JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Hari berbalut kebahagiaan terpancar dari segenap keluarga besar Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka). Pada hari Selasa (28/6) menggelar Wisuda Magister, Sarjana, dan Ahli Madya secara luring di Jakarta Convention Center (JCC). Selain daripada acara wisuda, pada saat bersamaan Uhamka telah terakreditasi unggul sesuai No SK : 290/SK/BAN-PT/AK-ISK/PT/VI/2022. Menjadikan Uhamka sebagai Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) ke-4 dari 175 PTMA yang unggul di seluruh Indonesia.
Dalam acara tersebut, turut hadir beberapa tamu undangan yakni dari Ketua Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan (DIKTILITBANG) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr H Achmad Jainuri, PhD (mewakili), Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah 3 DKI Jakarta, Dr Ir Paristiyanti Nurwardani, MP, Koordinator Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta Wilayah 1 DKI Jakarta, Prof Dr H Ahmad Thib Raya, MA, Badan Pembina Harian Uhamka, Dr H Anwar Abbas, MM., MAg, Dr Sudarnoto, dan lainnya, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DKI Jakarta, Anggota Senat Uhamka, Keluarga besar Buya Hamka, Civitas Akademika Uhamka, dan para bapak/ibu wali wisudawan.
Dalam memberikan sambutannya, Rektor Uhamka, Prof Dr Gunawan Suryoputro, MHum menerangkan bahwa pada wisuda kali ini berhasil meluluskan sebanyak 1024 mahasiswa magister, sarjana, dan ahli madya. Yang sering disebut sebagai ‘Hamka Muda, Generasi Tangguh, Generasi Mandiri, Generasi Unggul, dan Generasi yang Mendunia.’
“Sejalan dengan hal tersebut, Indonesia tengah berada di periode yang dinamakan bonus demografi. Menurut sensus 2020, menunjukan komposisi penduduk Indonesia yang sebagian besar berasal dari generasi Z yang jumlah 27,94%. Yaitu generasi yang lahir antara tahun 1997 sampai dengan 2012. Generasi milenial yang saat ini yang digadang-gadang menjadi motor penggerak masyarakat saat ini jumlahnya berada sedikit di generasi Z, yaitu 25,87% dari total penduduk Indonesia,” terangnya.
Rektor Uhamka tersebut menukil penelitian Bruce Tulgan dan RainmakerThinking, Inc, membentangkan karakteristik generasi Z dengan generasi sebelumnya.
Pertama, media sosial adalah gambaran masa depan generasi Z. Generasi Z merupakan generasi yang tidak pernah mengenal dunia yang benar-benar terasing dari keberadaan orang lain. Media sosial menegasikan bahwa seorang tidak dapat berbicara dengan siapapun, di manapun, dan kapanpun. Media sosial menjadi jembatan atas keterasingan, karena semua orang dapat terhubung, berkomunikasi, dan berinteraksi.
Kedua, keterhubungan generasi Z dengan orang lain adalah hal yang penting
Ketiga, kesenjangan keterampilan dimungkinkan terjadi dalam generasi ini. Ini yang menyebabkan upaya mentransfer keterampilan dari generasi sebelumnya seperti komunikasi interpersonal, budaya kerja, keterampilan teknis, dan berpikir kritis harus intensif dilakukan.
Keempat, kemudahan generasi Z menjelajah dan terkoneksi banyak orang di berbagi tempat secara virtual melalui koneksi internet, menyebabkan pengalaman mereka menjelajah secara geografis menjadi terbatas. Meskipun begitu, kemudahan mereka terhubung dengan banyak orang dari beragam belahan dunia menyebabkan generasi Z ini memiliki pola pikir global.
Kelima, keterbukaan generasi ini dalam menerima berbagai pandangan dan pola pikir menyebabkan mereka mudah menerima keragaman dan perbedaan pandangan akan suatu hal. Namun, dampaknya kemudian generasi Z menjadi sulit mendefinisikan dirinya sendiri. Identitas diri yang terbentuk sering kali berubah berdasarkan pada berbagai hal yang mempengaruhi mereka berpikir dan bersikap terhadap sesuatu. Tidak selamanya kedekatan generasi Z dengan teknologi memberikan keuntungan.
Prof Gunawan jua mengutip penelitian O’Connor, Becker, dan Fewste (2018) yang mengungkapkan bahwa pekerja yang lebih muda menunjukkan kapasitas yang lebih rendah untuk mengatasi ambiguitas lingkungan dibandingkan dengan pekerja yang lebih tua. Generasi lebih muda terbiasa mengekspresikan keinginan untuk hal-hal yang bersifat kebaruan termasuk pada bidang pekerjaan yang sifatnya lebih menantang. Namun, mereka belum memiliki keterampilan dan kepercayaan diri yang mumpuni untuk mengelola ketidakpastian lingkungan yang sering kali terjadi sehingga cenderung lebih cemas.
“Ini semacam mematahkan asumsi yang selama ini terbangun bahwa menjadi penduduk asli digital (digital native), artinya melengkapi kekurangan dari karakteristik generasi sebelumnya melalui keterampilan yang lebih adaptif dan inovatif dalam mengatasi situasi ketidakpastian,” tandasnya.
Menurutnya, dasar yang dikemukakan dalam penelitian ini cukup berasalan. “Generasi Z dilahirkan dan dibesarkan dalam pengasuhan yang terlalu protektif di tengah situasi dunia yang tidak menentu. Ini yang kemudian yang menyebabkan di masa dewasa, generasi ini menjadi orang yang toleran terhadap ambiguitas lingkungan karena masa kanak-kanak yang terlalu terlindungi. Dan juga kemampuan mengelola stres dan menjadi gaya hidup sehat semakin menurun di setiap generasi. Jika fenemona ini berlanjut, maka kedepannya generasi Z akan menjadi generasi paling stres sepanjang sejarah,” ungkapnya.
Atas situasi tersebut, Uhamka telah mendeklarasikan diri menjadi kampus profetik. Yakni “Prophetic University untuk Generasi Unggul di Era Digital.”
Lebih lanjut, Prof Gunawan memberikan peta jalan dari Uhamka untuk generasi muda dunia dan Indonesia kedepan yakni tahun 2045. Yakni (1) siap dari segi spiritual, intelektual, sosial, dan emosional. (2) memiliki karakteristik kepemimpinan Rasulullah yang Sidik, Amanah, Fatanah, dan Tablig. (3) bekal hidup yang harus tu mini billah dan Amal Makruf.
“Uhamka tumbuh menjadi kampus yang tidak hanya fokous kepada akademik saja, tapi ada adab atau akhlak yang menjadi fondasi mahasiswa kami, menjadi dinding pengikat, dan menjadi pembeda dengan kampus lain,” pungkasnya.
Di akhir sambutannya, Prof Gunawan memberikan secercah pesan sarat makna. “Atas nama pimpinan Uhamka, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya bapak/ibu dosen, tenaga kependidikan, alumni, para orang tua, dan stakeholder maupun mahasiswa atas kerja samanya, sehingga tercipta suasana perguruan tinggi yang kondusif untuk terselenggaranya catur dharma perguruan tinggi menuju universitas profetik. Sehingga menghasilkan generasi unggul, mandiri, dan tangguh. Semoga karya, jasa dan pengabdian bapak/ibu membawa hasil bagi generasi penerus serta memperoleh balasan pahala yang berlipat dari Allah SWT,” katanya.
“Terkhusus untuk peserta wisuda, di hari ini secara resmi ananda semua menjadi alumni Uhamka. Jangan lupa untuk selalu mengamalkan tiga nilai Uhamka, yaitu integrity, alumni yang harus menjadikan nilai kejujuran sebagai basis pengembangan diri, traits, mahasiswa Uhamka harus menjaga kepercayaan dan mampu berargumentasi menyampaikan kebenaran mana yang hak dan mana yang batil, compassion, artinya mahasiswa Uhamka harus memiliki jiwa kepedulian, tolong menolong, bahu membahu, merasakan penderitaan orang lain, sehingga terbentuk karakter yang kuat sebagaimana orang yang berguna terhadap sesama,” tutupnya. (Cris/Riz)