PONTIANAK, Suara Muhammadiyah – Eco Bhineka Muhammadiyah Pontianak menggelar workshop tentang keberagaman dan kepedulian lingkungan hidup di Hotel Maestro, Jumat dan Sabtu (22-23/7). Diskusi ini menghadirkan berbagai narasumber yang berasal dari tokoh lintas-agama dan para pakar. Hadir pula 20-an perwakilan organisasi keagamaan, kepemudaan, seni-budaya, mahasiswa, dan lainnya.
“Ini adalah workshop ketiga yang kami adakan. Di sini semua tokoh agama menjabarkan konsep tentang lingkungan hidup dari prespektif masing-masing agama. Ternyata semua ajaran agama mengajarkan untuk menjaga bumi ini,” ujar Manajer Regional Eco Bhineka Muhammadiyah Octavia Shinta Aryani kepada Pontianak Post.
Dijelaskan dia, kegiatan ini masuk ke dalam program JISRA (Join Intiative for Strategic Religious Action) Muhammadyah. JISRA sendiri merupakan program konsorsium antarumat beragama. Bentuk programnya adalah pemberdayaan masyarakat lintas agama untuk isu lingkungan, sosial, budaya, ekonomi, dan lainnya.
Dalam menjalankan program ini para tokoh agama Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu, dan Khonghucu saling berkolaborasi. Tergabung pula para pemuda dari berbagai organisasi dengan macam-macam latar belakang etnis dan agama.
“Pendekatan kita adalah eko bhineka. Kita berharap dengan kegiatan ini, bisa bersama-sama menjaga persatuan dan toleransi. Titik fokus lainnya adalah menjaga kestabilan ekosistem di Kalimantan Barat,” sebut dia.
Hadir keynote speaker pada workshop tersebut, Ketua PP Muhammdiyah Prof Dr Syafiq A Mughni. Orang yang pernah menjabat Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban ini menyebut perlunya kekompakkan antar-umat beragama untuk menjaga lingkungan. Terlebih di tengah ancaman perubahan iklim dan pemanasan global dewasa ini.
Menurutnya, masih banyak masyarakat yang apatis dalam isu lingkungan. Mereka masih sering merusak lingkungan. Oleh sebab itu Syafiq meminta semua lini masyarakat dari elit sampai akar rumput ikut andil dalam menyadarkan mereka. Tak terkecuali oleh tokoh agama yang dihormati, berpengaruh, dan memiliki pengetahuan yang bisa menyadarkan umatnya.
Pada hari pertama, selain Syafiq, pembicara-pembicara yang hadir adalah; Ketua Talif wan Nasry Nahdlatul Ulama, perwakilan Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Kalbar, perwakilan Keuskupan Agung Pontianak, Ketua Pengurus Gereja-gereja di Indonesia Kalbar, Ketua Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia Kalbar, Ketua Perwakilan Umat Budha Indonesia Kalbar, dan Majelis Lingkungan Hidup PW Muhammadiyah Kalbar.
Sementara pada hari kedua, workhsop lebih menitikberatkan pada diskusi dan perumusan aksi selanjutnya. Shinta menjelaskan, program ini tidak melulu soal diskusi, melainkan mereka akan melakukan aksi nyata. Dari diskusi-diskusi yang sudah berlangsung, kami menyaring berbagai ide aksi yang akan kita rumuskan dan eksekusi bersama. Banyak sekali usulan-usulan yang masuk untuk program nyata yang akan kita gelar. Kemungkinan tahun ini akan kita laksanakan,” pungkasnya. (ser/riz)