JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Prestasi Indonesia dalam bidang olahraga mendorong pemerintah untuk memberi dukungan besar bagi atlet-atlet Indonesia dalam berbagai event baik nasional maupun internasional. Peluang kemajuan bidang olahraga semakin terbuka lebar dengan banyaknya pihak yang turut menjadi support system.
Salah satunya perguruan tinggi yang membuka kesempatan bagi para praktisi olahraga maupun atlet untuk menempuh pendidikan formal. Universitas Muhammadiyah Jakarta dalam hal ini mengambil bagian. Program Studi Pendidikan Olahraga membuka kesempatan bagi para atlet untuk belajar dan berkembang.
Satu dari sekian banyak atlet yang menempuh pendidikan di UMJ adalah Wahyu Setiawan, atlet nasional asal DKI Jakarta dalam cabang olahraga Lari 100m. Saat ini Wahyu sedang persiapan untuk menghadapi event besar, diantaranya Kejuaraan Nasional 2022, Asian Games di China 2022, dan Sea Games di Kamboja 5-17 Mei 2023 mendatang. Wahyu yang sedang melakukan latihan rutin menyempatkan waktunya untuk ditemui di Stadion Madya, Senayan, pada Senin (18/07) pagi.
Perjalanan Wahyu menjadi atlet dimulai saat SMA, saat dirinya dicap sebagai murid yang sangat nakal oleh guru di sekolahnya, kecuali guru olahraganya. Guru olahraganya melihat potensi besar yang dimiliki oleh Wahyu dan memberikan arahan untuk menggali potensi tersebut. Berkat arahan dari sang guru, sebagai permulaan, Wahyu mengikuti dan memenangkan kejuaraan-kejuaraan tingkat SMA. Hingga akhirnya Wahyu sadar akan potensi yang dimiliki dan berhasil mengembangkannya hingga menjadi atlet nasional.
Hingga kini, Wahyu telah mempersembahkan banyak medali untuk Indonesia. Total medali yang dipersembahkan Wahyu untuk Indonesia diantaranya 8 emas, 6 perak, dan 4 perunggu dari tahun 2013 hingga 2022. Terbaru, Wahyu berhasil mendapatkan perak pada ajang Pekan Olahraga Nasional yang digelar di Papua, serta Singapore Open di cabang olahraga lari 100m. Dengan segudang pengalaman yang dimiliki, Wahyu tetap merasa butuh pendidikan. “Pendidikan adalah nomor satu yang akan membuat bangsa menjadi lebih baik. Sebagai atlet, selain tubuh yang prima juga membutuhkan wawasan untuk diwariskan pada generasi selanjutnya untuk terus membangun bangsa,” Jelas Wahyu
Sebelum UMJ, Wahyu tercatat pernah menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Jakarta. Namun langkahnya terhenti karena kesibukannya sebagai atlet kurang mendapat perhatian dan toleransi dari pihak kampus. Menurut Wahyu, atlet adalah salah satu yang turut memberikan kontribusi untuk Indonesia dalam hal prestasi olahraga. Oleh karena itu perlu adanya dukungan dalam hal menyelesaikan pendidikan, agar nantinya atlet dapat membangun olahraga Indonesia yang lebih baik.
Semangat belajar Wahyu tidak surut, saat ini niat untuk melanjutkan studi dapat diwujudkan. Kini Wahyu melanjutkan studi di Program Studi Pendidikan Olahraga Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta (POR FIP UMJ). Alasan utama Wahyu memilih POR FIP UMJ sebagai tempat menempuh pendidikan karena POR FIP UMJ mampu mengapresiasi atlet-atlet yang membanggakan Indonesia. Wahyu mengatakan bahwa UMJ sangat mendukung apa yang selama ini dijalaninya, dengan memberikan beasiswa dan adanya penyesuaian jadwal kuliah dengan jadwal latihan. Atlet berbeda dengan orang normal, ketika pagi kebanyakan orang masih menikmati sarapannya, atlet sudah berlatih dan berjuang untuk membanggakan Indonesia.
Wahyu mengaku bahwa kehadirannya di kampus disambut baik oleh Rektor UMJ, Dr. Ma’mun Murod, M.Si. “didalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat, begitulah atlet,” Ujar Wahyu. Pekerjaan yang membutuhkan latihan disetiap harinya, maka Pendidikan harus mampu menjadi wadah yang mendukung hal tersebut dan tetap bertanggung jawab atas ilmu yang didapatnya kelak.
Saat ini Wahyu sedang fokus persiapan untuk kejuaraan nasional dan internasional. Bersamaan dengan target prestasi yang dicanangkan, melanjutkan kuliah juga merupakan keinginan Wahyu. Ia berharap mampu menjadi orang yang dapat menemukan potensi, menghasilkan bakat dan mengubahnya menjadi prestasi, seperti guru olahraganya sewaktu SMA. Tentunya harapan tersebut harus didukung dengan pendidikan, karena dengan pendidikan kita dapat menciptakan generasi-generasi yang akan datang menjadi lebih baik, begitu ucap Wahyu. (JD/KSU)