YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Sebanyak 130 rombongan dari SMP Muhammadiyah 1 Depok Sleman melakukan kunjungan ke Kantor Grha Suara Muhammadiyah, Sabtu (16/7). Kunjungan ini dalam rangka menyukseskan program Fortasi (Forum Ta’aruf dan Orientasi) sebagai manifestasi dari program khusus bagi peserta didik baru kelas 7. Biasanya, kegiatan Fortasi dilakukan di lingkungan sekolah, namun lain halnya dengan Fortasi dari sekolah ini. Hal ini tentu menunjukkan bahwa kegiatan Fortasi yang dilakukan sangat edukatif dan inspiratif.
Kunjungan ke Kantor Grha Suara Muhammadiyah di dampingi oleh kakak-kakak Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) berikut beserta beberapa dewan guru. Rangkaian kunjungan ini disambut dengan hangat oleh salah satu staf redaksi, yakni Rizki Puta Dewantoro. Rizki—demikian sapaannya—turut berbagi percik-percik pengetahuan kepada seluruh peserta Fortasi hal ihwal sejarah perkembangan Suara Muhammadiyah dari masa ke masa.
Menurutnya, Suara Muhammadiyah lahir sejak tahun 1915 di Kota Yogyakarta. Yang dirintis oleh KH Ahmad Dahlan beserta Haji Fachrodin. Disebutkan pula bahwa ada asumsi jika Suara Muhammadiyah lahir pada tahun 1917. Namun, asumsi itu terpatahkan setelah Prof Dr Kuntowijoyo, MA salah seorang budayawan, sastrawan, dan sejarawan Indonesia sekaligus Guru Besar Fakultas Budaya Universitas Gajah Mada bertandang ke Perpustakaan Leiden, Belanda. Dirinya menemukan dokumen Suara Muhammadiyah nomor 2 tahun 1915 yang masih menggunakan bahasa dan huruf Jawa.
Rizki menyebutkan dalih di balik KH Ahmad Dahlan mendirikan Suara Muhammadiyah. Yang ditelisik dari rekam sejarahnya, kala itu masyarakat belum banyak yang bisa membaca. “Di sinilah poin pentingnya, bahwa KH Ahmad Dahlan sangat menekankan, mementingkan, dan mengajak kepada umatnya agar bisa membaca (berliterasi). Membaca bukan hanya sekadar membaca, tetapi bagaimana mengaplikasikan dari hal-hal yang dibaca itu ke dalam bingkai kehidupan sehari-hari,” terangnya.
Memasuki era digitalisasi seperti sekarang, Suara Muhammadiyah telah melakukan langkah transformasi. Transformasi itu dilakukan dengan menciptakan majalah versi digital, selain versi cetaknya. Jika era KH Ahmad Dahlan masih tenar menggunakan versi cetak, kini mencoba beralih menggunakan versi digital (online). “Hal ini untuk mengimbangi dengan era digitalisasi seperti sekarang ini,” katanya.
Sajian yang terbentangkan di dalam Majalah Suara Muhammadiyah mengangkat isu-isu keislaman, kemuhammadiyahan, dan kebangsaan. Hamparan rubrik-rubrik tersaji mulai dari sajian utama, kalam, dialog, bingkai, pedoman, pediamu, Tasir At-Tanwir, tanya jawab agama, hadis, bina akidah, bina akhlak, bina jamaah, motivasi, edutorial, dinamika persyarikatan, khutbah jumat, resensi, wawasan, wacana pembaruan, humaniora, jejak persyarikatan, dan ibrah.
Rizki juga mengatakan bahwa dengan berjalannya Suara Muhammadiyah lebih dari satu abad, menjadikan media ini memperoleh banyak penghargaan. Yakni Rekor Muri sebagai majalah Islam yang terbit berkesinambungan terlama, Serikat Perusahaan Pers sebagai salah satu majalah tertua di Indonesia, pelopor media dakwah perjuangan bangsa di Hari Pers Nasional (HPN) tahun 2018 Sumatera Barat.
Di akhir sesi, dilakukan proses tanya jawab dengan peserta Fortasi. Bunga rampai pertanyaan yang diajukan sangat konstruktif, kritis, edukatif, dan inspiratif.
Dan salah satu dari guru pembimbing yang sekaligus Wakil Kepala Sekolah Bidang ISMUBARIS (Keislaman, Kemuhammadiyahan, Bahasa Arab dan Bahasa Inggris) di SMP Muhammadiyah 1 Depok, Amin Rosadi mangatakan apresiasi dan tahniah kepada Suara Muhammadiyah yang telah memberikan ruang dan waktunya untuk mengunjungi kantor megah ini.
“Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada jajaran Suara Muhammadiyah yang telah memberikan kesempatan bagi kami untuk mengenal lebih jauh perkembangan dari perjalanan Suara Muhammadiyah. Semoga Suara Muhammadiyah ke depan makin sukses, maju, dan berjaya,” tuturnya. (Cris)