Menelaah Sejarah Banyumas, Kerajaan Sunda dan Jawa
PURWOKERTO, Suara Muhammadiyah – Banyumas institute bekerja sama dengan Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) Kabupaten Banyumas, Jawa tengah menggelar diskusi dan dialog bertajuk “Sejarah Banyumas ditinjau dari kebudayaan dan perkembangan pengaruh pada kerjaan Sunda dan Jawa” di ruang sidang lantai 2 gedung Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Dalam acara tersebut turut hadiri Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Al Islam Kemuhammadiyahan Akhmad Darmawan, M.Si. Dekan FKIP Drs. Eko Suroso, M.Pd Ketua Banyumas Institute Prof. Dr. Sugeng Priyadi, M. Hum dan Ketua MGMP SMP SMA Kabupaten Demak Nur Qosim, S.Pd., M.Pd.
Direktur Banyumas Institute Prof. Dr. Sugeng Priyadi, M. Hum dalam kesempatannya mengatakan, sejarah lokal sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan Sejarah Nasional Indonesia.
“Sebagai micro-unit, sejarah lokal Banyumas akan memberi sumbangan bagi historiografi Indonesia. Sejarah Banyumas mencerminkan kearifan lokal agar masyarakat Banyumas lebih cerdas dan tangkas dalam memberikan reaksi terhadap tantangan zaman,” jelasnya.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Al Islam Kemuhammadiyahan Akhmad Darmawan, M.Si. mengatakan, budaya menjadi salah faktor yang mempengaruhi karakter penduduk.
“Budaya, saya kira sangat mempengaruhi karakter penduduk dimana budaya itu berkembang termasuk Budaya Banyumasan. Karena itu UMP berkomitmen dengan budaya local. UMP mendirikan Banyumas Institute yang didalamnya ada tokoh sentral ahli di bidang Banyumas Professor Sugeng adalah sejarah Banyumas,” katanya.
Lebih lanjut ia, megatakan perlu adanya kegiatan yang menunjang terhadap budaya lokal Banyumasan agar dapat tetap eksis dan perekonomian berbasis budaya dapat meningkat.
“Sekarang jarang sekali ada ketoprak, nah ini mungkin Banyumas Institute Prof Sugeng Ada Ketoprak Banyumasan dulu bagus banget. Mengeksplore seni-seni budaya ke Banyumasan dan dengan adanya sejarah ini akan memperkuat posisi pariwisata di Indonesia,” katanya.
Ketua MGMP SMP SMA Kabupaten Demak Nur Qosim, S.Pd., M.Pd dalam sambutanya mengatakan, mahksud dan tujuan datang ke UMP untuk mempelajari budaya Banyumas, yang masih di anggap aneh oleh sebagian orang Jawa wetanan. Keunikan dari Bahasa ngapak yang berbeda dengan bahasa bandhek dianggap perlu diketahui.
“Kami ingin mempelajari sejarah Banyumas lebih dalam. Kami orang pesisiran atau wetanan (Timur) itu merasa kebudayaan Banyumas di anggap aneh oleh orang jawa umumnya. Padahal orang Banyumas juga sebagai orang jawa. Mungkin karena ketidaktahuan tentang sejarah dan kebudayaan Banyumas,” jelasnya. (Adt/Tgr)