Hadapi Problem Stunting dan Perkawinan Anak, ‘Aisyiyah Sosialisasikan Program Inklusi di Banyuasin

Hadapi Problem Stunting dan Perkawinan Anak, 'Aisyiyah Sosialisasikan Program Inklusi di Banyuasin

BANYUASIN, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah bersama Pimpinan Wilayah (PW) ‘Aisyiyah Sumatera Selatan dan Pimpinan Daerah (PD) ‘Aisyiyah Kabupaten Banyuasin mengadakan program Inklusi, pada Kamis pagi (16/06/2022) di SMK Muhammadiyah 1 Pangkalan Balai, Banyuasin.

Turut hadir unsur kecamatan, kepala desa, puskesmas, KUA, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh pemangku kepentingan setempat.

Program ini dianggap penting dalam rangka pemetaan problem stunting dan perkawinan anak untuk peningkatan derajat kehidupan perempuan miskin.

Salah satu kepala desa yang hadir yakni Kepala Desa Makarti mengatakan bahwa problem stunting yang dihadapi oleh warganya memang benar adanya, hal tersebut dikarenakan masih kurangnya pendidikan, kurang gizi, dan soal kebersihan.

Selain itu juga ditemukan di lapangan masih banyak anak-anak yang kekurangan ASI.

Persoalan perkawinan usia dini juga menjadi perhatian salah satunya dikarenakan pengaruh dari pergaulan bebas.

Salah satu pengelola Puskesmas Pangkalan balai juga mengatakan bahwa ada ditemukan warga yang mengidap penyakit HIV dan Sipilis.

“Pendekatan yang sudah kami lakukan melalui penyuluhan-penyuluhan dan konsultasi secara langsung,” ungkapnya.

Menanggapi hal tersebut, Sekretaris PP ‘Aisyiyah Dr. Tri Hastuti Nur Rochimah sekaligus Peneliti Inklusi Pusat didampingi Nur Faidati MA yang juga peneliti inklusi pusat mengatakan bekerjasama dengan dinas-dinas terkait sangat penting sekali.

Penanganannya pun juga perlu memperhatikan faktor kondisi lingkungan dan faktor pengasuhan.

“Stanting itu kan merupakan isu jambanisasi juga, mungkin kita bisa komunikasikan dengan PU dan penyuluhan kepada warga agar mau dibuatkan program jamban,” imbuhnya.

Lanjut Tri Hastuti, kesediaan fasilitas sanitasi air yang baik juga penting.

Selain itu, Pendekatan kepada ibu-ibu juga harus menggunakan pendekatan yang apresiatif seperti memberikan penghargaan yang di tanda tangani oleh bupati atau kepala dinas.

Bekerjasama dengan tokoh-tokoh agama agar menceramahkan soal makanan yang halal dan juga toyyib (baik).

‘Aisyiyah juga mengembangkan program Rumah Gizi dengan melakukan penanaman sayuran di rumah-rumah.

“Selain urusan keluarga, perempuan juga sangat berperan dalam hal ekonomi khususnya UMKM, maka perlu di support,”

‘Aisyiyah berharap agar perempuan dapat diberikan kesempatan untuk berperan di ruang-ruang publik agar isu-isu soal perempuan bisa diatasi bersama-sama.

“Setelah kita lakukan pemetaan masalah, maka kita akan lakukan solusi program pemberdayaan dengan berkolaborasi dengan banyak pihak,” tutup Tri Hastuti.

Exit mobile version