Khutbah Idul Adha Membangun Spirit Berkurban dan Ta’awun di Masa Transisi Pandemi Menuju Endemi, download di sini
Oleh : dr. H. Agus Taufiqurrahman, M.Kes., Sp.S
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرْهُ وَنَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِي اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهدُ أَنْ لاَ إَلَهَ إِلاّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى رَسُوْلِ اللَّهِ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ وَلآَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أُصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَ اللَّهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ (آل عمران: ١٠٢). يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا (النسآء: ١). يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا (الأحزاب: ٧٠- ٧١).
Jamaah shalat ied rahimakumullah
Di hari yang berbahagia ini, marilah kita tingkatkan syukur kita kepada Allah yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kita, teramat banyak kenikmatan itu sehingga kita takkan mampu menghitungnya, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an :
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya Allah maha Pengampun lagi maha Penyayang (QS An-Nahl : 18)
Salah satu perwujudan syukur itu adalah dengan menggunakan anugrah Allah ini sebagai bekal untuk beramal shalih dan memperbanyak ibadah. Sehingga semakin banyak kenikmatan yang kita terima hendaknya menjadikan kita semakin taat kepada Allah. Cara syukur yang seperi insya Allah akan mengantarkan kita menjadi pribadi yang bertaqwa.
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
”Sesungguhnya yang paling mulia di sisi allah di antara kamu adalah yang paling baik taqwanya”. (QS Al Hujurat : 13)
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi junjungan kita Muhammad saw. Yang telah memberikan suri tauladan utama untuk selalu kita tiru agar kita bisa menjadi manusia yang selamat dunia akhirat. Sebagaiman ditegaskan didalam surat Al-Ahzab ayat 21 :
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Semoga kita selalu diberi kekuatan untuk mengikuti dan mejalankan sunnah-sunnah Beliau.
الله أكبر الله أكبر لااله الا الله والله أكبر الله اكبرولله الحمد
Hadirin yang berbahagia.
Sebagaimana kita ketahui, idul Adha kali ini masih dalam susana ujung pandemi, atau lebih tepatnya suasana transisi pandemi menuju endemi. Paling tidak begitulah yang kita harapkan. Sudah lebih dari dua tahun kita dalam pandemi Covid-19, lebih dari 500 juta penduduk dunia terpapar. Enam juta lebih wafat dan berjuta orang juga jatuh kepada kemiskinan karena krisis ekonomi akibat dari tidak normalnya kehidupan bisnis maupun mata pencaharian. Oleh karena itu lebaran kali ini kita belum bisa merayakan secara normal sepenuhnya. Kita tetap menjalani Idul Adha ini dengan penuh rasa syukur dan penuh kebahagian, namun demikian harus juga selalu menjaga agar tidak melakukan hal hal yang menjadikan pandemi meningkat lagi.
Sebagaimana Firman Allaah:
وَلَا تُلْقُوا۟ بِأَيْدِيكُمْ إِلَى ٱلتَّهْلُكَةِ
Dan janganlah kalian menjerumuskan diri kedalam kebinasaan (Qs. Al-Baqarah: 195)
Dan juga Sabda Rasulullah :
عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ سَعَدْ بْنِ سِنَانِ الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلَّمَ قَالَ : لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ
Dari Abu Sa’id, Sa’ad bin Sinan al-Khudri RA, sesungguhnya Rasulullah bersabda: “Tidak boleh melakukan perbuatan yang bisa membahayakan diri sendiri dan membahayakan orang lain.” (HR Ibnu Majah, No 2340 dan 2341).
Oleh karena itu ketika kita menjalankan seluruh protokół Kesehatan hendaknya senantiasa disandarkan dałam rangkan mengamalkan ajaran tersebut sehingga menjadi amal sholih, ibadah bagi kita sema. Seluruh ikhtiar kita dałam rangka menghadapi Pandemi dan seluruh dampaknya adalah bagian dari jihad kemanusiaan. Bersamaan dengan itu kita tetap harus optimis bahwa dengan terus bedo’a kepada Allah disertai iktiar dengan sungguh sungguh sesuai ajaran islam dan ilmu pengetahuan yang benar, insya Allah kita akan selera lepas dari pandemi ini. Tentu semua ini tidak bisa dikerjakan sendiri, harus dengan keterlibatan seluruh komponen bekerja sama untuk semangat ta’awun.
الله أكبر الله أكبر لااله الا الله والله أكبر الله اكبرولله الحمد
Jamaah shalat Id yang berbahagia.
Perayaan Idul adha dan peneyembelihan Hewan qurban tidak bisa dilepasakan dari peristiwa pada zaman nabi Ibrahim dan Ismail. Perintah qurban yang diterima nabi Ibrahim ‘alaihisalam diterangkan di dalam surat Ash-shaffat ayat 102.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
- Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar”.
الله أكبر الله أكبر لااله الا الله والله أكبر الله اكبرولله الحمد
Jamaah shalat ied yang berbahagia
Bagi umat Islam yang mampu maka Ibadah utama pada hari Idul Adha ini adalah menyembelih binatang qurban. Rasulullah menekankan kepada umatnya yang mampu untuk menyembelih binatang qurban dengan sabdanya:
من كان له سعة ولم يضح فلا يقربن مصلا نا
Barang siapa mempunyai kemampuan berkurban, tetapi tidak melakukannya, maka janganlah mendekat tempat shalatku” (HR Ahmad ibn Majah dari Abi Huarairah)
Ibadah qurban yang kita lakukan memiliki dua dimensi;
pertama adalah ibadah yang bersifat vertikal, semata-mata berbakti kepada Allah dan hanya mengharapkan keridhaan Allah SwT. Bahwa hanya iklhas karena Allah qurban itu dilakukan. Qurban juga sebagai perwujudan tauhid, mencintai Allah di atas cinta kepada yang lain, melebihi cintanya kepada keluarga dan harta benda yang ia miliki. Melebihi cintanya kepada jabatan dan seluruh fasilitas yang didapatkan selama ini. Dan keiklhasan berqurban karena kecintaan kepada Allah itulah yang mentukan qurban kita diterima atau tidak, Sebagaimana dijelaskan dalam dalam firman-Nya Qs Al-Hajj: 37
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنْكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik”.
Kedua adalah ibadah yang bersifat horizontal, yakni menyantuni para dhua’afa melalui pembagian daging qurban tanpa membeda-bedakan agama, suku dan golongan. Qurban merupakan wujud nyata dari upaya orang yang mampu untuk membantu kesejahteraan sesama. Bahwa seseorang tidak boleh hanya memikirkan dirinya sendiri. Tetapi dalam hidup ini ada peran kehidupan yang kita lakukan untuk orang dan untuk menolong orang. Semangat rela berqurban seperti inilah yang seharunya selalu ada disetiap anak negri ini, terlebih pada diri para pemimpin bangsa. Apabila para pemimpin telah memiliki jiwa rela berkuraban untung kepentingan rakyat yang dipimpinya, niscaya ia tidak akan berlaku korup, menggasak uang negara untuk kepentingan dirinya.
Manakala orang yang mampu dan memiliki harta berlebih telah memiliki semangat berkurban, semangat menolong penderitaan saudanya, maka problem kesejahteraan sesama menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari hidupnya. Ia sadar bahwa menolong sesama adalah wujud ibadah yang sangat tinggi nilainya dimata Allah. Menolong sesama sebagai perwujudan amal sholeh dari iman yang telah tertanam dengan kokoh. Allah berfirman dalam ayat yang panjang Q.S. al-Baqarah: 177 mengambarkan sikap taqwa seorang hamba.
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا ۖ وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”
Oleh karena itu marilah semangat berkurban ini senantiasa menjadi sikap hidup kita. Bahwa menjaga iman dengan menagakkan tauhid harus juga diikuti dengan kepedulian kita terhadap penderitaan sesama. Mari kita resapi kembali sabda Nabi Muhammad :
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ الَّذِيْ يَشْبَعُ، وَجَارُهُ جَائِعٌ الي جمبه
“Tidak seorang mukmin yang dirinya kenyang dan mebiarkan tetangganya kelaparan” ( HR Bukhari)
Mari belajar dari sahabat Nabi di Madinah, mereka memberi pertolongan kepada orang lain yang kesusahan sangat luar biasa, bahkan mereka rela tidak makan demi untuk memberi makan sahabatnya yang kelaparan. Seperti yang digambarkan Al-Qur’yan dalam surat Al-Hasyr ayat 9
وَالَّذِيْنَ تَبَوَّءُو الدَّارَ وَالْاِيْمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّوْنَ مَنْ هَاجَرَ اِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُوْنَ فِيْ صُدُوْرِهِمْ حَاجَةً مِّمَّآ اُوْتُوْا وَيُؤْثِرُوْنَ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۗوَمَنْ يُّوْقَ شُحَّ نَفْسِهٖ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَۚ
“Dan orang-orang (Ansar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Ayat tersebut menggambarkan betapa para sahabat saling mengasihi dan saling menolong di antara mereka bagaikan bangunan yang sangat kokoh. Kerelaan bekurban untung menolong sahabatnya yang mebutuhkan pertolongan.
الله أكبر الله أكبر لااله الا الله والله أكبر الله اكبرولله الحمد
Jamaah shalat ied yang berbahagia
Marilah kita wujudkan jiwa berqurban dalam kehidupan sehari hari. Terus kembangkan solidaritas sosial yang memupuk persaudaraan dan kebersamaan yang tulus.. Mempraktikkan ta’awun dan ukhuwah atau solidaritas sosial sebagai upaya membela kaum lemah, dzu’afa dan mustadz’afin. Kembangkan secara luas kebiasaan gemar menolong, berbagi rizki, melapangkan jalan orang yang kesulitan, mengentaskan mereka yang lemah, membela orang yang terrzalimi. Hal hal tersebut termasuk bagian ihsan sikap diajarkan Allah sebagaimana firman-Nya:
۞ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ – ٩٠
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (Qs An-Nahl: 90).
Seorang Mukmim harus memberi kebaikan bagi sesama dan lingkungannya. Membangun kebersamaan secara ikhlas dan bermanfaat. Sebagai wujud berqurban bagi kepentingan sesama, setiap mukmin harus menghindarkan diri dari segala bentuk egoisme seperti bertindak semaunya sendiri dan berbuat yang merugikan pihak lain. Jauhi sikap berlebihan dan tamak dengan membuat keruskaan di muka bumi, memupuk kekayaan dengan merusak alam dan merugikan masyarakat. Setiap mukmin harus menajuhi perilaku monopoli, oligarki, korupsi, dan segala bentuk penyalahgunan kekuasaan.
Di akhir khutbah kami sampaiakn marilah kita selalu ingat bahwa sesungguhnya hidup ini adalah fana dan hanya singkat. Mari kita jalini dengan iman, ilmu, amal sholeh dan selalu ihsan. Karena itulah kunci keselamatan kita dunia dan akhirat. Bersamaan dengan itu kita harus menjauhkan diri dari segala bentuk kemungkaran dan kebatilan. Oleh karena itu semangat amar ma’ruf dan nahi mungkar harus terus dijaga dan digelorakan. Dan tentu untuk semua itu membutuhkan kesungguhan, keiklasan, kesabaran dan juga pengorbanan.
Akhirnya marilah kita memohon kepada Alllah semoga kira senantiasa diberi hidayah, sehingga didalam menghadapi hidup yang semakin sulit ini kita tetap menjalani dengan benar.. Kita berdoa agar saudara saudara kita di Palestina, Rohingnya dan berbagai belahan dunia yang nasisbnya menderita diberi keringanan dan kebebasan. Kira berdoa agar saudara saudara kita yang sedang sakit atau mendapatkan cobaan berat lain diberi kesabaran dan ketabahan serta segera dibebaskan dari masalahnya. Kita berdoa agar para pemimpin bangsa dan seluruh warga bangsa diberi petunjuk sehingga selalu menjaga tanah air dan bangsa dengan nilau nilau utama, menjadi bangsa yang bermartabat, berkeadilan dan berkemakmuran.
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ الاَحْيِاءِ مِنْهُمْ وَالاَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ فيَا قَاضِيَ الحَاجَاتِ
اَللهُمَّ اِنَّا نَسْئَلُكَ سَلاَمَةً فِى الدِّيْنِ وَعَافِيَةً فِى الْجَسَدِ وَزِيَادَةً فِى الْعِلْمِ وَبَرَكَةً فِى الرِّزْقِ وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
اللَّهُمَّ أَعِزَّالْإِسْلَامَا وَالْمُسلِمِين
وَجْمَعْ كَلِمَةَ الْمُسْلِمِينَ عَلَى الْحَقِّ يَا رَبَّ الْعَلَمِينَ
اَللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا كَمَا أَلَّفْتَ بَيْنَ الْمُهَاجِرِينَ وَاْلأَنْصَارِ
اَللَّهُمَّ رَبَّنَا تَـقَـبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا… وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ, رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
dr. H. Agus Taufiqurrahman, M.Kes., Sp.S, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah