Mengulik Merdeka Belajar dalam Perpektif Publik

SMK Mutu Bumi

Workshop Kurikulum Merdeka Belajar di SMK Mutu Foto Dok SM

Mengulik Merdeka Belajar dalam Perpektif Publik

Oleh: Rizki Putra Dewantoro

Merdeka Belajar menjadi payung besar kebijakan yang ditelurkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) di bawah arahan Nadiem Makarim. Terdapat sekitar 32 program yang menjadi turunan Merdeka Belajar dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia yang masih perlu banyak perbaikan.

Dalam kurang dari tiga tahun program Merdeka Belajar meliputi berbagai lini, baik pendidikan usia dini, dasar, menengah, dan pendidikan tinggi. Beberapa di antaranya adalah Asesmen Nasional, BOS Langsung ke sekolah, PPDB Fleksibel, Merdeka Belajar. Program-program juga terkait dengan guru dan tenaga pengajar, mendorong partisipasi masyarakat dan dunia usaha untuk terlibat aktif menggerakkan pendidikan.

Kemendikbudristek juga menyentuh isu-isu sosial budaya yang selama ini masih terabaikan seperti pencegahan kekerasan seksual di lembaga pendidikan. Hal lain yang tidak luput dari perhatian adalah mengenai pendidikan vokasi, serta program di masa pandemi COVID-19.

Menurut survei opini publik oleh Indikator Politik Indonesia, lebih dari 75% warga puas atas kebijakan Kemendikbudristek. Hasil ini berdasarkan wawancara terhadap 1.520 responden pada 7 hingga 12 April 2022 di seluruh Indonesia.

Kebijakan Kemendikbudristek dibagi menjadi tiga kategori yaitu dinilai sangat bermanfaat, cukup bermanfaat, dan kurang bermanfaat. Pembelajaran Tatap Muka (PTM), Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah Merdeka, Bantuan kuota internet, hingga BOS langsung sekolah paling banyak dinilai sebagai kebijakan yang sangat bermanfaat oleh warga. Kemudian program yang cenderung dinilai cukup bermanfaat adalah Bantuan untuk pelaku budaya, Guru Penggerak, Matching Fund Vokasi, Sekolah Penggerak, dan Platform Merdeka Mengajar.

Sementara itu, PPDB dengan membuka hingga maksimal 30% kuota untuk jalur prestasi, Asesmen Nasional, SKB Tiga Menteri tentang Penggunaan Seragam dan Atribut di lingkungan sekolah, penolakan Bahasa Melayu sebagai bahasa ASEAN, dan Hak Belajar Tiga Semester meski dinilai bermanfaat, masih ada yang menilai kurang bermanfaat.

Terdapat program-program yang manfaatnya dirasa besar tetapi perlu sosialisasi lebih banyak untuk meningkatkan pengetahuan warga. Di antaranya program Organisasi Penggerak, Guru Penggerak, Bantuan dana transformasi untuk PTN dan PTS berdasar capaian IKU, Sekolah Penggerak, SMK Pusat Keunggulan, Perluasan Beasiswa LPDP, Permen PPKS, Kurikulum Merdeka, Platform Merdeka Mengajar.

Ada juga pengiriman dana BOP, Revitalisasi Bahasa Daerah, Dana Abadi Kebudayaan, Program ASN PPPK, Gamelan sebagai warisan budaya takbenda dunia, UKT atau subsidi uang kuliah, Bantuan subsidi upah, Penerimaan relawan mahasiswa, dan Bantuan untuk pelaku budaya.

Merdeka Belajar diharapkan dapat membawa dampak perubahan pendidikan ke depan lebih baik dan membawa generasi penerus menjadi Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan tangguh. Seperti diungkapkan Rektor Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Jamal Wiwoho bahwa kualitas pendidikan di suatu negara berkorelasi erat dengan tingkat inovasi dan menjadi salah satu tolok ukur daya saing bangsa. Daya saing bangsa yang tinggi akan mendorong pada kemandirian dan pada akhirnya akan membawa pada kesejahteraan bangsa.

Survei Indikator menjadi angin segar dalam membawa pendidikan di negeri ini bisa bangkit dan dapat melakukan akselerasi. Karena jika ditilik dari semangat Merdeka Belajar, berbagai pihak turut terlibat. Seperti terlihat kampus-kampus begitu bangga dengan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dalam setiap unggahan di media sosial.

Tentu saja Merdeka Belajar seyogyanya bukan sekadar jargon belaka tanpa makna. Terutama untuk meningkatkan partisipasi warga pada berbagai program yang telah ada serta yang akan dibuat selanjutnya. Partisipasi warga akan sangat menentukan kesuksesan program-program Kemendikbudristek termasuk dari organisasi sosial kemasyarakatan yang juga berkecimpung dalam dunia pendidikan.

Karena dalam memajukan dan mencerdaskan bangsa tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja. Perlu kolaborasi dan kerjasama yang solid antar elemen dalam mewujudkan Merdeka Belajar. Sebagaimana para pendahulu telah mengajarkan arti penting dalam merebut sebuah kemerdekaan.

Rizki Putra Dewantoro, Pegiat Komunitas Literasi Pendidikan Iqro Movement

Exit mobile version