LAMONGAN Suara Muhammadiyah – Ribuan Jamaah memadati Lapangan Muhammadyah di Desa Pangkatejo, Kecamatan Maduran. Lapangan yang khusus digunakan shalat Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, Sabtu (9/7/2022)
Seribuan jamaah yang berasal dari empat desa yaitu Parengan, Pangkatrejo, Pringgoboyo, dan Jangkunsumo dengan tenang mengikuti khutbah hingga tuntas. Usai pelaksanaan shalat Id, Pimpinan Ranting Muhammadiyah Parengan, Pangkatrejo, dan Prnggoboyo, beramah tamah di Gedung Dakwah Muhammadiyah Pangkatrejo yang berada di lokasi Lapangan Muhammadiyah tersebut
Kali ini yang hadir tidak hanya warga Muhammadiyah tapi juga sebagian warga non-Muhammadiyah yang ikut hadir shalat Id. Selaku Imam dan khotim kali ini adalah Ustadz Moh. Wazir Tamam, yang merupakan salah satu pengasuh Pondok Gontor Ponorogo, juga alumni perguruan Muhammadiyah Parengan-Pangktrejo.
Dalam khutbahnya, Khotib menguraikan kisah nabi Iabrahim dan Ismail yang tertuang di dalam Al-Quran Surat As-Shooffat ayat 102-107.
Khotib menjelaskan bahwa, dalam Al-Qur’an secara khusus ibadah kurban dikaitkan dengan kisah penuh makna dari dua figur terkasih Allah, yakni Nabi Ibrahim dan putranya Ismail. Allah berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya:
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!”
Ia (Ismail) menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ), dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata, dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (Qs Ash-Shaaffaat: 102-107).
Di dalam ayat tersebut tersirat nilai-nila pendidikan keluarga. Bagaimama seharusnya orang tua dalam mendididik anak dan bagaimana pula anak bersikap terhadap orang tuanya.
Tatkala Ibrahim berkali-kali bermimpi menyembelih anaknya yang merupakan perintah Tuhannnya, tidak serta merta menunaikan perintah lewat mimpinya itu tetapi dibicarakan terlebih dahulu pada anaknya (Ismai). Apa pendapat Ismail tentang mimpnya itu.
Demikian pula Ismail (sebagai anak) menghormati dan mematuhi orang tuanya, bila memang mimpi itu merupakan perintah Tuhan, maka Ismail ikhlas dan sabar menerimanya. Maka dengan kisah Ibrahim itu, sebagi orang tua dalam mendidik anak hendaknya memberikan kasih sayang dan mengajar anak untuk berbicara berdiskusi terkait pendidikan anaknya.
Secara santun Ismail merespon apa pendapat orang tua. Manakala pendapat orang tua benar, seharusnya anak taat dan patuh.
Lebih lanjut khotib menjelaskan bahwa sebagai orang tua kepada anak-anaknya, sebagai guru kepada muridnya, sebagai pemimpin kepada anggotanya, sebagai pejabat negara kepada rakyatnya hendaknya bisa meneladani kisah nabi Ibrahim tersebut.
“Orang tua hendaknya memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya, guru memberikan kasih sayang kepada nuridnya-muridnya, pemimpin atau komandan memberikan kasih sayang kepada anggotanya, pejabat negara memberikan kasih sayang kepada rakyatnya,” pungkasnya . (M Said/FRS)