YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Tanwir kali ini dapat dibilang sangat penting karena menyangkut persiapan Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah ke-48 di Surakarta. Sebagai suatu ikhtiar dalam penyelenggaraan Muktamar yang mencerahkan semesta, Muhammadiyah dan Aisyiyah perlu menentukan dan mengambil kebijakan yang berlandaskan pada pertimbangan-pertimbangan bersama atas kondisi dan situasi terkini. Hal ini dilakukan agar kebijakan yang telah ditetapkan dapat menjadi kebijakan Persyarikatan yang pada akhirnya membawa kepada kebaikan bersama.
Siti Noordjannah Djohantini, Ketua Umum PP Aisyiyah menyampaikan bahwa Muktamar Aisyiyah ke-48 merupakan Muktamar yang telah menapaki kiprah perjuangan dakwah Aisyiyah di abad kedua. Menurutnya, ke depan Aisyiyah akan dihadapkan pada permasalahan yang kian kompleks. Termasuk permasalahan dari dampak pandemi yang hingga hari ini masih dirasakan oleh warga bangsa.
“Dengan demikian, dakwah Aisyiyah dituntut untuk lebih memperluas jangkauan pembinaan yang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,” ujarnya dalam pidato Pembukaan Tanwir Muhammadiyah dan Aisyiyah 1 Dzulhijah 1443/30 Juni 2022.
Langkah-langkah semacam ini tentu memerlukan intensitas, kualitas, serta jangkauan dakwah yang semakin dinamis. Berkontribusi memberikan solusi atas berbagai macam permasalahan kehidupan. Gerak dakwah Aisyiyah juga dituntut adaptif terhadap berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta senantiasa mengedepankan keadaban yang mulia dengan senantiasa memanfaatkan media digital.
Selain itu Aisyiyah juga dituntut dalam memperluas jangkauan pembinaan di tingkat jamaah dan komonitas. Karena menurutnya kekuatan Persyarikatan sangat bertopang serta ditentukan oleh kekuatan jamaah di bawah. “Tentu perhatian dan keberpihakan kita kepada masyarakat menjadi pondasi untuk menggerakkan dakwah-dakwah Aisyiyah secara lebih luas, baik secara nasional maupun secara internasional,” tegasnya.
Ia menambahkan, kultur masyarakat Indonesia yang sangat beragam memerlukan kebersamaan, saling membantu, bahu-membahu, tolong-menolong, saling mengingatkan, dan saling bekerjasama untuk meraih kemajuan hidup bersama. Oleh karenanya, melalui kerja dakwahnya, Aisyiyah harus menjadi kekuatan masyarakat sipil, menjadi kekuatan utama organisasi sosial keagamaan yang membawa misi dakwah Islam rahmatan lil alamin.
“Indonesia sebagai sebuah bangsa yang besar memerlukan peran strategis dan dinamis Aisyiyah sebagai gerakan perempuan Muslim yang berkemajuan. Kami berharap Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah ke-48 nantinya dapat menjadi sebuah tonggak untuk terus melaju dan melanjutkan dakwah Aisyiyah yang mencerahkan,” tegasnya. (diko)