Sebuah Masjid di perkotaan dengan jamaah kelas menengah mampu menghimpun banyak lembu dan domba ketika Idul Qurban. Dagingnya dibagikan ke warga sekitar dengan jumlah bagian yang cukup banyak. Namun, ternyata masih menyisa cukup melimpah. Harus dibawa kemana sisa daging qurban tersebut?
Situasi ini berbanding terbalik dengan masjid-masjid di daerah pedesaan atau bahkan di masjid-masjid di daerah yang baru dilanda bencana. Mereka kekurangan hewan qurban. Sebab itu, pendistribusian hewan qurban secara merata perlu menjadi perhatian bersama.
Qurban adalah napak tilas peribadatan Nabiullah Ibrahim as. Qurban merupakan perasan laku spiritual yang tajam dan dalam, yang menjadi puncak amr kepada Ibrahim as. Yakni diperintah untuk menyembelih putera tercinta Ismail as. Ada nilai puncak yang sampai pada Ibrahim as., bahwa hanya pada Alloh Ta’ala sajalah ia boleh bertuju dan bersandar.
Kini, setelah beribu tahun dari kisah agung itu, masihkah kita masih dalam koridor nilai tersebut? Apakah qurban-qurban kita murni karena, hanya dan untuk Alloh Ta’ala? Apakah tabiat ewuh pakewuh bahkan pamer turut serta mengganggu peribadatan qurban kita? Kalau niat, cara dan tujuan kita murni, apa yang jadi pemberat qurban kita salurkan ke daerah-daerah minus yang amat sangat membutuhkan?
Pertanyaan-pertanyaan itu harus dijawab secara akurat untuk menjamin bahwa ibadah qurban masih dalam koridor nilai Ibrahim. Lazismu ingin mempermudah shohibul qurban dalam menjaga niat, cara dan tujuan ibadah mulia itu.
Dengan Program Rendangmu, pengqurban akan lebih ringan menjaga niat karena tidak terganggu ditonton tetangga kanan-kiri. Yang lebih penting, hewan qurban sampai kepada mereka yang membutuhkan hingga ke pelosok terjauh. (sam/rbs)