Pentingnya Kaderisasi dalam Tata Kelola Haji

Pentingnya Kaderisasi dalam Tata Kelola Haji

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Usai sudah pelaksanaan rangkaian ritus ibadah haji tahun 2022 M/1443 H. Miliaran umat Islam saling bertandang ke dua kota suci untuk menunaikan rukun Islam yang ke 5. Mereka yang berhaji itu merupakan insan terpilih dan telah masuk dalam kualifikasi mampu secara fisik maupun finansial.

Khusus jamaah haji asal Indonesia sendiri, yang berhaji termasuk salah satu yang terbanyak di dunia. Karenanya pemulangannya butuh proses yang cukup lama, demikian yang disampaikan oleh Prof Hilman Latief, SAg, MA., PhD selaku Direktur Jenderal Haji dan Umrah Kementerian Agama Republik Indonesia dan Ketua Lazismu Pusat dalam acara Pengajian Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jumat (15/7).

Ibadah haji di deklarasikan oleh Nabi Ibrahim As untuk mengajak umat manusia melaksanakan ibadah. Al-Quran surah al-Hajj [22]: 27 melukiskan secara eksplisit bahwa Allah telah menyeru melalui Nabi Ibrahim menyeru dan mengajak umat manusia melaksanakan ibadah haji. Orientasinya agar menyaksikan dan merasakan percik-percik kemaslahatan dari ibadah haji tersebut.

“Keterangan mufasir menyatakan bahwa haji itu punya nuansa solidaritas yang kuat, punya agenda ukhuwah Islamiah yang kuat,” ujarnya.

Prof Hilman meneropong karakteristik jamaah haji Indonesia sangat majemuk dan beragam. Para jamaah haji itu datang dari profil yang bermacam-macam. Dari tinjauan provinsi, jamaah haji berasal dari S1, SMA/SMU, SMP/MTs, dan juga ada yang datang dari SD.

“Karena itu, cara kita melakukan pendekatan kepada jamaah dengan karakteristik yang berbeda-beda itu juga harus dirumuskan kembali,” tandasnya.

Hal yang mengejutkan ditemukan dalam pelaksanaan ibadah haji di Indonesia adalah kaum perempuan mendominasi jumlah paling banyak. Namun, pada saat bersamaan juga pembimbing dan petugas perempuan justru malah sangat minim. Karenanya, Prof Hilman menyeru agar persyarikatan terus melakukan evaluasi dan pembenahan diri untuk menyikapi persoalan tersebut.

“Dan bagi persyarikatan ini juga menjadi PR, termasuk juga bagi ormas Islam yang lain. Di kalangan nahdliyin, Muhammadiyah harus sudah memulai melakukan kaderisasi siapa dari mereka yang akan kita dorong untuk dijadikan konsultan-konsultan dan petugas haji perempuan,” serunya. (Cris)

Exit mobile version