Empat Nilai Simbolik Nabi Ibrahim
Oleh: Masud HMN
Pada tanggal 10 Zulhijjah hampir semua umat Muslim sedunia mengingat teladannya. Simboliknya ialah wukuf di padang arafah Saudi Arabia kemudian selepas tergelincir matahari berangkat ke Muzdalifah. Seraya bermalam di Mina.
Episode itu diagendakan dengan wukuf, yaitu berkumpul di padang Arafah, dengan pakaian ihram bewarna putih, tidak lama kemudian ke Muzdalifan, shalat zuhur di masjid Namhirah. Lalu kemudian bermalam di Mina.
Dilanjutkan dengan melempar jumrah ditempat yang telah ditentukan, Jamratul awal, melempar ula dan selesai itulah yang kemudian dinamakan pelaksanaan haji.
Hal ini diiringi dengan sentuhan relegius doa. Yaitu labbik alahuma labaik, kami memenuhi panggilan Mu Ya Allah. Allahumma kami memenuhi panggalan Mu. Nabi Mu Ibrahim alaihis salam.
Berkumndanglah doa yang membawa suasna religius dengan sama berpakian putih. Sama tidak beda suku, level, kaya dan miskin. Humanisme universal kemanusiaan yang mendunia.
Islam mengajarkan kemakmuran, kemanusiaan, dan pengorbanan disertai kesabaran. Seperti itu yang ditunjukkan Ibrahim dilanjutkan Nabi Muhammad salllahu alaihi wasallam. Nabi yang terakhir.
Ada empat nilai yang terdapat pada Ibrahim alaihisalam. Yaitu kesabaran, tauhid , pengorbanan dan Kebenaran, Jika dituruti akan selamatlah umat manusia.
Kesabaran diimplementasikan dalam kelahiran Ismail alaihus salam (as). Nabi Ibrahim sudah tua usianya melahirkan anak dari Siti hajar di tengah pasir tandus yang tidak air. Sementara anak kehausan. Kemana air mau dicari dan didapatkan.
Anak bayi Ismail menhentakkan hentakkan kakinya ditanah gersang. Munculah dari injakan kaki sikecil kaki Ismail itu air yang kita sebut Zam Zam sekarang ini. Terpenuhilah kebutuhan Ismail dengan tanpa diduga. Alahu akbar yang punya kuasa tertinggi di alam ini.
Nilai yang kedua, tauhid mengesakan Tuhan. Nabi Ibrahim pada masyrakatnya yang memiliki banyak patung dianggap sebagai Tuhan. Di masjidil haram terdapat patung-patung. Masyarakat harus diajak kepada Tuhid dan meninggalkan persembahan pada patung yang jadi Tuhan masyarakat.
Karena Raja Penguasa menghukum Ibrahim dengan memasukkan dalam api. Dengan kata lain Ibrahim dihukum dibakar. Selamat dari api yang menjadi dingin tidak mempan membakar Ibrahim.
Nilai ketiga adalah pengorbanan Nabi Irahim, mendapat perintah menyembelih anaknya Ismail dijadikan Korban. Ismail rela dan Ibrahim melakukanya. Allah maha esa mengganti korban dengan seekor kambing, Ismail selamat dan perintah Tuhan pun terlaksana.
Nilai keempat ialah kebenaran. Istiqamah dengan kebenaran yang hanya Allah yang memiliki kebenaran ini disimbolkan atas diskusi Ibrahim dan anaknya Ismail. Ibrahim sudah tahu perintah itu mengujinya, mengorbankan yang palin dicintainya, Anaknya Ismial. Tapi kebenaran diatas segala galanya.
Hatta kecintaan dirinaya kepada ismail. Kalaualah Allah memerintahkan akan dilakukannya. Itulah yang terjadi. Yang benar adalah Allah yang maha kuasa. Kalau ia menghendakinya demikian Al haqq minal mumm tharim, kebenaran datang dari Tuhan Janganlahlah ragu.
Empat hal itu ditingagalkan kepada kita umat manusia, Nabi Muhammad adalah penerus empat hal tersebut. Hal yang menyelamatkan dan mensejahterakan. Umat dan alam lingkungan semuanya. Semoga kita termasuk ikut dan menjalankan nilai itu. Semoga!
Masud HMN, Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof Dr HamKa (UHAMKA)