-bulan lainnya,” jelasnya.
Di akhir khutbahnya, ustaz Yusran berharap agar umat Islam dapat mengisi hari-hari pasca kepergian Ramadhan ini dengan amalan-amalan seperti yang mereka lakukan di bulan Ramadhan dan dapat mengamalkan pelajaran-pelajaran penting dari bulan Ramadhan tersebut.
“Demikianlah hendaknya kita mengisi hari-hari pasca Ramadhan yaitu dengan istiqamah melakukan berbagai ibadah dan amal shalih seperti yang kita lakukan di bulan Ramadhan. Ibadah dan amal shalih ini tidak hanya diperintahkan pada bulan Ramadhan, namun juga pada bulan-bulan lainnya.”
“Kesuksesan Ramadhan seseorang itu ditandai dengan semakin baik ibadah dan perilakunya yaitu menjadi orang bertakwa pasca Ramadhan. Jika ibadah dan perilakunya baik atau semakin baik, berarti dia telah sukses dalam Ramadhan dan menjadi bertakwa. Namun sebaliknya, jika ibadah dan perilaku buruk atau semakin buruk, maka berarti dia telah gagal dalam Ramadhan dan menjadi orang yang celaka dan merugi.”
“Oleh karena itu, mari kita semangat dan istiqamah dalam ibadah dan amal shalih di bulan-bulan lainnya sebagaimana kita lakukan di bulan Ramadhan. Semoga ibadah dan amal shalih kita di bulan Ramadhan ini diterima Allah ta’ala. Dan semoga kita termasuk orang-orang yang sukses dalam Ramadhan dan mendapat gelar taqwa. Aamin,” pungkas ketua PC Muhammadiyah Syah Kuala ini.