Prof Haedar Nashir Jadi Pemateri Baitul Arqam Mubaligh di Padang

Prof Haedar Nashir Jadi Pemateri Baitul Arqam Mubaligh di Padang

Prof Haedar Nashir Jadi Pemateri Baitul Arqam Mubaligh di Padang

PADANG, Suara Muhammadiyah – Ketum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir menghadiri Baitul Arqam yang dihelat Korps Mubaligh Muhammadiyah Sumbar bertema Meneguhkan Ideologi dan karakter mubaligh Muhammadiyah dalam bingkai spirit kebangsaan, pada Sabtu, (25/6/2022). Baitul Arqam diikuti 35 kader Muhammadiyah dari mubaligh KMM Sumbar.

Ketua PP Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir mengatakan Dakwah merupakan aktivitas yang sangat dianjurkan dalam Islam, meski berdakwah dapat dilakukan dengan hanya menyampaikan satu ayat, akan tetapi konten dakwah yang dibawakan oleh kader mubaligh Muhammadiyah harus atraktif, tidak hanya berisi perintah dan larangan saja. Oleh karena itu mubaligh juga harus mendalami Ajaran Agama Islam.

Di sisi lain, aktivitas dakwah juga merupakan tindakan amar ma’ruf nahi munkar, atau mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Akan tetapi dalam mencegah kemungkaran, mubaligh atau juru dakwah juga harus dengan cara yang ma’ruf/baik dan mensenyawakannya dengan aspek irfani, rasa atau ihsan.

Kegiatan Baitul Arqam ini merupakan langkah sangat bagus perlu dihidupkan hingga cabang dan ranting, Muhammadiyah bersama ormas lainnya berfastabiqul khairat, dalam konteks umat Islam harus bersatu, maka organisasasi menyebarkan paham keagamaan.

Jadi faktanya masih terdapat masjid mushalla di akar rumput tidak begitu terurus oleh mubaligh Muhammadiyah, keperluan jemaah tidak terpenuhi jumlah dan kualitas mubaligh, istilah seperti anak ayam kehilangan induknya maka datang induk yang lain, dampak masjid Muhammadiyah dikelolah oleh orang lain itu realitas sosiologinya.

Lanjutnya, Masyarakat kita berubah perubahan life style, mindset dan perubahan paham keagamaan berkembangnya demokrasi dan era digital yang hadir langsung ke rumah lewat handphone. Kemudian tantangan generasi milenial.

Kader HW dan Mubaligh perlu hadir di masyarakat dalam berbgai kepentingan itu dalam dakwah bil hal.
Adapun solusinya, katanya, dengan meningkatkan pengetahuan tentang agama dan pengetahuan tentang kehidupan. Mubaligh harus mengasah ilmu tentang pentingnya bekerjasama dengan elemen lainnya.

“Kita harus menghidupkan kembali inner dynamic kekuatan dari dalam, ini perlu dihidupkan kembali, karena dulunya Muhammadiyahnya itu hidup karena itu, energi ZIS ini harus dibangkitkan,” tuturnya.

Menurutnya, Masalah lain yang patut dicermati adalah pengelolaan organisasi konvensional. Secara umum, kata dia, pengelolaan organisasi Muhammadiyah telah modern dan mampu beradaptasi dengan era digital.

Ketua PW Muhammadiyah Sumbar, Buya Shofwan Karim memberikan apresiasi atas diselenggarakannya Baitul Arqam Muhammadiyah. Apalagi kegiatan digagas oleh Korps Mubaligh Muhammadiyah.

Buya mengatakan, salah satu tantangan yang dihadapi masyarakat yang hidup di era digital saat ini adalah kekeringan spiritual,sehingga perlu dilakukan
pendekatan dakwah yang mencerahkan. “Di sinilah pentingnya kita hadir mendampingi masyarakat agar memberikan petunjuk berbasis nilai-nilai Islam yang bersumber dari al-Quran dan as-Sunnah yang memajukan dan mencerahkan,” ujarnya.

Di era dunia digital, manusia dapat berinteraksi dan beraktivitas secara mudah, cepat, efisien, dan intensif. Oleh karena itu, menurut Shofwan, para mubaligh Muhammadiyah diharapkan dapat memanfaatkan teknologi informasi untuk menyebarkan pandangan keislaman yang sejalan dengan paham Islam dalam Muhammadiyah.

Buya menerangkan, hampir setiap orang saat ini memiliki alat media komunikasi canggih. Informasi bukanlah menjadi masalah. Sekarang, orang dengan mudah bisa menyampaikan dan menerima informasi dari tempat yang paling jauh sekalipun. “Bisa dikata, era revolusi informasi bisa melipat jarak dan waktu,” lanjut dia. (ri)

Exit mobile version