Milad ke-31 Unisa Yogya, Poros Kemajuan Perguruan Tinggi ‘Aisyiyah

Milad ke-31 Unisa Yogya, Poros Kemajuan Perguruan Tinggi ‘Aisyiyah

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta pada Rabu (13/7) merayakan miladnya yang ke 31. Sebuah rentang usia muda yang masih menyimpan spirit besar untuk mengawal kemajuan peradaban bangsa di masa depan. Resepsi milad Unisa ini diselenggarakan di Hall Gedung Siti Bariyah Unisa Yogyakarta. Adapun tema yang diusung pada milad kali ini adalah “Transformasi Menuju Relevansi”.

Turut hadir Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr H Agung Danarto, MAg. Dalam memberikan keynote speech, Agung mengatakan bahwa rasa bangga terpancar dari sanubari jiwanya. Rasa bangganya itu bersumbu pada kiprah mengelola yang dalam waktu belia dapat memiliki keadaan aset, mahasiswa, gedung-gedung, dan lain sebagainya.

“Alhamdulillah, tentu satu kebanggan bagi kita semua Unisa di usianya yang ke 31 telah hadir dengan institusi yang besar dan Insyaallah akan semakin besar. Memang usianya 31 tapi itu hitungnya dari AKPER (Akaedemi Keperawatan). Kalau dari Unisanya sendiri umurnya baru 6 tahun. Sehingga dengan usia 6 tahun dengan fasilitas dan institusi yang seperti ini sudah amazing, sudah luar biasa perkembangan dari Unisa ini,” kata Agung.

Menurut Agung, Unisa Yogyakarta merupakan program dari ‘Aisyiyah yang termasuk bagian dari program pembuktian. Pembuktian dalam berkiprah, yakni perempuan tidak akan kalah dengan kaum laki-laki. Karenanya, Agung berharap agar pimpinan Unisa Yogyakarta terus bergerak maju dalam mengemban amanah besar ini.

Dalam acara milad tersebut, Agung turut memberikan secercah wejangan sarat makna. Yakni dibutuhkan penguatan ideologi dan pengembangan karakter Islam berkemajuan. Unisa Yogyakarta dibangun di atas landasan Islam berkemajuan. Paham keagamaan yang tidak berkelindan dengan Islam berkemajuan, maka tidak akan kompatibel. “Karenanya pembangunan komitmen atau penguatan komitmen keberagamaan seperti paham Islam Muhammadiyah itu perlu dituntaskan di sini,” ujarnya.

Kedua, kompetitif, fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan). Merupakan sebuah semboyan untuk terus kompetitif dalam berlomba-lomba tampil menjadi yang terbaik.

Ketiga, profesional. Profesional akan bertemu tali simpul pada tiga komitmen, yakni komitmen waktu, komitmen kapabilitas (skill), dan pengkhidmatan. “Di dalam mengembangkan Unisa, tiga aspek ini juga tentu sesuatu hal menjadi sangat penting,” katanya.

Keempat, pembelajar abadi. Al-Quran menerangkan kemampuan belajar lebih diutamakan jauh lebih awal dari perintah salat. Karena perintah salat terjadi pada tahun ke 9 hijriah tatkala Israk Mikraj. Kemudian perintah puasa jauh lebih belakang yakni tahun ke 3 hijriah. Perintah zakat dan haji juga berbeda lagi.

“Perintah untuk menjadi pembelajar ini adalah mesti menjadi karakter orang Islam. Dan inilah kemudian mampu mengangkat budaya unggul umat Islam yang kemudian mampu menjadi adidaya (penguasa) peradaban dunia lebih dari lima abad,” pungkasnya.

Lebih lanjut, dalam konteks pengelolaan sumber daya manusia di kampus, Agung mengingatkan jua untuk terus berkembang menjadi tempat basis riset. Penguatan riset menjadi sesuatu hal yang sangat penting. Kehadiran laboratorium di kampus-kampus tidak hanya saja sekadar diperuntukkan bagi mahasiswanya, tetapi pada saat yang sama diperuntukkan bagi para dosen-dosen. Karena buah dari keunggulan itu dilihat dari seberapa besar jumlah riset-riset yang dihasilkan.

“Laboratorium-laboratorium yang kita kembangkan itu tidak cukup hanya laboratorium untuk pendidikan para mahasiswa. Tapi laboratorium bagi dosen-dosennya. Dan nanti pusat-pusat keunggulan itu bukan dilihat berapa jumlah mahasiswanya, tetapi dilihat dari berapa riset yang dihasilkan dari perguruan tersebut,” tukasnya.

Agung berharap pada momentum milad Unisa Yogyakarta ke 31 ini, agar ke depan makin maju dan berkembang. Dan juga diharapkan mampu menjadi lokomotif bagi perguruan tinggi ‘Aisyiyah yang lainnya.

“Mudah-mudahan Unisa Yogyakarta makin maju dan berkembang . ini diharapkan menjadi lokomotif bagi kemajuan perguran tinggi-perguruan tinggi ‘Aisyiyah yang lainnya. Termasuk juga menjadi lokomotif bagi kemajuan ‘Aisyiyah perempuan berkemajuan,” tutupnya. (Cris)

Exit mobile version