YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Hari sarat makna dan kegembiraan bagi segenap keluarga besar dan civitas Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta. Menginjak tahun 2022 ini, usia Unisa telah memasuki ke 31 tahun. Sebuah usia yang masih belia yang mampu melahirkan bibit-bibit generasi pembawa suluh perubahan peradaban di masa depan. Adapun puncak perayaan miladnya dilaksanakan pada pagi hari ini (13/7) di Hall Gedung Siti Bariyah UNISA Yogyakarta.
Dalam acara tersebut, turut dihadiri secara langsung oleh Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr H Agung Danarto, MAg, Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Dr Hj Siti Noordjannah Djohantini, MM., MSi, Bupati Sleman, Dra Hj Kustini Sri Purnomo, Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah V Yogyakarta, Prof drh Aris Junaidi, PhD, Rektor Unisa, Warsiti SKp M Kep Sp Mat, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY, Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah DIY, Rektor Perguruan Tinggi ‘Aisyiyah, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Sleman, Gamping, dan seluruh dosen, tenaga pendidikan, serta mahasiswa-mahasiswa Unisa.
Dalam menyampaikan secercah sambutannya, Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aiyisyah, Noordjannah mengatakan bahwa segenap civitas Unisa Yogyakarta agar senantiasa meningkatkan mutu kampus dengan modal tenaga, pikiran, dan kebersamaan menuju kampus makin maju.
“Kami tahu persis bagaimana ikhtiar dari rektor dengan seluruh jajaran untuk terus meningkatkan (berjihad) dengan seluruh tenaga, pikiran, dan kebersamaan dari seluruh jajaran untuk terus meningkatkan kemajuan-kemajuan agar supaya Unisa menjadi kampus yang semakin maju dan maju. Dan terus memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat dalam konteks mencerdaskan kehidupan bangsa dan tentu bagi kepentingan dakwah ‘Aisyiyah-Muhammadiyah,” katanya.
Unisa diharapkan terus beraklimatisasi diri dalam menyongsong kemajuan di masa depan. Tantangan demi tantangan makin berat dan terjal, sehingga membuat semua orang harus selalu bersiap dalam menghadapinya. Untuk itu, Unisa harus berjuang keras sampai membuahkan hasil maksimal sesuai cita-cita besarnya menjadi kampus yang unggul dan berkemajuan.
“Jadi, refleksi milad ini merupakan sebuah refleksi bagaimana kita harus berjuang keras karena kalau kemudian Unisa maju tidak saja sekadar mencerminkan sebuah universitas perempuan di Yogyakarta, tetapi kemajuan Unisa adalah kemajuan perempuan-perempuan muslim Indonesia dan menuju pada kemajuan perempuan-perempuan muslim secara dunia,” terangnya.
Noordjannah turut menggentus dan mendorong Unisa untuk berkompetisi positif, baik, dan profesional dengan meneguhkan spirit jihad. “Hal ini karena tradisi di persyarikatan ‘Aisyiyah-Muhammadiyah yang muncul dan harus terus dirawat dan dihidupkan adalah semangat berjihad, semangat kemandirian, dan semangat untuk terus maju atas dasar pikiran, daya, upaya yang kita kerahkan secara bersama-sama dengan cara kita tetap berlandaskan nilai-nilai ajaran Islam,” pungkasnya.
Kemudian, Noor menerangkan bahwa Unisa lewat tema “Transformasi Menuju Relevansi” makin mendorong lahirnya perubahan yang adaptif dengan kepentingan-kepentingan kehidupan keumatan, kemanusiaan universal yang tentu mengikuti aliran perkembangan iptek menjadi ikhtiar dan niat yang kuat sehingga bisa digerakkan bersama.
“Kami mengajak ibu rektor dengan seluruh civitas kita harus mampu menguatkan tekad dari diri masing-masing civitas Unisa ini untuk bertekad untuk maju. Laporan dari ibu rektor menunjukkan ikhtiar yang sudah dilakukan, tapi belum cukup sampai disitu. Kita kalau sudah meraih prestasi maka kita harus meraih, meraih, meraih supaya kita betul-betul memberikan manfaat bagi kehidupan umat dan bangsa,” serunya.
Menurut Noordjannah, bangsa ini memerlukan perempuan yang maju. Paradigma dari perempuan maju itu adalah perempuan dari civitas dan amal-amal usaha ‘Aisyiyah. Dalam ruang lingkup kehidupan ‘Aisyiyah, terbersit secercah pesan untuk memberdayakan kaum perempuan.
“Alhamdulillah cara pandang keislaman berkemajuan Muhammadiyah memberikan kesempatan atas dasar keyakinan nilai-nilai ajaran untuk perempuan maju. Perempuan sama dengan laki-laki untuk meraih kemajuan demi kemaslahatan dan kepentingan Islam. Tentu hal ini tidak mudah untuk dicapai karena dibanyak tempat masih menempatkan perempuan tidak sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, warnailah kehidupan perempuan Indonesia, kehidupan perempuan muslim melalui Unisa Yogyakarta. Ini yang kami harapkan,” ujarnya. (Cris)