Mahasiswa ‘Penting’ Dibutuhkan BKKBN
PURWOKERTO, Suara Muhammadiyah – Program pemerintah yang mendapat perhatian serius akhir-akhir ini salah satunya adalah penurunan stunting di Indonesia yang cukup tinggi. Berdasarkan WHO, stunting adalah gangguan tumbuh kembang anak yang disebabkan kekurangan asupan gizi, terserang infeksi, maupun stimulasi yang tak memadai.
Prevalensi stunting Indonesia berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) 2016 mencapai 27,5 persen. Berdasarkan konsep WHO, masalah kesehatan masyarakat dapat dianggap kronis bila prevalensi stunting lebih dari 20 persen, artinya secara nasional masalah stunting di Indonesia tergolong kronis, terlebih lagi di 14 provinsi yang prevalensinya melebihi angka nasional.
LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto berupaya membantu program pemerintah melalui pelibatan mahasiswa KKN. Dr.Suwarno yang Ketua LPPM menyampaikan bahwa dengan pelibatan mahasiswa KKN dalam membantu mengatasi masalah stunting akan menjangkau banyak wilayah. Disampaikan bahwa pada periode KKN semester genap tahun ajaran 2021-2022 akan diterjunkan mahasiswa KKN di 96 desa dan tersebar di 5 kabupaten.
Guna membekali mahasiswa mengenai persoalan stunting LPPM mengundang Dr.Edi Setiawan, S.Si, M.Sc.MSE yang menjabat Direktur Kerjasama Pendidikan Kependudukan BKKBN. Kegiatan pembekalan yang dilaksanakan pada tanggal 24 Juni 2022 ini diikuti oleh 1.247 mahasiswa secara on line.
Dr.Edi dalam paparannya di pembekalan untuk mahasiswa menyampaikan bahwa BKKBN menjadi badan yang ditugaskan presiden untuk penanganan stunting. Program yang sudah dilaksanakan dalam menangani stunting mulai dari hulu sampai hilir, mulai dari catin(calon pengantin) sampai anak berusia dua tahun. Berbagai upaya yang sudah dilakukan termasuk adanya aplikasi Elcimil (siap nikah dan hamil) melalui prasrote, dan diharapkan para catin bisa menggunakan untuk mengukur apakah termasuk calon pengantin yang sehat atau tidak.
Edi juga berharap agar mahasiswa UMP khususnya yang akan KKN menjadi mahasiswa yang ‘Penting’ (peduli stuting). Disampaikan pula BKKBN berharap selama kegiatan KKN dapat berkolaborasi dengan BKKBN di tingkat daerah mulai dari bidan, kader PKK dan Kader KB. Berkaitan dengan hal ini BKKBN Nasional akan membantu koordinasi sampai tingkat kabupaten.
Berdasarkan penjelasan Direktur Kerjasama Pendidikan Kependudukan BKKBN tersebut pelibatan mahasiswa KKN akan membantu pekerjaan BKKBN dalam menangani masalah stunting. Dia menyampaikan, pemerintah akan memastikan intervensi pencegahan stunting pada perempuan sejak sebelum melahirkan dan sesudah melahirkan. Program yang dilaksanakan sebelum melahirkan akan dilakukan dengan pendistribusian tablet tambah darah (TTD) untuk remaja putri, program tambahan asupan gizi untuk ibu hamil kurang gizi kronik, melengkapi puskesmas dengan USG untuk mempertajam identifikasi ibu hamil.
Dijelaskan pula bahwa stunting adalah problem yang komplek, dan menyamngkut multidispilin. Sehubungan dengan hal itu perlu pendekatan multi sektor. Pelaksanaan KKN mahasiswa yang multidisiplin mempunyai nilai lebih. Mahasiswa diharapkan akan ada kolaborasi dalam pemecahan stunting. Faktor risiko stunting salah satunya adalah sanitasi lingkungan.
Terkait dengan ini maka mahasiswa teknik dapat membuat teknologi tepat guna untuk pemecahan berbagai limbah di masyarakat. Mahasiswa pertanian bisa membuat berbagai lahan sayur yang sederhana di lingkungan rumah seperti hipdroponik, dan teknologi berbagai maknan sehat, Dr. Edi di akhir materi berpesan agar mahasiswa dapat menjadi agen perubahan dalam masalah stunting, sehingga selepas KKN program penanaganan stunting tetap bisa dilakukan dengan pemberdayaan masayarakat setempat. (Eka-PDA)