Gerakan Muhasabah PDM Kota Yogyakarta

Untuk Penguatan Spritualitas dan Konsolidasi Menjelang Idul Qurban

Gerakan Muhasabah PDM Kota Yogyakarta

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Menimbang arti pentingnya merawat, memupuk dan menumbuh suburkan spirit dakwah Islam berkemajuan, tidak hanya bagi para pimpinan di Muhammadiyah, tetapi juga meluas bagi para warga dan kader politik persyarikatan, maka sejak tahun 2010 Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Yogyakarta mengagendakan kegiatan rutin bulanan tiap Ahad pekan pertama. Yaitu Gerakan Muhasabah Muhammadiyah yang diinisiasi oleh Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP).

Muhasabah dilaksanakan bergilir antar cabang, dipusatkan di masjid-masjid terutama masjid milik persyarikatan. Mengundang para pimpinan, warga, kader politik  dan para pemangku kebijakan baik di level daerah, cabang maupun ranting. Kegiatan dimulai dengan qiyamullail (sholat malam, tahajud, dzikir, doa dll) sendiri-sendiri sambil menunggu adzan Shubuh dikumandangkan. Setelah Shalat Subuh berjamaah, dilanjutkan dengan khutbah Muhasabah, diskusi dan ditutup dengan ramah tamah silaturahim para ulama, umaro bersama para jamaah penggiat Muhammadiyah. Pada saat pandemi sempat diliburkan, dan pada saat situasi mulai aman seperti sekarang ini, dicoba untuk digalakkan kembali.

Pada Ahad 3 Juli 2022, Gerakan Muhasabah Muhammadiyah dilaksanakan di Masjid Al-Hasanah yang beralamat di jalan Pringgokusuman nomor 28, Pringgokusuman, Gedong Tengen, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Terletak satu kompkeks dengan SD Muhammadiyah Pringgokusuman dan TK ABA (TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal) Pringgokusuman.

Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Gedong Tengen Nur Wachid, dalam sambutannya selaku tuan rumah, mengapresiasi kerja bersama seluruh unsur Muhammadiyah di cabang Gedong Tengen bersama takmir Masjid al-Hasanah, yang telah mempersiapkan perhelatan Muhasabah, sehingga bisa terlaksana dengan baik. Juga menyampaikan selamat datang dan salam hangat pada semua yang hadir para penggiat muhasabah. “Sebagaimana nama masjidnya, semoga kita semua bisa menjadi hasanah baik di dunia maupun di akhirat kelak.” Harap Nurwachid  di akhir sambutan.

Dari unsur pimpinan di PDM Kota Yogyakarta, hadir Nur Ahmad Ghazali dan Ashad Kusuma Djaya. Ashad yang mewakili PDM dalam menyampaikan sambutan,  mengungkapkan paska pandemi sudah tiga kali Muhasabah dilaksanakan, meski yang hadir belum semaksimal saat sebelum pandemi, tetapi tidak mengurangi ghiroh para pimpinan persyarikatan untuk mencapai maqaman mahmudan (maqam terpuji). Ashad mengajak semua pimpinan untuk terus menggerakkan Muhasabah sebagai media memperkuat spiritualitas sekaligus media konsolidasi bagi para penggiat persyarikatan. Perlu digiatkan oleh daerah menyapa cabang-cabang, cabang menyapa ranting-rantingnya dan ranting menyapa masjid-masjidnya. Agar masjid Muhammadiyah semakin makmur menjadi basis ranting dalam menata kembali dakwah Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah setelah pandemi.

Khutbah Muhasabah disampaikan oleh  oleh Arif Jamali Muis, Wakil Ketua Muhammadiyah Covid-19 Comand Centre (MCCC) PP Muhammadiyah  membahas tema Berkurban di Masa Endemi PMK (Penyakit Mulut dan Kuku). Ayip panggilan akrab wakil ketua MCCC tersebut mengungkapkan, salah satu hikmah saat  pandemi, adalah para aktivis Muhammadiyah semakin bijaksana dalam bersikap ketika menghadapi permasalahan. Termasuk  memahami kurban pada masa endemi PMK. “Mengingatkan kita bahwa problem kemasyarakatan tidak hanya cukup diselesaikan dengan dengan fiqih saja,” ujarnya. Maka Muhammadiyah mengajak warganya bisa melakukan 3 metode pendekatan dalam menyelesaikan persoalan, yaitu bayani, burhani dan irfani.

Selanjutnya Ayip mengupas 3 metode pendekatan tersebut. Pertama pendekatan bayani, memahami perintah-perintah agama berdasarkan teks al-Quran dan al-Hadits, as-Sunnah al-Maqbullah. Ketika lahir keputusan-keputusan persyarikatan, tidak cukup hanya membaca hasil finalnya saja. Tetapi penting juga untuk menelaah dasar-dasar teksnya.

Pendekatan kedua yaitu Burhani, mencari pemahaman berdasarkan nalar logika ilmiah. Mudahnya keputusan Muhammadiyah tidak hanya berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadist saja tapi juga pengetahuan. Hal ini menjadi point penting, Muhammadiyah sebagai gerakan Islam Berkemajuan. Bahkan dalam beberapa keputusan, Muhammadiyah mendahulukan pengetahuan. Seperti pada saat pandemi, ketika teks harus rapat shoffnya, mengalami penyesuaian demi keselamatan bersama sesuai dengan maqashid as-syari’ah. Pesannya adalah selalu melibatkan ahlinya, seperti saat berkurban di masa endemi.

Pendekatan ketiga yaitu irfani, melandaskan pada pengalaman spiritual. Berpikir irfani, Muhammadiyah mengajak warganya menjadi kuat spiritualitasnya, menjadi manusia yang ihsan. Memiliki kepekaan, kepedulian dan semangat kebermanfaatan untuk sesamanya. Salah satu caranya yaitu dengan meningkatan kualitas pemaknaan terhadap aktifitas-aktifitas kegiatan yang dilakukan dalam ber-Muhammadiyah.”Inilah wujud penghambaan tertinggi pada Allah, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan yang bisa dilihat dalam pribadi Ibrahim as.” Tegas Ayip menggaris bawahi paparannya di akhir khutbah. (Intan)

Exit mobile version