GRESIK, Suara Muhammadiyah – Materi manajemen aksi dan simulasi aksi merupakan salah satu rangkaian acara pada Darul Arqom Dasar (DAD) Delapan Pimpinan Komisariat (PK) STIT Muhammadiyah Paciran yang dilaksanakan Perguruan Muhammadiyah Banyutengah, Senin-Rabu (27-29/6/2022).
Kegiatan yang diagendakan setiap tahun ini mengenalkan kepada mahasiswa baru tentang perangkat aksi, bentuk aksi dan kode etik. Ada lima perangkat aksi yang dikenalkan kepada mahasiswa baru yaitu, orator (yang melakukan orasi), negosiator (yang bernegosiasi kepada pihak yang berkepentingan), agitator (pembangkit semangat para orator), korlap (yang berkoordinasi di lapangan) dan kordum (yang bertanggungjawab).
Manajemen aksi dan simulasi aksi memiliki tujuan agar mahasiswa baru dapat mengetahui tempat, peran, dan fungsi mahasiswa sebagai agent of change, agent of social control, iron stock, dan moral force.
Fikrul Abror Ubaidillah peserta DAD yang menjadi Koordinator Lapangan (Korlap) aksi mendapat keberanian maju dengan semangat bercerita tentang pengalamannya. “Dapat melatih kepercayaan diri untuk memimpin kawan-kawan, belajar public speaking dan manajemen pengelolaan aksi sehingga suatu saat jika benar-benar turut ikut serta turun aksi,” ungkapnya.
Yang paling terkesan ialah saat kebagian sebagai Korlap merupakan satu hal baru, amat antusias jalankan amanah itu, meskipun hanya sekadar praktek namun hal tersebut akan menjadi sesuatu yang berarti dalam hidup, entah itu menjadi pengalaman ataupun akan di implementasikan kedepan dalam berorganisasi.
Hal senada disampaikan Septi Sartika Instruktrur asal Nganjuk mengungkapkan, “Kegiatan Manajemen Aksi menjadi tau bahwa merupakan salah satu tuntutan mahasiswa untuk memaparkan tujuan aksi dan mahasiswa akan mengerti serta tidak diam saja ketika ada suatu permasalahan dan mereka dapat melakukan advokasi,” ungkapnya.
Dia menambahkan, manajemen aksi dan simulasi aksi memiliki tujuan agar mahasiswa baru dapat mengetahui tempat, peran, dan fungsi mahasiswa. Manajemen aksi dapat dilakukan oleh beberapa orang untuk menggalang opini publik terhadap suatu masalah yang muncul dan berkembang sehingga diharapkan adanya sebuah perubahan sosial.
Sama dengan Ahmad, ketua bidang kader PK IMM STIT Muhammadiyah Paciran ini juga mengungkapkan, “Dengan praktek manajemen aksi dapat mengetahui tempat, peran, dan fungsi mahasiswa sebagai agent of change, agent of social control, iron stock, dan moral force. Untuk memperjuangkan hak-hak rakyat tentang kebijakan yang tidak sesuai dimasyarakat,” ujar Ahmad.
“Belajar memahami paradigma terhadap aksi massa yang sudah seharusnya dapat dipahami dengan baik secara bersama. serta memetakan proses ketika aksi sesuai dengan perangkat perangkatnya agar demo berjalan dengan lancar dan tersistem dengan baik,” pungkasnya. (Fathan Faris Saputro)