JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia sepanjang tahun 2021 meningkat terutama pada akhir Juni dan puncaknya pada bulan Juli. Lonjakan tersebut disebabkan oleh penularan varian baru virus Corona B.1.617.2 atau yang dikenal dengan varian Delta. Varian ini diketahui menjadi penyebab lonjakan kasus Covid-19 di India dan menjadi mayoritas penyebab kematian di negara tersebut.
Tingginya lonjakan kasus menyebabkan beragam persoalan, salah satunya kekurangan oksigen medis. Di Kudus, salah satu kabupaten di Jawa Tengah dengan jumlah konfirmasi Covid-19 tertinggi pada Juni 2021, menyatakan kekurangan stok oksigen.
Kondisi serupa juga dialami di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Kekurangan oksigen medis terus berlangsung hingga Agustus 2021. Sebagian rumah sakit bahkan menerapkan sistem buka tutup IGD untuk menghemat penggunaan oksigen medis.
Pada 25 Juni 2021 pemerintah menyatakan bahwa persediaan dan kapasitas produksi tabung masih mencukupi. Namun, sejak pertengahan Juli dinyatakan pemerintah akan terus berupaya memenuhi kebutuhan oksigen medis, salah satunya melalui pelibatan sektor swasta yang memproduksi oksigen untuk dikonversi menjadi oksigen medis.
Melihat adanya kebutuhan yang besar terkait upaya penguatan akses oksigen, Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengimplementasikan program Sustainable Access to Medical Oxygen (SAM – O2).
Melalui program ini, diupayakan untuk memetakan dan merancang kebijakan yang akan menciptakan mekanisme koordinasi yang lebih kuat untuk Covid-19 dan tanggap darurat lainnya di masa depan, terutama dalam sistem pasokan oksigen medis di wilayah-wilayah yang sulit dijangkau, khususnya di Banten, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
MDMC dan Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) PP Muhammadiyah telah memfasilitasi proses advokasi kebutuhan darurat peralatan terapi oksigen melalui Forum Healthcare Supply Chain (FHSC) yang dilaksanakan pada bulan Juni 2021 dengan melibatkan mitra strategisnya dari WHO, WFP, UNICEF, dan MSF.
Untuk menindaklanjuti forum tersebut, Kemenko PMK melalui Deputi Bidang Koordinasi Pemerataan Pembangunan Wilayah dan Penanggulangan Bencana bekerja sama dengan MDMC dan didukung oleh PATH untuk memperkuat sistem pemberian terapi oksigen pada setiap wabah atau pandemi yang mungkin terjadi di masa mendatang di Indonesia melalui lokakarya bersama kementerian/lembaga, asosiasi, dan mitra lainnya.
Lokakarya yang bertajuk “Akses Berkelanjutan Oksigen Medis” ini bertempat di Amarossa Royal Hotel, Kota Bogor, Jawa Barat dan telah dilaksanakan pada hari Kamis sampai Jumat tanggal 16 hingga 17 Juni 2022. Tujuan dari lokakarya antara lain untuk meningkatkan peran masing-masing stakeholder dengan memetakan dan merancang kebijakan yang akan menciptakan mekanisme koordinasi yang lebih kuat untuk penanganan Covid-19 dan tanggap darurat lainnya serta membangun komitmen untuk melakukan mitigasi penguatan akses oksigen medis.
Acara diawali dengan diskusi umum yang dimoderatori oleh Dr. Rohani Budi, S.Ag., M.Si. Ada tiga tema yang dibahas pada sesi ini, yaitu Peralatan Terapi Oksigen dalam konteks pandemi Covid-19 termasuk pilihan alternatif dan peningkatan kapasitas yang dibutuhkan dengan narasumber dari Direktur Fasilitas Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI); Praktik Baik Penanganan Krisis Oksigen di Masa Pandemi Covid-19 dengan narasumber Kepala RSUD Kota Bogor dan Kepala RS PKU Yogyakarta; Penguatan Dashboard Oksigen dalam Mengupayakan Sinergitas Komunikasi antar Kementerian/Lembaga/NGO dengan narasumber Asisten Deputi KMPB Kemenko PMK.
Direktur Fasilitas Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI, Hanafi, menyatakan saat lonjakan gelombang kedua, permintaan oksigen sangat tinggi tetapi ketersediaannya rendah. “Perlu evaluasi, antara lain perbaiki manajemen tabung oksigen rumah sakit. Rumah sakit juga harus punya sistem untuk melihat kebutuhan oksigen di masing-masing rumah sakit dan perlu diperbaiki juga manajemen distribusi oksigen serta di daerah perlu memiliki stasiun pengisian oksigen,” paparnya.
Sementara itu dr. Komarudin membagikan pengalaman penanganan Covid-19 di RS PKU Muhammadiyah. Menurutnya, di DIY ada Satgas Covid-19 yang bertugas mengatur distribusi tabung oksigen sehingga dalam kondisi darurat sudah siap. “RS PKU Muhammadiyah sudah membangun database oksigen untuk kesiapsiagaan dan kita juga berbagi dengan rumah sakit mana yang membutuhkan,” ujarnya.
Pada sesi kedua lokakarya ini berisi pemaparan masing-masing kementerian dalam penanganan Covid-19 yang berkaitan dengan peralatan terapi oksigen dengan narasumber dari Direktur Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, Kemenkes; Direktur Industri Kimia Hulu, Kementerian Perindustrian; Asisten Deputi Bidang Industri Kesehatan, Kementerian BUMN; dan Asisten Deputi Pelayanan Kesehatan Kemenko PMK.
Arif Ibnu Nugroho, Asisten Deputi Bidang Industri Kesehatan BUMN menyampaikan Kementerian BUMN telah menginstruksikan semua rumah sakit agar meningkatkan kapasitas agar siap siaga menghadapi pandemic Covid-19, yaitu dengan penyediaan ruang rawat inap dan perbaikan manajemen distribusi oksigen.
Direktur Industri Kimia Hulu, Kementerian Perindustrian menyampaikan rekomendasi untuk mengantisipasi keadaan darurat salah satunya adalah pengadaan iso tank di setiap provinsi. Adapun juga, pengadaan oksigen generator atau oksigen konsentrator khususnya di daerah terpencil yang belum memiliki fasilita kelengkapan oksigen.
Lokakarya ini juga menghasilkan keluaran berupa peta jalan (roadmap) dan kemitraan antar kementerian/lembaga bersama organisasi masyarakat dalam penyediaan kebutuhan oksigen dan distribusi di berbagai daerah. Harapannya, semua masyarakat Indonesia bisa mendapat akses kebutuhan oksigen medis dengan mudah.(aulia/riz)