Oleh: Miqdam Awwali Hashri
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bersabda: ”Barangsiapa dari kalian melihat kemunkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman”. (HR Muslim)
Tidak sedikit orang yang memahami hadits di atas, bahwa agar tidak dicap sebagai orang yang lemah iman, maka dalam melihat kemunkaran haruslah mengubah dengan menggunakan tangan. Tidak sedikit pula orang memahami bahwa mengubah kemunkaran dengan menggunakan tangan adalah dengan cara melakukan tindakan anarkis. Selain itu sebagian juga memahami, bahwa mengubah kemunkaran dengan menggunakan tangan, dapat dilakukan melalui suatu kekuasaan karena dengan kekuasaan tersebut maka kita dapat melakukan perubahan yang besar. Oleh karenanya, tidak jarang orang berlomba-lomba menjadi penguasa dengan niat untuk mengubah kemunkaran.
Pemahaman tersebut tidak sepenuhnya benar namun juga tidak sepenuhnya salah. Dikatakan benar karena secara realita hal itu bisa dilakukan. Dikatakan salah, ketika orang yang berpaham demikian dapat berpotensi untuk melakukan penyalahgunaan. Jika kedua pemahaman di atas digabung, yaitu melakukan tindakan anarkis sekaligus memiliki kekuasaan, tentunya yang muncul adalah penguasa yang penindas. Kekuasaannya digunakan untuk menindas dengan dalih mengubah kemunkaran.
Padahal makna menggunakan tangan dalam mengubah kemunkaran, secara universal dapat juga dipahami sebagai sebuah “tindakan”. Tindakan yang dimaksud adalah “keteladanan”. Kita tahu bahwa manusia paripurna yang menjadi teladan kita adalah Nabi Muhammad. Kita pun tahu bahwa Nabi Muhammad diutus untuk menyempurnakan akhlak. Oleh karena itu, mengubah kemunkaran menjadi kebajikan seyogyanya dilakukan dengan cara menjadi seorang yang bisa diteladani atau role model.
Keteladanan ini memang tidak mudah. Keteladanan adalah perjuangan karena tidak dapat digapai dengan begitu saja. Perlu sering melakukan latihan dan tindakan. Banyak aspek yang perlu digapai untuk menjadi seorang yang teladan. Tidak hanya bermodalkan akhlak terhadap sesama manusia, melainkan dibutuhkan pula akhlak kepada Tuhan dan alam semesta. Berbuat baik saja kepada manusia namun durhaka kepada Tuhan dan merusak alam, bukanlah keteladanan. Begitu juga sebaliknya hanya beribadah saja kepada Tuhan namun abai terhadap sesama manusia dan alam lingkungan, juga bukanlah sosok yang ideal. Maka sungguh tepat bahwa Nabi Muhammad adalah sosok yang ideal untuk menjadi teladan, tidak hanya bagi umat Islam melainkan juga bagi seluruh umat manusia.
Dengan keteladanan akhlak terhadap Tuhan, manusia, dan alam semesta, Nabi Muhammad telah berhasil mengubah kemunkaran pada zaman jahiliyah hingga dunia menjadi maju seperti sekarang ini. Bukankah banyak hal yang berubah di dunia ini secara signifkan setelah datanganya Nabi Muhammad? Bukankah banyak ajaran-ajaran dari Nabi Muhammad yang kemudian diadopsi atau diadaptasi hingga menjadi ilmu pengetahuan yang berkembang hingga saat ini? Terlepas dari apakah umat manusia mempercayai beliau sebagai utusan Allah bahkan ada yang membencinya, faktanya saat ini dunia berubah menjadi maju secara signifikan setelah masa kenabian beliau, sejak 14 abad yang lalu. Tidak sedikit tokoh-tokoh dunia yang mengagumi Nabi Muhammad dan ajaran Islam, yang kemudian mengambil inspirasinya sehingga dapat mewarnai dunia ini.
Didunia digital sekarang ini dengan berlimpahnya sosial media (sosmed), kita juga mengenal adanya influencer yang seringkali memberikan pengaruh kepada pengguna sosmed lainnya. Namun tidak sedkit influencer saat ini yang memiliki banyak follower hanya karena bermodalkan content. Tidak banyak influencer yang memberikan pengaruh dengan berbasis keteladanan yang ia praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan saja influencer yang banyak follower-nya tersebut memberikan contoh sebagai seorang muzakki yang rutin dalam membayar zakat kepada organisasi pengelola zakat. Sesuatu yang sudah menjadi kewajibannya sebagai seorang muslim yang telah memenuhi nisab, dapat menginspirasi orang-orang yang kikir untuk kemudian mengikutinya membayar zakat. Aktivitas-aktivitas sosialnya bukanlah didesain sebagai content untuk mengumpulkan like ataupun follower, melainkan aktivitas yang sudah melekat dalam kehidupan sehari-harinya tanpa rekayasa sehingga mempu memberikan inspirasi bagi orang lain untuk mengikuti kebaikannya. Kebaikannya itu bukan sekedar untuk mendapatkan jutaan like ataupun pujian, melainkan memang betul-betul mampu untuk mengubah orang yang tadinya gemar melakukan kemunkaran menjadi gemar melakukan kebaikan.
Kembali pada sabda Nabi Muhammad di atas, bahwa mengubah kemunkaran dengan tangan tidak selalu dipahami secara harfiah dengan tangan ataupun kekuasaan, melainkan dapat dipahami sebagai suatu tindakan keteladanan yang mampu menjadi inspirasi bagi banyak orang. Tindakan yang dilakukan pun bukanlah suatu rekayasa pencitraan sehingga mendapatkan banyak pujian dan sanjungan, melainkan tindakan suci yang lahir dari dorongan hati untuk memperoleh ridha dari Allah. Hal inilah yang dilakukan oleh K.H.A. Dahlan melalui Muhammadiyah yang semakin berkembang, bahkan sampai di negeri-negeri seberang. K.H.A. Dahlan mengajarkan kepada kita bahwa untuk mengubah kemunkaran hendaknya selalu mengikuti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Wallahu’alam