Jelang 1 Abad: Kauman Padang Panjang Luncurkan Buku
PADANGPANJANG, Suara Muhammadiyah – Pondok Pesantren (Pontren) Kauman Muhammadiyah Padang Panjang, yang genap berusia 94 tahun, meluncurkan buku berjudul “Kulliyatul Muballighien. Dari Kauman Padang Panjang untuk Indonesia”, Selasa (27/6/2022),.
Buku yang ditulis hampir 300 halaman oleh pemerhati sejarah Fikrul Hanif Sufyan, diterbitkan oleh Suara Muhammadiyah Press Yogyakarta, diluncurkan di Aula Hamka Madrasah Aliyah (MA) Kulliyatul Muballighien Muhammadiyah Padang Panjang. Peserta yang berasal dari unsur pemerintah daerah Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumatra Barat, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Padang Panjang, dan keuarga besar Padang Panjang itu, diikuti puluhan orang.
“Hadirnya buku ini, menguatkan optimisme terhadap kota Padang Panjang dan memberi pencerahan terhadap dunia pendidikan.
Kulliyatul Muballighien Muhammadiyah yang dirintis oleh buya Hamka, hampir sama dengan umur dengan Kauman Padang Panjang,” jelas Walikota Padang Panjang Fadly Amran, dalam sambutannya yang disampaikan Asisten Bid. Ekonomi Zulkifli, SH.
Fadly berharap penulis, untuk terus mengungkap sejarah Padang Panjang, yang penting untuk dipelajari. Tidak saja menguatkan Kauman sebagai basis dari Muhammadiyah di Sumatra Barat, juga mengukuhkan Padang Panjang sebagai kota Literasi.
Senada dengan Fadly Amran, Ketua PWM Sumatra Barat Dr. Shofwan Karim berharap peluncuran buku ke-12 mantan jurnalis Rakyat Merdeka itu, mampu melengkapi khazanah dari literasi mengenai Muhammadiyah di Sumatra Barat. “Saya hitung sudah cukup banyak yang menulis tentang Muhammadiyah dan ketokohannya. Selain Fikrul, juga ditulis oleh R.B Khatib Pahlawan Kayo, Abdul Salam, Bakhtiar, dan lainnya. Mudahan nanti bertambah,” sambung Shofwan dalam antaran katanya.
Bila Shofwan melihat hadirnya karya dari staf pengajar STKIP Yayasan Abdi Pendidikan Payakumbuh itu, sebagai penyemarak literasi Muhammadiyah, Deni Al-Asy’ari selaku Dirut Suara Muhammadiyah melihatnya dalam perspektif berbeda. “Tulisan Fikrul plus dwilogi Taufik Abdullah, Sekolah dan Politik: Gerakan Kaum Muda di Sumatra Barat, 1927-1933 dan Panggilan Kemajuan: Sejarah Sosial Minangkabau 1900-1927, adalah tiga serangkai pegangan penting untuk memahami sejarah pergerakan Islam di Sumatra Barat,” jelas Deni di hadapan peserta.
Pada bagian tertentu buku Kulliyatul Muballighien ini juga bisa dianggap sebagai prekuel Sekolah dan Politik karya Taufik Abdullah. Pembahasan mendalam tentang gerakan reformasi Islam di Minangkabau melalui jalur pendidikan ala Muhammadiyah dikupas tuntas oleh Fikrul Hanif Sufyan. Ditambah, buku yang diantari oleh alm. Buya Syafii Maarif ini, menguasai medan persuratkabaran lokal di Sumatra Barat, tambah Deni membuat pembaca akan terkagum dengan kekayaan sumber tulisan tersebut.
“Saya menganggap karya Fikrul Hanif ini sebagai magnum opus dari penulisan gerakan Islam modernis di Sumatra Barat. Dan, mari kita diskusikan kesejarahan Kauman ini untuk generasi mileneal,” kata Deni mengakhiri sambutan untuk peluncuran buku tersebut.
Senada dengan Dirut Suara Muhammadiyah, Fikrul Hanif menuturkan, narasi Kulliyatul Muballighien yang direkonstruksinya, adalah bagian dari upaya merawat ingatan dan melestarikan memori kolektif untuk guru dan murid-murid dari Kauman Padang Panjang.
“Bila menghitung mundur dari tiga tahun sejak naskah ini ditulis, ada sebuah harapan besar ditumpangkan pada keluarga besar Kauman. Rawatlah ingatan ini, sebagaimana orang-orang tua, pendiri persyarikatan telah ikhlas dalam lelahnya membangun komplek ini di masa Depresi Ekonomi,” papar Fikrul.
“Perjuangan pada masa itu berat, sangat berat. Tapi, guru-guru dan pimpinan persyarikatan tidak pernah menunjukkan wajah yang masam dalam mendidik mereka. Senyum dari Abdullah Kamil, tertawa terkekehnya Buya Hamka, wibawanya Saalah Jusuf Sutan Mangkuto, dan janggut panjang Sutan Mansur adalah kesan mendalam yang tidak dilupakan alumnus di masa sebelum 1960an,” tutup Fikrul dalam pemaparannya.
Dalam kesempatan terpisah, Pontren Kauman Muhammadiyah Dr. Derliana, MA dalam sambutannya mengapreseasi kerja keras yang dilakukan oleh penulis, sampai diterbitkan oleh Suara Muhammadiyah. “Hampir tiga tahun kami dari Kauman menunggu lahirnya karya ini. Terima kasih atas kerja keras dari penulis, yang merangkai fakta mengenai Kulliyatul Muballighien ini, sampai ditemukannya milad untuk sekolah yang berusia hampir satu abad ini,” jelas Derliana.
Tabligh School yang merupakan embrio dari Kulliyatul Muballighien, sambung Fikrul, merupakan tonggak awal dari sekolah guru dan kader pimpinan Muhammadiyah sejak 5 April 1928. Di tengah guncangan kuat malaise sejak 1930, Tabligh School kemudian berganti nama menjadi Kulliyatul Muballighien.