Prof Syamsul Anwar: Kalender Islam Global Sangat Diperlukan
YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Dr H Syamsul Anwar, MA menghadiri acara Pengajian Umum PP Muhammadiyah, Jumat 17 Juni 2022. Acara yang diselenggarakan secara daring itu mengangkat tema “Kalender Islam Global dan Internasionalisasi Muhammadiyah”. Dalam pemaparannya, Prof Syamsul menekankan lebih kepada sisi aspek pentingnya kalender Islam global.
Menurutnya, kalender Islam global sangat diperlukan. Hal ini berjaling-berkelindan pada keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar tahun 2015. Disebutkan pada keputusan muktamar itu di mana Muhammadiyah memandang perlu untuk adanya upaya penyatuan kalender hijriah yang berlaku secara internasional, sehingga dapat memberikan kepastian dan dapat dijadikan sebagai transaksi.
Secara generik, kalender Islam global itu terdapat dua macam, yakni kalender Islam global tunggal dan kalender global tunggal zonal. Kalender Islam global tunggal menekankan prinsip satu hari satu tanggal di seluruh dunia. Sedangkan kalender Islam global tunggal zonal lebih menekankan pada pembagian dunia di zona-zona tertentu, yakni zona barat dan zona timur.
“Pada zona-zona itu berlaku jadwal tanggal yang berbeda. Zona barat mungkin lebih dahulu dari zona timur, zona timur tertinggal. Zona barat itu Benua Amerika, zona timur itu empat benua lainnya,” terangnya.
Mayoritas menyetujui untuk diberlakukannya kalender Islam global tunggal. Dan menolak diberlakukannya kalender Islam Zonal. Penolakan kalender Islam zonal ini pada acara konferensi penyatuan kalender Islam di Turki tahun 2016.
Kalender Islam Global Tunggal sangat diperlukan. Hal ini karena beberapa alasan. Pertama, karena ada satu macam ibadah yang pelaksanaannya di suatu tempat, sementara waktunya terkait dengan peristiwa lain yang mungkin jauh, yaitu Arafah tanggal 9 Zulhijjah. Kerap kali terjadi setiap tanggal 9 Zulhijjah tidak selalu berseragam dengan 9 Zulhijjahnya di tanah suci.
“Karena itu, tanggal 9 Zulhijjah di berbagai tempat di mana dilakukan puasa sunnah Arafah itu harus jatuh sama dengan 9 Zulhijjah di Makkah tempat dilakukannya wukuf dalam rangkaian haji. Inilah salah satu alasan mengapa diperlukan Kalender Islam Global. Kalau tidak kita satukan, nanti seperti di Indonesia, ada kemungkinan, tapi masih kemungkinan, nanti besok Hari Arafahnya itu jatuh berbeda. Di Makkah dengan tanggal 9 di tempat lain. Di Indonesia mungkin, ini baru kemungkinan ya belum pasti, mungkin baru tanggal 8 di Arafah sudah tanggal 9. Kalau kita nunggu tanggal 9 di Arafah sudah tanggal 10. Jadi tidak puasa Arafah lagi,” pungkasnya.
Kedua, penyatuan semua hari ibadah lainnya. Hal ini karena dituntut oleh Maqashidus Syariah. Yakni umat yang bersatu. Sebab risalah Islam itu bersifat universal (QS al-Anbiya [21]: 107). Sehingga kalendernya untuk menyapa seluruh umat harus kalender yang satu.
Ketiga, karena rukyat itu terbatas dan tidak dapat menyapa seluruh umat Islam di seluruh dunia pada hari yang sama.
Keempat, karena faktor globalisasi. Dulu di zaman Islam awal untuk mengetahui kapan hari rayanya masih berpotensi berbeda. Tapi di masa kini dengan kecanggihan teknologi sudah dapat diketahui kapan tanggal di manapun berada peristiwa itu terjadi.
Kemudian hal terpenting dari implementasi Kalender Islam Global harus memenuhi prinsip, syarat, dan parameternya. Yakni pertama, penerimaan hisab. “Jadi kalender global itu tidak mungkin dibuat dengan rukyat, bukan hanya kalender global, kalender apapun harus menerima hisab. Karena kalender berisi jadwal waktu satu tahun. Ini juga tantangan bagi penerima kalender global itu, karena masyarakat pada umumnya di seluruh dunia termasuk di Indonesia menggunakan rukyat. Sementara kalender menggunakan hisab,” ujarnya.
Kedua, kesatuan matlak. Artinya seluruh dunia dianggap satu kesatuan wilayah tanggal. “Kalau selama ini wilayah itu banyak, ada wilayah Asia Tenggara lain dengan wilayah Timur Tengah, lain lagi dengan wilayah Amerika. Bahkan wilayah itu lebih kecil lagi dipersempit menjadi wilayah negara tertentu. Kalender global menghendaki seluruh dunia satu kesatuan wilayah tanggal yang disebut kesatuan matlak,” paparnya.
Ketiga, transfer imkanu rukyat. Artinya imkanu rukyat di kawasan barat dunia ditransfer ke seluruh dunia. Artinya diberlakukan kepada seluruh dunia.
Keempat, penerimaan garis tanggal internasional. Menurutnya, “Jadi kita harus mengakui garis internasional yang sekarang ini sebagai tanggal untuk kalender Islam. Tapi secara praktif sudah kita terima, karena kita menghitung hari Jumat juga dari garis tanggal tersebut,” terangnya.
Kelima, keselarasan hari dan tanggal di seluruh dunia.
Kemudian, di sisi syaratnya meliputi 1) syarat imkanu rukyat. 2) syarat tidak mengakibatkan suatu kawasan tertahan untuk memasuki bulan baru ketika sudah terjadi rukyat, dan 3) syarat tidak memaksa kawasan ujung timur memasuki bulan baru sebelum ijtimak di kawasan itu.
Dan di sisi parameternya adalah seluruh kawasan dunia dipandang sebagai satu kesatuan di mana bulan baru dimulai pada hari yang sama di seluruh kawasan dunia. Bulan baru dimulai apabila di bagian mana pun di muka bumi sebelum pukul 12:00 WIB tengah malam [pukul 00:00] Waktu Universal (WU) / GMT telah terpenuhi kriteria berikut: jarak sudut antara matahari dan bulan (elongasi) pada waktu matahari tenggelam mencapai 80 atau lebih, dan ketinggian di atas ufuk saat matahari terbenam mencapai 50 atau lebih. Apabila kriteria ini terpenuhi setelah lewat tengah malam [pukul 00:00] WU / GMT, maka bulan baru tetap dimulai dengan ketentuan sebagai berikut: 1) imkanu rukyat telah mencapai Benua Amerika dan 2) telah terjadi ijtimak sebelum fajar di batas timur Selandia Baru. (Cris)