Dinamika Muhammadiyah Cabang Babat
Oleh : Fathurrahim Syuhadi, Ketua Majelis Pendidikan Kader (MPK) PDM Lamongan
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Babat pada pertengahan tahun 2017 dinobatkan sebagai Juara Satu Cabang Unggulan pada Ranting Cabang Award 2017 katagori Cabang Unggulan LPCR Pimpinan Pusat Muhammadiyah. LPCR Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur juga memberikan Award katagori Cabang Unggulan Outstanding Muhammadiyah Jawa Timur 2017.
Pada tahun 2021 Prof Ahmad Syafii Maarif memberikan apresiasi secara khusus karena PCM Babat mempunyai dua Rumah Sakit Muhammadiyah. Apresiasi itu ditulis oleh beliau secara mencolok di harian Replubika dan Suara Muhammadiyah.
Babat adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur. Kecamatan ini berjarak sekitar 30 kilometer dari ibu kota kabupaten Lamongan ke arah timur. Pusat pemerintahannya berada di Desa Bedahan. Kecamatan Babat merupakan kota kecamatan terbesar kedua di Kabupaten Lamongan. Pusat kecamatan Babat terletak di persimpangan jalur antara Surabaya – Bojonegoro – Cepu – Jombang dan Tuban . Lokasinya sangat strategis dan potensial sebagai Kawasan Perdagangan di Kabupaten Lamongan.
Kecamatan Babat pada zaman pemerintahan kerajaan Majapahit sudah dikenal sebagai daerah yang strategis. Aliran sungai bengawan Solo merupakan lalu lintas perekonomian yang sudah diperhitungkan. Lintasan Bengawan Solo biasanya digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokok atau belanja barang bagi para pedagang di sekitar Bengawan Solo ke pasar Babat.
Pada zaman penjajahan Belanda, Babat merupakan kota yang dianggap strategis untuk mengeruk hasil bumi rakyat. Kereta api sebagai transportasi utama untuk mengangkut hasil bumi. Ada beberapa jurusan kereta api yang stasiunnya berada di Babat yaitu ke utara jurusan Tuban, ke barat jurusan Bojonegoro, ke selatan jurusan Jombang dan ke timur Lamongan.
Sebagai pertanda Babat adalah kota tertua dan bersejarah dibuktikan dengan bangunan tua yang sampai sekarang masih ada sebagai saksi sejarah. Jejak kolonial bisa dirasakan, sayangnya sejumlah bangunan kuno peninggalan penjajah itu hampir roboh atau rusak karena kurang terawat.
Bangunan tersebut adalah gedung CTN yang pernah digunakan sebagai kantor kawedanan dan kemudian digunakan sebagai markaz CTN pada tahun 1950-an. Di depan bekas markas CTN yakni markas Polsek Babat adalah juga bangunan peninggalan Belanda yang masih terawat dan terjaga dengan baik, karena masih ditempati. Gedung ini dulunya adalah sebuah bangunan Rumah Sakit milik Marbrig (Mariniers Brigade atau Koninklijk Nederlandse Marine Korps, ). Gedung ini juga menjadi saksi bisu Agresi Militer Belanda I dan II
Kecamatan Babat terkenal dengan julukan Kota Wingko, karena di kota ini banyak terdapat industri makanan khas Wingko Babat. Sepanjang jalan raya dapat ditemui berbagai toko dan pedagang kaki lima yang menjajakan oleh-oleh khas Babat ini. Wingko berbentuk pipih dengan aroma harum, yang memadukan rasa manis dengan gurihnya kelapa.
Sejarah adanya wingko babat diperkirakan sudah ada sejak awal tahun 1900-an. Dimulai seseorang Tionghoa bernama Loe Soe Siang yang menjadi generasi pendiri wingko Babat. Anak pertama laki-laki bernama Loe Lan Ing, dan anak kedua perempuan bernama Loe Lan Hwa. Loe Lan Ing menikah dengan Go Giaw Kien, pasangan ini sebagai generasi kedua yang meneruskan pembuatan wingko babat, dan mereka berdualah yang mendirikan pabrik wingko bernama Wingko Loe Lan Ing. Wingko Babat Loe Lan Ing bisa disebut sebagai awal lahirnya wingko Babat.
Pada awalnya, wingko babat memiliki varian rasa original kelapa. Kemudian, Sekitar tahun 1980-an, wingko babat mulai mempunyai berbagai varian rasa seperti durian, coklat, nanas, keju, pisang, nangka, dan stroberi. Selain wingko industri makanan yang dikembangkan di babat adalah jenang, kerupuk berbahan ketela dan produk-produk lain hasil dari home industri.
Kecamatan Babat terdiri dari 21 desa, 2 kelurahan, 47 dusun dengan luas 6.375.475 Hektar. Penduduknya mayoritas adalah petani dan pedagang. Mayoritas beragama Islam
Batas wilayah Kecamatan Babat meliputi bagian Utara Kecamatan Sekaran dan Kabupaten Tuban, bagian Timur Kecamatan Pucuk, bagian Selatan Kecamatan Sugio, Kecamatan Kedungpring dan Kecamatan Modo, bagian Barat Kabupaten Tuban dan Kabupaten Bojonegoro
Sejarah Muhammadiyah Babat
Faham Muhammadiyah masuk ke Babat sekitar tahun 1924 yang dibawa oleh Mochammad Shaleh santri Kyai Mas Mansur di Surabaya. Mochammad Shaleh keturunan Madura lahir di daerah Ampel, Surabaya, tahun 1901. Selain sebagai santri, dia sudah dianggap keluarga sendiri. Kedekatannya dengan KH Mas Mansur itu membuatnya sempat bertemu dengan KH Ahmad Dahlan. Pemilik NBM (nomor baku Muhammadiyah) 135.684 ini tercatat sebagai anggota di Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada tanggal 12 Juli 1956. Sehari-hari dia adalah guru agama Islam dan guru ngaji di sekolah rakyat (SR) – kini Sekolah Dasar (SD).
Mochammad Shaleh tinggal di Tegal Sari, sekarang Jalan Gotong Royong. Lokasinya bersebelahan dengan Rumah Sakit Muhammadiya Babat, dekat Stasiun Kereta Api Babat. Dia menempati tanah yang begitu luas. Di tempat inilah dia tinggal dan mendirikan Mushala Baithus Shalihin sebagai pusat kegiatan dakwah. Mushala itu menjadi tempat mengaji al-Quran, pengajian atau kegiatan keagamaan lainnya. Sekaligus tempat menyebarkan paham Muhammadiyah.
Perjalanan Muhammadiyah Babat dalam pertumbuhan dan perkembangannya tidak terlepas dari pergolakan politik. Perkembangan Muhammadiyah di Babat lebih pesat seiring dengan bubarnya Partai Masyumi. Peran para mubaligh dan guru (alumni Mualimin Yogyakarta) sangat membantu perkembangan Muhammadiyah di berbagai Cabang dan Ranting
Spirit berkembangnya Muhammadiyah di Babat tidak lepas dari kedatangan dua tokoh PP Muhammadiyah yakni KH Jarnawi Hadikusumo dan KH. Zuhal Hadikusumo serta para guru mubaligh dari Yogyakarta. Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang pernah mengunjungi Babat antara lain KH. AR. Fahruddin, KH. Azhar Basyir, Prof. Dr. HM. Amien Ra’is dan Prof Haedar Nasher.
Kegiatan Muhammadiyah dibidang da’wah diadakan melalui pengajian pengajian yang dilakukan oleh Mochammad Shaleh seorang guru Sekolah Rakyat (sekarag SD) Negeri `Babat, KH Amar Faqih dari Maskumambang, KH Fadholi berasal dari Sedayu Gresik, Kiai Husnun Ambar dari Moropelang, Kiai Mustaqim dari Kauman Babat dan Kiai Nahrawi dari Pucakwangi. Melalui pengajian pengajian tersebut Muhammadiyah mulai dikenal dan berkembang di masyarakat walaupun pada mulanya mendapat reaksi keras dari masyarakat yang berbeda pendapat dengan Muhammadiyah.
Secara organisatoris keberadaan Cabang Muhammadiyah Babat belum dikelola dengan baik dan rapi. Namun, munculnya beberapa sekolah Muhammadiyah akhirnya juga memacu berdirinya kepanduan kepanduan Hizbul Wathan di Babat, pada tahun 1950-an yang dipelopori pemuda dan pelajar setempat. Gerakan kepanduan yang dimotori kaum muda ini menjadi lokomotif penyebaran Muhammadiyah di sekitar Babat
Penataan struktural secara organisatoris oleh Muhmmadiyah Babat dimulai dengan diterbitkan Surat Ketetapan nomor 1007 / B, tanggal 15 Januari 1955 oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bojonegoro. Sebelumnya, pada tahun 1950-1967 cabang-cabang di Kabupaten Lamongan berada di bawah naungan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bojonegoro. Sedangkan sebelum itu ada yang berada di bawah naungan Pimpinan Muhammadiyah Daerah/Cabang Gresik. Cabang Babat, meliputi Wilayah Pembantu Bupati Ngimbang mendapatkan pengesahan PP Muhammadiyah berdasarkan SK nomor 1952 tertanggal 4 Pebruari 1962
Selanjutnya setelah Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan resmi berdiri, maka Cabang Muhammadiyah Babat di bawah naungan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan mendapat pengesahan pendirian organisasi berdasarkan SK PP Muhammadiyah nomor M/03/1977 tertanggal 6 Dzulqoidah 1397/19 Oktober 1977.
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Babat secara berturut turut diketuai Mochammad Shaleh (1959-1965), Adenan Nurshodiq (1965-1970), Syafi’i Hasyim (1970-1975), HM Saechan (1975 -1980), (1980-1985), (1985 -1990), H.A Zaenuri (1990-1995), (1995-2000), H. Noer Chozin (2000-2005), H.A Zaenuri (2005-2010), Abdul Ghoffar (2010-2015), dan (2015-2020).
Sampai saat ini Pimpinan Cabang Muhammadiyah Babat memiliki 21 Ranting dan mengelola berbagai bidang amal usaha antara lain : 17 Masjid, 10 Musholla, 23 TPQ, 2 Madrasah Diniyah, 12 TK ABA, 12 Play-Group, 2 SD, 6 Madrasah Ibtidaiyah, 2 SMP, 1 SMA, 1 SMK, 2 Panti Asuhan Yatim, 1 Pondok Pesantren, 2 Rumah Sakit, 1 BTM, 1 KKM, 1 Perumahan Muhammadiyah, 1 kuburan Islami dan 90 bidang tanah hak milik/wakaf yang ada di beberapa Ranting Muhamadiyah.
Lembaga pendidikan Muhammadiyah yakni SD, SMP dan SMA Muhammadiyah 1 Babat merupakan sekolah tertua di Lamongan. SDM 1 Babat berdiri pada tahun 1956 dengan Kepala Sekolah pertama Moch. Thoha BA (1956-1972). Sedangkan SMPM 1 Babat berdiri pada tahun 1953 dengan Kepala Sekolah pertama Ruslan Efendi (1953-1954). SMAM 1 Babat berdiri pada pada tahun 1971 dengan Kepala Sekolah pertama Drs H Oesman Efendy (1971 – 1973).