BANDUNG – Jamaah Muhammadiyah Kota Bandung tumpah ruah memenuhi halaman depan kampus Universitas Muhammadiyah Bandung (UM Bandung) untuk melaksanakan shalat Idul Adha pada Sabtu 09 Juli 2022. Meski demikian, jamaah shalat id tetap tertib.
Dalam khutbahnya, Wakil Dekan Fakultas Agama Islam UM Bandung Dr H Cecep Taufikurrohman MA PhD menjelaskan bahwa di antara 30 juz yang berada di dalam Al-Quran, 10 juz atau sepertiganya berisikan kisah-kisah orang terdahulu termasuk kisah para Nabi dan Rasul Allah.
Salah satunya kisah khalilullah Nabi Ibrahim yang diceritakan sukses melewati berbagai ujian. Disebutkan bahwa kurang lebih ada 40 jenis ujian yang menimpa Nabi Ibrahim dan 2 di antaranya adalah ujian paling berat.
Dua ujian berat itu, kata Buya Cecep–sapaan akrabnya–yaitu yang pertama Nabi Ibrahim dizalimi dan dibakar di dalam api yang menyala-nyala oleh penguasa yang lalim ketika itu.
Saat Nabi Ibrahim dibakar oleh api yang sangat besar, ia didatangi oleh malaikat Jibril untuk menawarkan pertolongan kepada nabi bergelar kekasih Allah itu.
”Namun ternyata Nabi Ibrahim menjawab bahwa dirinya tidak membutuhkan bantuan dan pertolongan apa pun, kecuali hanya butuh (pertolongan) dari Allah,” kata Buya Cecep.
Keikhlasannya dalam menerima cobaan berat itu, maka Allah kemudian mewahyukan kepada api yang sedang berkobar untuk tetap dingin sehingga tubuh Nabi Ibrahim tidak terbakar sedikit pun.
Mengorbankan sesuatu yang dicintai
Ujian berat yang kedua dari Allah kepada Nabi Ibrahim, lanjut Buya Cecep, yakni Nabi Ibrahim diperintah untuk menyembelih putra tercinta, Nabi Ismail, yang sudah lama dinanti-nantikan kelahirannya.
Karena itu adalah perintah Allah, apa pun jenisnya, meski harus menyembelih anak sendiri, Nabi Ibrahim tidak ragu untuk menunaikannya.
Sang nabi taat dan ikhlas atas semua perintah Allah sehingga atas ketaatannya itu Sang Khalik menggantinya dengan binatang besar untuk disembelih.
Ketika menjelang kelahiran Nabi Ismail pun Nabi Ibrahim diuji oleh Allah untuk membawa istrinya ke tempat yang belum pernah disentuh oleh manusia satu pun sebelumnya. Mereka terpisah dari keluarga terkasih, tetapi mereka tetap sabar, taat, dan ikhlas.
”Jika Ibrahim bukan seorang yang saleh, bukan seorang nabi, tentu saja tidak akan tega membawa istri yang dicintainya yang saat itu sedang mengandung anak yang didambakan ke sebuah tempat tanpa ada sedikit pun perbekalan yang disiapkan,” kata Buya Cecep.
Semua manusia hendaknya menyadari, ungkap Buya Cecep, bahwa kemuliaan dan naiknya derajat orang yang mengaku beriman di hadapan Allah tidak akan bisa diwujudkan kecuali harus melalui berbagai macam ujian dari Allah.
“Setiap orang yang beriman tidak akan pernah mencapai derajat ketinggian dan kemuliaan sebelum kita diuji oleh Allah SWT dengan berbagai macam ujian. Inilah pelajaran yang bisa kita petik dari kisah Nabi Ibrahim,” tandas Buya Cecep.
Untuk diketahui, Idul Adha yang digelar di halaman parkir depan UM Bandung ini dihadiri ratusan jamaah, baik dari keluarga besar UM Bandung maupun masyarakat sekitar kampus. Setelah shalat Idul Adha selesai, dilanjutkan dengan pemotongan dua ekor sapi dan tiga kambing. (Firman Katon)