Pancasila Ideologi Bangsa
Oleh: Dr. Ahmad A. Cinnong
Kemajemukan atau keberagaman bangsa Indonesia adalah kenyataan. Dari Sabang sampai Merauke, negara ini dihuni kurang lebih 277,858 juta manusia dan menjadi populasi bangsa terbesar keempat di dunia setelah : China, India dan Amerika Serikat. Kenyataan ini makin diperkuat dengan jumlah suku bangsa sebanyak 1.340 dan jenis bahasa daerah sebanyak 718, yang tersebar pada 17.000 pulau besar dan kecil dalam wilayah kesatuan RI.
Panca Sila sebagai falsafah dan landasan ideologi negara, menjadi simpul dan perekat semua kemajemukan itu. Kearifan dan kebijaksanaan para tokoh pendiri bangsa menyepakati Panca Sila sebagai dasar negara, menunjukkan kecerdasan dalam menghadapi dan mengantisipasi masa depan yang rawan pertikaian ideologi sesama anak bangsa.
Kemerdekaan bangsa ini menjelang 77 tahun, telah diuji dengan berbagai macam gerakan separatis dan sektarian yang hampir saja mencabik-cabik keutuhan negara. Atas kuasa Allah SWT, segenap ronrongan ideologis tersebut dapat dituntaskan sehingga tidak merebak menjadi aksi revolusi yang dapat mengoyak eksistensi negara kesatuan RI.
Persoalannya adalah bagaimana merawat NKRI ini sehingga tetap utuh dan bersatu, menghadapi gempuran ideologi mainstream ; komunis, kapitalis, liberal dan sosialis, yang semakin merebak mempengaruhi rakyat dengan bantuan akses internet dan media sosial. Dapatkah Panca Sila tetap bertahan sebagai dasar ideologi negara, jika nilai-nilai yang terkandung didalamnya tidak diwujudkan dengan tegas oleh para pemimpin bangsa?
Ideologi dan Kesejahteraan Rakyat
Ideologi adalah studi tentang ide atau gagasan, didefenisikan dan dipopulerkan pertama kali oleh Antoine Destutt Tracy pada akhir abad ke-18. Meskipun sebelumnya para filosof dan pemikir besar seperti; Ibnu Khaldun, Al-Ghazali, Ibnu Sina, Descartes, Machiavelli, John Locke, Thomas Hobbes, Francis Bacon dan Karl Marx, telah membahas masalah kenegaraan dan kebangsaan sesuai dengan kondisi zamannya.
Panca Sila sebagai ideologi bangsa Indonesia adalah hasil pergumulan pemikiran para tokoh pendiri bangsa, sesuai fakta, harapan dan kondisi keragaman anak bangsa. Tujuannya adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur, baik material dan spiritual dalam lindungan Tuhan yang Maha Kuasa. Ideologi juga menjadi dasar hukum dalam pengambilan keputusan untuk urusan dan kepentingan rakyat dalam kehidupan bernegara.
Ketika lima butir Panca Sila belum terwujud dalam masyarakat, maka seharusnya segenap komponen bangsa, khususnya Legislatif, eksekutif dan Yudikatif, segera melakukan evaluasi ulang tentang arah dan kebijakan para pemimpin eksekutif bangsa agar tetap berada di jalan yang benar.
Kesejahteraan dan kesetaraan bersama dalam masyarakat adalah harapan bernegara. Ketimpangan penghasilan dan sulitnya akses ekonomi sebagian besar rakyat, harus menjadi keprihatinan utama para pemimpin. Kebijakan pembangunan sebagai aksi perwujudan cita-cita ideologi bangsa ; adil dan makmur, harus terus dijaga dan dikawal oleh pemangku kebijakan sehingga tidak tergelincir pada praktek-praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang sangat mencederai hati rakyat.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah sila kelima Panca Sila yang paling sial dan memprihatinkan saat ini. Hal ini adalah virus paling ampuh untuk menularkan penyakit anti pemerintah dan institusi negara, karena pemimpin negara tidak hadir pada saat rakyat terhimpit kesulitan ekonomi.
Kasus vaksin corona dan kelangkaan minyak goreng beberapa bulan lalu, adalah titik noda keadilan sosial yang nyata. Minyak goreng langka akibat permainan eksport dan korupsi pejabat negara yang mementingkan keuntungan berlimpah dibandingkan berpihak pada kebutuhan vital rakyat kebanyakan.
Hal ini dilakukan oleh oknum pejabat pemerintah berkolusi dengan mafia ekspor, namun pengadilan pelaku tersebut hingga saat ini belum jelas. Untuk mengobati sakit hati rakyat yang terpaksa berjibaku dan antri panjang untuk mendapatkan minyak goreng, maka sindikat eksportir tersebut harus dimintai pertanggungjawaban di depan hukum.
Keteladanan Pemimpin
Menjaga ideologi negara dan bangsa agar tetap bertahan di tengah hempasan ombak globalisasi, membutuhkan figur pemimpin yang tegas dan teladan dalam menjalankan amanah kepemimpinannya. Rakyat akan tulus dan ihlas menjalani kesulitan hidupnya jika pemimpin tidak berfoya-foya memamerkan kekayaannya ditengah penderitaan rakyat kebanyakan.
Pemimpin yang selalu menjaga visi dan misi kebangsaan, di tengah gempuran dan tarikan negara adidaya serta adikuasa. Pemimpin yang percaya diri dengan ideologi Panca Sila yang susah payah dirumuskan para pendiri bangsa adalah pemimpin yang akan selalu didukung dan dikenang oleh rakyatnya. Karena rakyat suka pemimpin yang ; Kuat, Adil dan Bijaksana!
Dr. Ahmad A. Cinnong, Dosen Pascasarjana Unismuh, Wakil Ketua PDM Makassar