Wujudkan Anak Panah Muhammadiyah Lewat Generasi Al-Quran
YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Terlihat pendar mentari berpijar di tengah petala cakrawala. Pijar mentari itu terpancar dari sebuah ruangan besar yang memuat kumpulan sosok-sosok penghafal Quran dari Pondok Pesantren Tahfidzul Quran (PPTQ) Muhammadiyah Ibnu Juraimi. Mereka melakukan wisuda akbar pertama yang diselenggarakan pada Ahad (26/6) di Gedung Graha As-Sakinah Kompleks SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Implementasi dari wisuda ini berlangsung dengan lancar, khidmat sarat pencerahan dan wejangan.
Dalam acara sakral ini, turut mengundang beberapa tamu yakni dari Pejabat Walikota Yogyakarta, Sumadi, SH., MH, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Yogyakarta, Drs H Akhid Widi Rahmanto, Mudir PPTQ Muhammadiyah Ibnu Juraimi, KH Charis Thohari Rohman, SSy, SThI., Al-hafidz, Ketua Badan Pembina Pesantren, H Aris Madani, SPdI, Ketua Ketua ITMAM (Ittihad Al Ma’ahid Al Muhammadiyah), Persatuan Pondok Pesantren Muhammadiyah se-Indonesia, KH Yunus Muhammadi, Lembaga Pengembangan Pesantren Muhammadiyah (LP2M) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Kemantren dan Kapolsek Tegalrejo, Lurah Kricak, dan pelbagai tamu undangan lainnya.
Acara tersebut diikuti sebanyak 52 wisudawan. Masing-masing tergolong menjadi wisudawan mutqonin (kokoh telah diuji membaca seluruh al-Quran 30 juz) dengan jumlah 14 orang. Kemudian wisudawan khatimin (selesai setoran seluruh al-Quran 30 juz) sebanyak 19 wisudawan. Dan wisudawan juz’iyyin (tidak sampai selesai 30 Juz dengan minimal 15 Juz) sebanyak 19 wisudawan.
Pada bersamaan, acara ini menampilkan 14 wisudawan Mutqin dan juga memberikan penghargaan serta dilakukan tes atau diuji hafalannya secara terbuka oleh tamu undangan sebanyak 3 wisudawan terbaik. Ini merupakan momen menegangkan, tetapi Alhamdulillah dapat melewatinya dengan lancar.
Kepada Suara Muhammadiyah, Mudir PPTQ Muhammadiyah Ibnu Juraimi, KH Charis memberi tanggapan terhadap implementasi acara ini. Menurutnya, segenap santri bisa menghayati, mengamalkan, dan mengembangkan ilmu yang sudah di dapat selama menempuh pendidikan di pondok tersebut. “Harapannya santri, ketika lulus dari Ibnu Juraimi di wisuda tersebut santri ini al-Qurannya kokoh, keilmuannya kokoh (paham), dan akhlaknya mulia di lingkungan masyarakat,” terangnya.
KH Charis juga mengungkapkan agenda ke depan dalam melahirkan bibit-bibit baru para penghafal al-Quran. Yakni akan terus senantiasa memasifkan syiar al-Quran. Menurutnya, para ulama pada awalnya menguatkan ilmu dengan fondasi al-Quran. Dia membebaskan para santrinya di masa depan dalam bercita-cita, tidak harus menjadi ustaz atau ulama. Akan tetapi, yang terpenting adalah kokohnya fondasi al-Quran dalam kehidupan.
“Ke depan Ibnu Juraimi Insyaallah mempunyai rencana untuk mensentralkan pondok agar santri tersebut bisa tinggal di dalamnya tersebut dan tersistem dari A-Z. Pengurus nanti juga tinggal di dalam sistem tersebut tersentral satu kampus terpadu. Harapannya seperti itu,” tandasnya.
Dia juga mengharapkan agar Muhammadiyah mempunyai pondok Quran yang diharapkan mampu mencetak generasi ulama yang intelek dan sensitivitas terhadap transformasi zaman yang makin kompleks ini.
Tak lupa, KH Charis membeberkan cara pondok ini mendidik para santri sehingga menjadi penghafal al-Quran. Diungkapakan para santri yang sudah masuk berkecimpung di pondoknya, akan dipantau kualitas bacaannya. Jika masih kurang bagus, maka akan diperbaiki dulu. Menurutnya, “Tidak mungkin berinteraksi dengan al-Quran sementara bacaannya tidak tersandar. Tapi ada tahapan-tahapan yang harus dilalui. Tidak bisa langsung hafal dan mengamalkan kalau bacaannya belum benar. Maka tidak disebut ahlu Quran,” pungkasnya.
Kemudian, setelah bacaannya distandarkan, kemudian dilanjutkan tahsin (membaguskan kualitas bacaan al-Quran) dan memperbanyak khatam selama sebulan sebanyak 5-10 kali. Dari sini akan lancar untuk menghafalkannya dengan target hafal 1 juz. Setelahnya, mereka akan dilakukan uji kemutqinan (kekuatan) terlebih dahulu. Tidak boleh lanjut ke juz berikutnya sebelum ini (baca: yang dihafal) dikuasai. Dan ada tahapan-tahapan ujian berikutnya.
Tidak hanya berfokus pada hafalan al-Quran, mereka juga dibekali oleh beberapa ilmu yang lain seperti tafsir, ushul tafsir, hadis, aqidah, Bahasa Arab, nahwu, sharaf, ushul fikih dan lain sebagainya yang menekankan pada pemahaman dan penguasaan kitab berbahasa Arab gundul. Tidak mengesampingkan jua mereka memperoleh integrasi kurikulum pendidikan formal dalam pelbagai jurusan IPA, IPS, dan Takhassus Keagamaan.
KH Charis nian mengharapkan kepada para wisudawan santri PPTQ Muhammadiyah Ibnu Juraimi. Satu harapan relevan darinya agar para wisudawan yang telah digembleng selama menempuh pendidikan menjadi anak panah Muhammadiyah, ujung tombak dakwah persyarikatan, dan juga pemegang tabuk kepemimpinan persyarikatan Muhammadiyah.
“Maka saya sering mewasiatkan kepada santri tersebut, ‘antum setelah ini tuntut ilmu setinggi-tingginya, yang penting sudah ada modal al-Quran. Terserah antum minatnya apa, saya tidak mengekang harus menjadi kiai atau ustaz. Setelah itu kembali kepada Muhammadiyah. Karena Muhammadiyah sangat butuh antum semuanya agar Muhammadiyah ini tidak krisis dari dai, ulama, dan intelektual yang agamis,” tukasnya.
Kemudian, salah satu wisudawan terbaik yang memperoleh beasiswa ke Madinah, Mahfudz Ridwan Al Hafidz mengungkapkan perasannya setelah menempuh pendidikan di PPTQ Muhammadiyah Ibnu Juraimi. Menurutnya balutan rasa senang terasa di dalam jiwanya. “Kalau Gusti Allah dengan nikmatnya kebaikan-kebaikan menjadi sempurna,” katanya. Dia mengungkapkan pula bahwa menghafal al-Quran butuh perjuangan luar biasa. “Menghafal al-Quran tidak diukur dari kecerdasan ataupun intelligence quotient, namun diukur dari kesabaran. Nah, itulah buah dari kesabaran menjadi perasaan bahagia yang luar biasa,” tambahnya.
Dia menaruh rasa syukur dan apresiasi kepada para pengajar yang telah mendidik dan menggembleng hingga melewati proses yang begitu panjang menempuh pendidikan di PPTQ Muhammadiyah Ibnu Juraimi. “Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pengajar yang telah sabar, telaten dalam mendidik kami. Sehingga dapat melalui proses yang begitu panjang ini menjadi yang dulu mungkin belum bisa membaca bahkan membaca al-Quran sampai sekarang bisa ayat al-Quran dari awal sampai akhir,” tuturnya.
Mahfudz juga berharap kepada PPTQ Muhammadiyah Ibnu Juraimi dalam menghadapi transformasi zaman di masa depan. Secercah harapannya agar pondok ini bisa mampu tampil berbeda dalam memasuki ruang zaman yang serba cepat berubah dan berkembang ini.
“Semoga PPTQ Muhammadiyah Ibnu Juraimi bisa selalu istikamah dan konsisten serta selalu menemukan inovasi-inovasi baru dengan terobosan-terobosan baru yang sesuai dengan perkembangan zaman. Sehingga dapat mengenalkan dan mendekatkan al-Quran kepada masyarakat Muhammadiyah secara umumnya dan juga kepada masyarakat Indonesia secara keseluruhan,” ungkapnya. (Cris)