Agenda Strategis Muhammadiyah
Oleh: Prof Dr H Haedar Nashir, M.Si.
Era digital dan media sosial saat ini menyibukkan anggota organisasi makin giat menanggapi segala macam isu yang bila ditampung tidak akan muat untuk diwadahi. Orang mungkin merasa sudah berbuat banyak bila sudah terlibat dalam debat dan kirim pesan isu-isu panas setiap detik dengan intensitas tinggi. Apalagi sudah kritik sana-sini, terasa sudah selesai segala urusan dan lupa masalah-masalah penting organisasi. Semuanya merasa sudah terlibat dalam “perjuangan” organisasi.
Namun Persyarikatan Muhammadiyah sebagai organisasi —maupun umat Islam sebagai warga terbesar bangsa— secara nyata memiliki tuntutan sendiri. Terutama bagaimana agar organisasi itu makin kuat, berkualitas, berdaya saing, unggul, dan meraih tujuannya. Intinya bagaimana Muhammadiyah maupun umat Islam dan bangsa Indonesia makin berkemajuan dalam berbagai bidang kehidupan? Apa yang mesti dilakukan atau diagendakan secara khusus untuk memajukan organisasi? Sudahkah setiap anggota, kader, dan pimpinan Muhammadiyah berbuat yang maksimal untuk memajukan Muhammadiyah?
Kiranya seluruh anggota, kader, dan pimpinan Muhammadiyah dari Pusat sampai Ranting di berbagai lini organisasi penting memikirkan hal-hal strategis yang mesti dilakukan secara lebih serius dan tersistem untuk memajukan Muhammadiyah saat ini dan ke depan. Apakah di tubuh Muhammadiyah tidak banyak masalah yang harus dicarikan solusi? Agar semua pihak tidak lalai, abai, dan terninabobo oleh simulakra dunia digital dan media sosial dengan isu-isu yang tiada habis untuk ditanggapi. Sementara hal-hal strategis dan konkret di organisasi terabaikan dan terlupakan.
Peneguhan Ideologis
Muhammadiyah telah memiliki pandangan keislaman dan pemikiran-pemikiran kemuhammadiyahan yang baku dalam berbagai aspek kehidupan. Manhaj Tarjih, Muqaddimah ADM, Kepribadian, MKCH, GJDJ, Khittah, PHIWM, Dakwah Kultural, Pernyataan Abad Kedua, Negara Pancasila Darul Ahdi Wasyahadah, dan lain-lain. Pemikiran-pemikiran keislaman dan kemuhammadiyahan tersebut merupakan landasan ideologis yang menjadi karakter khas dan pembeda (distinctive features) dari Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam dibanding dengan gerakan yang lain.
Apakah nilai-nilai ideologi gerakan Muhammadiyah tersebut sudah tertanam kuat (internalisasi) dan melembaga (institusionalisasi) di kalangan anggota, kader, dan pimpinan serta segenap institusi di seluruh lingkungan Persyarikatan? Apakah semua sudah berjiwa, berpikir, bersikap, dan bertindak dengan rujukan dan bingkai ideologis Muhammadiyah? Apakah paham keislaman dan kemuhammadiyahan semua anggota, kader, dan pimpinan Muhammadiyah sudah sejalan dengan dasar dan pemikiran tersebut?
Kenyataan sering menunjukkan, paham keislaman dan kemuhammadiyahan yang menjadi landasan gerakan tidak sepenuhnya tertanam dan melembaga di internal Persyarikatan. Paham keislaman dan pemikiran lain masih dijumpai di lingkungan Persyarikatan di berbagai tingkatan. Sejumlah kasus orang luar menumpang di organisasi Muhammadiyah kemudian berperkara secara hukum dan lain-lain karena paham Islam dan pemikirannya bertentangan dengan Muhammadiyah. Termasuk anggota, kader, dan pimpinan yang hanya berpikir sendiri dan merasa sudah sejalan dengan Muhammadiyah, padahal sejatinya tidak sejalan.
Karenanya penting peneguhan kembali nilai-nilai ideologi yang menyangkut paham Islam dan kemuhammadiyahan secara mendalam, luas, dan komprehensif di seluruh tingkatan dan lini organisasi sampai ke tingkat jamaah. Para pimpinan dari Pusat sampai Ranting penting menjadi uswah hasanah bagaimana berjiwa, berpikiran, bersikap, dan bertindak sejalan dengan paham Islam dan ideologi Muhammadiyah.
Dakwah Kemasyarakatan
Muhammadiyah sangat kaya dengan pemikiran dakwah. Kyai Dahlan memelopori dakwah secara kultural dan amaliah (dakwah bil-hal) yang luar biasa dengan melahirkan berbagai jenis amal usaha. Pendekatan Dakwah Muhammadiyah sejak awal ialah bil-hikmah, mauidhah hasanah, dan mujadalah yang terbaik sebagaimana diajarkan Allah (QS An-Nahl: 125). Al-Ma’un diajarkan selama tiga bulan dan Al-Ashr diajarkan delapan bulan untuk menunjukkan dakwah itu tidaklah sekali jadi, tetapi melalui proses penyadaran yang mendalam, luas, dan berkesinambungan.
Muhammadiyah merumuskan strategi Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah (GJDJ) sejak tahun 1968 kemudian disambung dengan Dakwah Kultural (2002) dan Dakwah Komunitas tahun 2015. Pemikiran, strategi, dan langkah dakwah Muhammadiyah tersebut menyatu dengan gerakan amaliah Muhammadiyah yang dirasakan langsung oleh masyarakat luas. Dulu Muhammadiyah cepat meluas ke seluruh tanah air karena pendekatan dakwahnya yang menarik, sehingga menjadi organisasi yang berkembang secara sentrifugal.
Kini tantangannya bagaimana menghadirkan pendekatan dakwah Muhammadiyah yang mampu menanamkan nilai-nilai Islam untuk menjadi panduan, pedoman, dan acuan hidup umat atau masyarakat seluas mungkin. Lebih-lebih bagi masyarakat awam yang berlatar belakang heterogen dengan kondisi sosial-ekonomi dan budaya yang berlapis-lapis. Bagaimana agar dakwah Muhammadiyah semakin meluas dan diterima oleh berbagai segmen sosial masyarakat dari tingkat atas sampai bawah. Simpatisan dan anggota Muhammadiyah mestinya semakin bertambah dan meluas bila gerakan Islam ini kian dekat dengan masyarakat.
Di sinilah pentingnya reorientasi dakwah Muhammadiyah agar semakin mengena di hati masyarakat luas yang heterogen. Termasuk dakwah atau khususnya tabligh melalui dunia digital dan media sosial. Dakwah Muhammadiyah harus semakin masuk dan diterima oleh berbagai komunitas sosial yang beragam itu. Karenanya diperlukan pendekatan dakwah yang semakin luwes, adaptif, inklusif, wasathiyah, damai, menggembirakan, mencerdaskan, mencerahkan, dan mengena (lekat) di berbagai kelompok sosial masyarakat. Bukan pendekatan dakwah yang eksklusif, tertutup, memvonis, dan menjauhkan Muhammadiyah dari umat dan masyarakat luas.
AUM Unggulan
Muhammadiyah memiliki kekuatan strategis antara lain karena amal usahanya di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, dan ekonomi. Amal usaha menjadi ciri khas Muhammadiyah yang sudah tersistem baik dan diterima masyarakat luas. Muhammadiyah menjadi ormas Islam yang lebih mandiri karena amal usahanya. Jika boleh disimpulkan, dengan amal usaha itu Muhammadiyah menjadi organisasi Islam terbesar di Indonesia dan mancanegara.
Alhamdulillah kini semakin bertumbuh amal usaha Muhammadiyah yang maju atau unggul, lebih khusus amal usaha Pendidikan Tinggi. Sejumlah Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) memperoleh prestasi terbaik di dalam maupun luar negeri. Aisyiyah bahkan merupakan satu-satunya organisasi perempuan Islam yang memiliki perguruan tinggi, tiga di antaranya Universitas (Unáis). Namun masih banyak amal usaha yang harus terus ditingkatkan agar lebih maju dan berdaya saing tinggi sehingga berada dalam posisi dan kualitas yang unggul.
Kini semakin banyak atau terdapat lembaga-lembaga pendidikan, kesehatan, dan ekonomi milik organisasi lain atau yang dikelola para pemilik modal besar yang unggul dan menjadi rujukan masyarakat luas. Di lingkungan organisasi Islam lain pun hadir lembaga pendidikan dan kesehatan yang dalam hal tertentu lebih baik dari yang dimiliki Muhammadiyah. Pelan tapi pasti organisasi lain yang selama ini dikenal hanya mengurusi pondok pesantren, merambah ke lembaga pendidikan umum dan kesehatan, sehingga mulai tampak menunjukkan kemajuan.
Karenanya menjadi niscaya membangun keunggulan seluruh amal usaha Muhammadiyah dan Aisyiyah secara lebih merata. Diperlukan peta jalan pengembangan amal usaha Muhammadiyah-Aisyiyah yang unggul-berkemajuan. Segenap sumberdaya dan usaha mesti difokuskan pada strategi meraih keunggulan amal usaha Muhammadiyah dan Aisyiyah. Jika terlambat maka boleh jadi amal usaha Muhammadiyah-Aisyiyah akan ketinggalan atau mengalami stagnasi. Para pimpinan di Persyarikatan dan Amal Usaha harus fokus memikirkan dan melakukan usaha strategis tersebut.
Apalagi di bidang ekonomi Muhammadiyah maupun umat Islam masih jauh ketinggalan. Amal usaha ekonomi Muhammadiyah masih belum berkembang pesat dan masih belum berdaya saing tinggi. Jangan terlalu banyak wacana teori agar praktik ekonomi lebih berkembang. Kurangi terlalu banyak membicarakan kemajuan ekonomi kelompok lain yang menguasai ekonomi Indonesia, sementara kita lupa apa yang mesti dilakukan agar bisa maju seperti mereka. Jika kita banyak berteriak kapan berbuat? Padahal menurut Pak Jusuf Kalla, kemajuan bisnis atau ekonomi itu karena praktik dan keuletan!
Sumber: Majalah SM Edisi 1 Tahun 2022