Hasan hidupnya tidak pernah bahagia tetapi aktifitasnya, selalu membahagiakan orang. Seperti Ibadah Kurban yang telah menjadi ibadah tuntunan tahunan bagi muslimin yang mampu, Hasan pun selalu mengajak berkurban walaupun kurban itu bukan hanya sekadar memotong hewan kurban termasuk juga berkurban dalam mengarungi kehidupan. Rasulullah disebut sebagai dua ayah yang akan dikurbakan. Pertama nabi Ismail yang akan disembelih karena ketaatan nabi Ibrahim dan kedua karena Abdul Muththalib yang bernazar akan mengorbankan Abdullah yang kemudian diganti dengan seratus ekor unta.
Berkurban itu wajib bagi yang mampu dan sebagai amalan utama setelah melaksanakan sholat Idul Adha. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Hakim, Ibnu Majah dan Tirmidzi dari Sayidah Aisyah, Nabi Saw. Bersabda;
مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلاً أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ وَإِنَّهُ لَيَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَظْلاَفِهَا وَأَشْعَارِهَا وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ عَلَى الأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا
“Tidaklah pada hari nahr manusia beramal suatu amalan yang lebih dicintai oleh Allah dibanding mengalirkan darah dari hewan kurban. Ia akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, kuku, rambut hewan kurban tersebut. Dan sungguh, darah tersebut akan sampai kepada (ridha) Allah sebelum tetesan darah tersebut jatuh ke bumi, maka bersihkanlah jiwa kalian dengan berkurban.”
Pada tulisan ini, penulis mengaitkan ibadah Kurban dengan pengorbanan Hasan. Setelah kisah cintanya dengan Robiah dan Adawiyah tidak membuahkan hasil sesuai cita-citanya, Hasan seorang Dai kampung pergi merantau ke negeri orang. Untuk menemani kesepiannya, ia sering menulis puisi. Puisi terbarunya berjudul “Mengejar Jihad Mencari Cinta.”
Kutulis kidung cinta agar kekuatanku tidaklah redup.
Ketika kau sudah tidak lagi hanya untukku,
Aku pun kuatkan pencarian di lorong-lorong rindu.
Batasan waktu tak jadi surut.
Untaian kalimatku sudah tidak kau pedulikan
kini kan kualihkan di tempat yang lebih membutuhkanku.
Bersama masa depan cinta yang lebih menjanjikan
Harapan hadir bidadari-bidadari dakwah.
Kini Hasan usianya sudah mulai merangkak di usia 40, tetapi semangatnya tetap membara. Teringat dengan sahabat kampungnya yang bernama Ulfah seorang Daiyah (Mubaligh wanita) ketika suaminya akan memberi hadiah karena telah memberikan buah cinta anaknya yangke-10, mintanya cuma satu. Dan ini mungkin wanita yang langka hanya satu di dunia karena kebanyakan wanita itu cenderung kepada cinta harta. Setelah melahirkan anaknya yang terakhir, suaminya menawarkan, “Istriku aku ingin memberimu hadiah. Apa yang kau minta?” Suaminya seorang pengusaha sukses….minta apa saja akan diberikan.
Coba ditebak kira-kira seorang Daiyah yang sholehah ini mintanya apa? Dia tidak minta sepatu apalagi mobil…..Ya..ia hanya minta kepada suaminya tercinta, agar jenggot suaminya tidak dicukur itu saja. Setelah permintaannya diindahkan oleh suaminya hingga wafat, itulah hari permintaan terakhirnya dari seorang Daiyah bersama suaminya. Seorang Daiyah wafat ketika sedang melaksanakan umroh bersama anak pertamanya, karena suaminya sedang bertugas yang tidak bisa ditinggalkan.
Daiyah dan anak laki-lakinya berangkat umroh dan sampai di tanah suci pada hari Rabu, 20 April 2022. Setelah melakukan thowaf an sai serta tahallul untuk menyempurnakan umrohnya, pada hari Kamis Sore menjelang berbuka puasa karena seorang Daiyah itu rajin puasa sunnah, Saat itu sambil menungu berbuka puasa, Daiyah dan anaknya melaksanakan thowaf sunnah. Tepat pada putaran ketujuh di depan maqam Ibrahim, Ia wafat ketika sedang murojaah hafalan surat Al Kahfi…….
—
Setelah kisah cintanya Hasan dan Robiah serta Adawiyah yang kandas, Hasan melanjutkan study S3 nya di Malaysia. Di samping dia menimba ilmu di negeri jiran, dia rajin menulis karya baik puisi, materi dakwah, atau cerita tentang kehidupan. Kini ia sedang mengejar jihad untuk menyempurnakan ilmunya. Di negeri jiran bunga-bunga cinta telah mekar dalam hatinya. Ia bertemu dengan seorang mahasiswi Malaysia yang telah menaklukan hatinya.
Dengan kekuatan sisa-sisa cinta ia munculkan lagi walau ada luka. Cintanya telah kandas bersama Robiah yang telah menikah lebih dulu dengan pemuda pilihannya. Juga setelah tidak berhasil cintanya kepada Robiah, Ia melanjutkan dengan Adawiyah. Adawiyah pun sama, ia lebih memilih menikah dengan seorang polisi. Hasan berusaha melupakan kepada dua sahabatnya yang telah menenggelamkan hatinya. Akhirnya di Malaysia bermaksud menikahi gadis Malaysia. Hasan meminta kepada Ghusni teman mahasiswa S3 yang asli Malaysia untuk melamar gadis tambatan hatinya.
Nurhaliza nama gadis yang telah menaklukan hati Hasan. Pergilah Hasan kepada orang tua Nurhaliza ditemani Ghusni untuk melamarnya. Orang tua Nurhaliza sangat senang kepada Hasan, apalagi Hasan seorang mahasiswa Indonesia yang telah dikenalnya melalui ceramah-ceramahnya. Setiap ceramah yang disampaikan Hasan dapat memukau dunia dakwah Malaysia karena kedalaman ilmunya dan pandainya menyentuh hati kepada jamaah di manapun berada.
Orang tua Nurhaliza sangat senang menerima lamaran Hasan, tetapi semua akan dikembalikan kepada Nurhaliza. Bagai guntur di siang hari tanpa mendung tanpa gerimis, Nurhaliza menolak lamaran Hasan karena lebih memilih Ghusni yang ternyata lebih menarik hatinya. Walau ada tangisan cinta, tetapi Hasan ikhlas menerimanya. Duka, sedih, derita telah menguatkan Hasan untuk tetap berbagi. Karena berbagi adalah obat kebahagiaan walaupun kepada orang yang telah menyakiti harinya termasuk Nurhaliza.
Seluruh bawaan cindera mata dan uang 100 juta riggit, ia hadiahkan kepada Ghusni untuk melamar Nurhaliza. Selanjutnya ia pulang seorang diri ke tempat tinggalnya yang dekat masjid. Duka nan lara telah menjadikan Hasan Sakit….. sakit hingga ia harus cuti dari kuliah selama sebulan.
Setelah lulus dari S3, Hasan tidak kembali ke Indonesia dia melanjutkan petualangan dakwahnya ke tanah suci. Dia diterima oleh salah satu syeikh di Makkah karena tulisannya yang berjudul. “Sahabatku, jangan kau ceburkan dirimu ke Neraka karena sentuhan tanganmu bersama laki-laki atau perempuan yang bukan mahram.” Tulisan ini telah menyenangkan hati syeikh sehingga Hasan dijadikan asisten pribadinya di salah satu perguruan tinggi di Makkah.
Status kita jelas yakni sebagai makhluk Allah. Mengapa tidak mau taat kepada Allah. Taat itu menjalankan perintah Allah. Itu makna cinta hang desungguhnya. Saat kita mencintai makhluk saja rela utk jadi pelayan. Rela utk menderita, rela sakit hati. Demi agar yang disayangi bahagia. Masa sih berkurban utk Allah saja ngga mau. Kalimat itulah yang menjadikan seorang Syeikh tertarik dengan Hasan. Tulisan itu terkumpul dalam pesannya, Hate And Love.
Saat aku menyayangimu maka aku benci ketika ada yang akan menghancurkanmu.
Kini kusadari sahabat setiamu bukanlah aku.
Kau lebih berbahagia dengannya
Kulihat dengan mataku sendiri
Biarlah aku duduk di teras langit
Bersama impian dan cita-cita
Kulihat senyummu cerah saat dengannya
Tak mengapa sakitku adalah jiwaku
Harapanku bisa menemukan sahabat yang mengerti perasaanku
Rindunya malam berganti dengan kuatnya doa
Semoga kau bahagia
Jangan kau sakiti dia
Seperti seringnya kau sakiti aku
Puisiku kan kusimpan dalam hatiku
Bersama ayat suci dalam hamparan
Husnul khotimahku
Aku tak tahu dengan diriku
Tak pernah kubayangkan
Kisahku hanya sampai di sini
Karena kau telah mengingkari janji sebagai saudara dunia akhirat
Jangan kau sakiti aku lagi
Ceritanya tak kan pernah selesai
Ingin selalu mendapat perhatian.
Niatnya selalu membahagiakan
Tak mengapa kadang ada salah
Antusias utk sebuah karya
Itulah bait-bait yang tertulis dalam buku yang membuat seorang syekh tertarik. Kini Hasan sedang melakukan thowaf sunnah setelah menyelesaikan dakwahnya di salah satu majelis binaan seorang syeikh. Pada saat yang tidak disengaja ia bertemu dengan Robiah dan Adawiyah sekaligus. Ternyata Robiah dan Adawiyyah sedang melaksanakan umroh dalam satu rombongan satu travel milik KBIHU Muhammadiyah di Jawa Tengah.
Setelah selesai melakukan Umroh berceritalah tiga sahabat yang telah menyentuh hatinya. Robiah ternyata tidak bahagia dengan suaminya, dia ikhlas diceraikan suaminya setelah memberikan empat buah hatinya. Adawiyah telah ditinggal suaminya yang wafat ketika sedang melaksanakan tugas dan juga telah mempunyai empat anak.
Cinta Hasan kembali bersemi….akhirnya disaksikan oleh syeikh dan walinya menikahlah Hasan dengan Robiah dan Adawiyah sekaligus. Kata-kata yang selalu teringat dari Adawiyah, Semua akan manis pada akhirnya…..
Kini Hasan dan kepada dua istrinya membangun pondok di kampung halamannya. Di akhir hidupnya, Dia ingin menjadi ahlul quran.
Ahlul quran adalah cita-cita dari Hasan sejak kecil. Siapa tidak ingin menjadi ahli al-Qur’an? Inilah kedudukan hamba yang paling mulia dan tinggi di sisi Allâh Azza wa Jalla . Cukuplah hadits Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini menunjukkan agungnya kedudukan ini: Dari Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu beliau berkata: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ لِلَّهِ أَهْلِينَ مِنَ النَّاسِ قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ هُمْ؟ قَالَ: هُمْ أَهْلُ الْقُرْآنِ، أَهْلُ اللَّهِ وَخَاصَّتُهُ
“Sesungguhnya di antara manusia ada yang menjadi ‘ahli’ Allâh”. Para Sahabat Radhiyallahu anhum bertanya, “Wahai Rasûlullâh! Siapakah mereka?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Mereka adalah ahli al-Qur’an, (merekalah) ahli (orang-orang yang dekat dan dicintai) Allâh dan diistimewakan di sisi-Nya.
Hadits ini menunjukkan tingginya kedudukan dan kemuliaan orang-orang yang menjadi ahli al-Qur’an, karena mereka disebut sebagai ‘ahli Allâh’. Artinya merekalah para wali (kekasih) Allâh Azza wa Jalla yang sangat dekat dan istimewa di sisi-Nya, sebagaimana seorang manusia dekat dengan ‘ahli’ (keluarga)nya. Gelar ini merupakan bentuk pemuliaan dan pengagungan terhadap mereka
Keutamaan dan kemuliaan besar ini tentu menjadikan setiap orang yang beriman kepada Allâh Azza wa Jalla dan hari akhir, berusaha untuk mengejar dan meraihnya. Apalagi Allâh Azza wa Jalla telah menjanjikan bahwa al-Qur’an akan Allâh Subhanahu wa Ta’ala jadikan mudah sebagai petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang beriman, termasuk dalam hal memahami kandungannya dan meraih kemuliaan sebagai ahlinya.
Melalui tulisan ini mudah-mudahan kita semakin cinta dengan Kurban dan Al Quran.
Alif Sarifudin Ahmad (ASA), Ketua PDM Kota Tegal